
BUNGA MELATI
1 PASAL SEHARI
BACAAN KITAB BILANGAN 1 - 36
Hari ke : 118 Pembacaan BILANGAN 1
Tafsiran :
Dua belas suku Israel dihitung dalam perikop ini. Semua anggota suku mereka, khususnya semua orang muda, pria yang berusia di atas dua puluh tahun, di luar anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia, berjumlah lebih dari 600.000 jiwa. Apakah artinya? Apabila kita melihat ke masa lalu, yaitu ketika janji Allah di berikan kepada Abraham, maka hal ini menunjukkan Kemahakuasaan Allah yang sanggup mewujudkan janji-Nya bahwa keturunan Abraham sudah menjadi sebuah bangsa.
Allah yang tertib dan berencana. Di balik seluruh perjalanan umat Israel; ada Allah yang merencanakan dan mengkoordinasikan kehendak-Nya dengan tertib melalui para nabi dan hamba-hamba-Nya. Keadaan ini mau tidak mau menuntut umat untuk mengakui kepemimpinan (baca: kedaulatan) Allah atas mereka. Dengan demikian pelaksanaan sensus itu menyingkapkan kesetiaan dan kuasa Tuhan yang sanggup memelihara umat-Nya secara ajaib. Sekalipun sesungguhnya Allah mampu dan berkuasa melakukan atau membuat apa saja dalam waktu seketika; tetapi Ia tetap mempunyai rancangan yang terencana dan rapi. Hal ini menyatakan bahwa Allah tidak pernah merencanakan sepotong-sepotong dalam hidup seseorang/bangsa, tetapi rencana Allah terencana rapi dan bersifat kekal.
Hari ke : 119 pembacaan BILANGAN 2
Tafsiran :
Apakah Tuhan bekerja secara misterius? Bisa dikatakan demikian! Artinya, cara kerja Tuhan seringkali tak terduga dan tak terpikirkan manusia. Namun, bukan berarti cara kerja Tuhan tak masuk akal. Sensus dan peraturan lokasi perkemahan Israel semata-mata menunjukkan bahwa Tuhan menggunakan prinsip manajemen yang mendasar. Hidup bersama lebih dari 600.000 jiwa di padang belantara memerlukan ketertiban, dan untuk itu dibutuhkan peraturan. Bukankah cara kerja Allah ini sangat masuk akal? Hanya dalam keadaan yang sulit diduga oleh pikiran manusia! Tetapi, untuk menyatakan kehendak dan rencana-Nya, Tuhan lebih sering memakai cara yang masuk akal.
Akal yang tunduk. Ada dua reaksi ekstrim dalam hal penggunaan akal. Pertama, menolak sumbangsih akal dan menganggapnya sebagai musuh iman. Penggunaan akal disamakan dengan "tidak rohani". Kedua, mengagungkan akal dan menutup ruang untuk keajaiban Tuhan. Sesungguhnya akal adalah pemberian Tuhan dan baik adanya. Pakailah akal seluas-luasnya dalam melaksanakan tugas kita sehari-hari. Namun harus diingat, segala pemberian Tuhan harus tunduk pada pemberi-Nya.
Renungkan: Pelaksanaan pelayanan memerlukan manajemen (kemampuan akal) yang baik, yang selaras dengan iman Kristen.
Pembacaan BILANGAN 3 (Hari ke 120)
Sisakan untuk Tuhan.
Salah satu konsep yang keliru, yang telah tersebar luas di kalangan Kristen adalah Tuhan tidak berkeberatan menerima yang "sisa". Konsep ini sungguh salah! Dari bacaan hari ini kita dapat melihat bagaimana seriusnya Allah menuntut hak-Nya, yakni anak sulung Israel yang kemudian digantikan oleh bani Lewi dan persembahan penebusan. Demikian pula dalam hal perawatan barang-barang yang digunakan dalam ibadah, Tuhan menuntut perlakuan yang khusus. Kulit yang digunakan adalah kulit halus yang terbuat dari lumba-lumba, agar dapat melindungi barang-barang itu dari panas terik dan hujan. Kain yang dipakai untuk menutupi barang-barang itu berwarna ungu, yang merupakan lambang Kerajaan Allah. Tuhan meminta yang pertama dan utama dari umat-Nya.
Mendahulukan Tuhan. Kita hanya bisa mempersembahkan bagi Tuhan yang pertama dan utama, jika kita menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah dari Dia. Anak sulung adalah pemberian Tuhan dan semua harta milik Israel adalah pemberian Tuhan melalui bangsa Mesir. Demikian pula dengan kita. Adakalanya kita beranggapan bahwa semua yang ada pada kita adalah hak milik pribadi. Apabila semua adalah milik-Nya, maka selayaknyalah kita memberikan kembali milik-Nya itu sebagai yang pertama dan terutama.
Pembacaan IMAMAT 4 (Hari ke 121)
Tafsiran :
Setiap anak Tuhan dipanggil untuk melayani. Namun, tidak semua dipanggil untuk melayani penuh waktu dan khusus di rumah Tuhan. Ada banyak anak Tuhan dipanggil di bidang-bidang umum yang berkaitan dengan kesejahteraan fisik dan sosial masyarakat. Sebagian lain, dipilih untuk melayani penuh waktu dalam pelayanan keagamaan baik di gereja, maupun di lembaga-lembaga pelayanan pendamping gereja.
Tuhan mengkhususkan suku Lewi untuk pelayanan di kemah suci, mendukung pelayanan keimaman yang dipercayakan kepada keluarga Harun. Oleh karena itu orang Lewi tidak dipersiapkan untuk berperang melainkan untuk memastikan pelayanan ritual kemah suci yang diselenggarakan para imam dapat dilangsungkan dengan baik dan benar.
Kekhususan suku Lewi ini ada hubungannya dengan penebusan Tuhan atas putra sulung dari bangsa Israel ketika mereka akan keluar dari Mesir. Semua putra sulung Mesir dibinasakan, sementara putra-putra sulung Israel diselamatkan (lih. Keluaran 11-12) . Artinya, semua putra sulung Israel ialah milik Tuhan untuk melayani Tuhan di kemah suci-Nya. Maka, seluruh suku Lewi mewakili putra-putra sulung suku-suku lainnya untuk melayani Tuhan (3:12-13, 45).
Pelayanan kaum Lewi diaturkan berdasarkan puak-puak mereka, Gerson, Kehat, dan Merari. Setiap puak memiliki tugas khusus dalam pengelolaan kemah suci dan segala perabotannya. Pasal tiga dan empat kitab Bilangan ini kemudian mengatur secara terperinci tugas-tugas masing-masing puak. Pengaturan ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan ritual kaum Harun tidak terganggu, justru terbantu olehnya.
Pada masa Perjanjian Lama pembedaan ini sangat penting karena menyangkut kekudusan ritual kemah suci. Orang awam tidak boleh bersentuhan dengan kemah suci dan perabotannya. Di dalam Kristus, perbedaan seperti itu tidak lagi diberlakukan. Semua pelayanan, baik di gereja, lembaga Kristen, maupun di dunia umum, sama-sama kudus di mata Tuhan.
Pembacaan BILANGAN 5 (hari ke 122)
Tafsiran :
Allah memberikan perintah-perintah ini untuk memelihara kekudusan bangsa Israel, supaya Ia dapat tetap tinggal di antara umat-Nya dan memberkati mereka. Ini penting karena Israel akan segera meninggalkan Sinai dan memasuki Tanah Perjanjian. Tentu saja perintah ini ditujukan kepada seluruh umat, bukan hanya para imam.
Untuk menjaga kekudusan umat maka orang yang najis tidak boleh tinggal di antara komunitasnya selama masa kenajisan mereka. Mereka harus tinggal di luar perkemahan (1-3). Ini bukanlah semacam diskriminasi. Tetapi umat Allah harus belajar menjauhkan diri dari kenajisan sebab Allah yang Maha Kudus berdiam di tengah-tengah mereka (3). Orang yang hidup dekat dengan Allah memang harus kudus dan memelihara kekudusan.
Kekudusan bukan hanya harus terjadi dalam hubungan antara umat dan Allah, tetapi juga perlu berlaku dalam hubungan dengan sesama. Orang yang berdosa terhadap umat Allah berarti sudah berlaku tidak setia kepada Allah (6). Dalam hal ini berlaku peraturan bahwa orang yang berdosa terhadap orang lain (tampaknya dalam hal kepemilikan harta benda), harus mengakui dosanya terlebih dulu lalu membayar restitusi dan tambahan yang diperlukan sebagai kompensasi (5-7). Bila orang itu telah meninggal maka kompensasi harus dibayarkan kepada kaumnya. Bila tidak ada kaumnya maka kompensasi harus dipersembahkan kepada Tuhan (8).
Dari masyarakat purba ini, kita belajar bahwa kesalahan terhadap orang lain harus diselesaikan dengan baik. Meski permintaan maaf adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk memulihkan hubungan dengan orang lain, itu tidak menghilangkan kewajiban untuk memberikan ganti rugi bila perbuatan kita telah merugikan orang tersebut. Prinsip itu tetap relevan bagi kita yang hidup di zaman ini. Yang teramat penting bila kita bersalah perlu memohon pengampunan Allah di dalam Yesus Kristus. Itu perlu diikuti dengan pemberesan dalam hubungan sosial kita.
Pembacaan BILANGAN 6 (hari ke 123)
Tafsiran:
Setiap Kristen rindu diberkati oleh Tuhan. Namun, banyak Kristen keliru memahami berkat Tuhan tersebut. Untuk menghindari pemahaman yang salah, apa yang dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui seseorang diberkati atau tidak diberkati oleh Tuhan? Seringkali yang dipakai sebagai tolok ukur berkat adalah kesehatan, kesuksesan, dan kekayaan. Namun, firman Tuhan justru tidak menyebutkan atau membenarkan salah satu dari ketiga hal tersebut.
Berkat Tuhan adalah penyertaan dan perkenanan-Nya. Apakah artinya memiliki kesehatan prima, kesuksesan berbisnis dan kekayaan melimpah bila Tuhan tidak berada di pihak kita dan beserta dengan kita? Bagi Musa yang diberkati Tuhan, penyertaan dan perkenanan Tuhan atas dirinya ketika dia ditunjuk untuk memimpin bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian sudah cukup baginya. Kehadiran Tuhan sebagai gembalanya selalu cukup bagi Daud, baik pada saat tenang maupun pada saat ia melewati lembah kekelaman. Bagi Paulus, sukacitanya tidak dibatasi oleh materi, tembok-tembok penjara, dan kesehatan.
Berkat Tuhan dalam kehidupan Kristen masa kini. Pengalaman para tokoh Alkitab yang diberkati Tuhan secara luar biasa, tidak membuat mereka mengubah pemahaman tentang berkat Tuhan dalam hidup mereka. Akibatnya, dalam penyertaan Allah semua kebutuhan mereka terpenuhi: kesehatan, kesuksesan memimpin umat, dan kebutuhan ekonomi. Berbeda dengan keadaan banyak Kristen masa kini yang menganggap dan mengkotak-kotakkan berkat Tuhan sebatas pemenuhan kebutuhan "perut dan gengsi". Pengaruh paham materialisme telah membungkam kepercayaan iman kita. Akibatnya kita dibelenggu oleh paham bahwa kita kini hidup di zaman yang serba bergantung pada materi. Tuhan hanya dianggap ada bila kebutuhan materi terpenuhi. Pernahkah kita bertanya: "mengapa hingga saat ini aku masih bernafas? Darimanakah nafas itu aku peroleh?"
Doa: Tuhan tolonglah aku untuk melihat segala sesuatu yang ditawarkan dunia ini adalah sampah dibandingkan dengan penyertaan dan perkenanan-Mu.
Hari ke 124 pembacaan BILANGAN 7
Tafsiran :
Rangkaian pengaturan untuk berbagai ritual kemah suci, khususnya sikap yang perlu dalam menjalani hidup suci, apalagi untuk melangsungkan peperangan suci, sudah dipaparkan sejak kemah suci didirikan (Kel. 40 - Bil. 6). Kini Bilangan 7 berbicara mengenai persembahan-persembahan yang harus dibawa masing-masing suku ke kemah suci, untuk digunakan oleh kaum Lewi dalam menjalankan tugas mereka dalam pelayanan kemah suci.
Pertama-tama, persembahan bersama kedua belas suku untuk kaum Lewi (3-9). Persembahan yang berupa 6 kereta dan 12 lembu bisa langsung digunakan oleh masing-masing puak sesuai tugasnya. Namun, persembahan yang berikut itu menyangkut penahbisan mezbah yang akan digunakan untuk ritual secara regular. Di sini ayat 12-83 mencatat setiap suku memberikan sejumlah harta mereka, perabotan emas dan perak, serta sejumlah ternak mereka, dalam suatu ritual yang berlangsung selama 12 hari berturut-turut. Kemudian disimpulkan ulang di ayat 84-88.
Mengapa pencatatan itu begitu detail dan mengulang persis sama? Buat orang modern, membacanya pasti membosankan dan merupakan pemborosan kata maupun halaman tulisan. Namun, bagi kedua belas suku Israel, pencatatan itu menyatakan bahwa setiap suku berharga di mata Tuhan, dan setiap suku dengan antusias memberikan persembahan masing-masing. Kelak ketika kitab Bilangan ini dibacakan dari generasi ke generasi, setiap angkatan dari masing-masing suku akan memasang telinga mereka baik-baik, mengantisipasi nama suku mereka disebut. Hal itu melegakan hati, bahkan mendatangkan sukacita karena suku mereka berarti di hadapan Tuhan.
Bayangkan pengharapan dan antusiasme setiap suku ketika mendengar nama mereka disebut! Yesus sendiri menyatakan bahwa Gembala yang Agung akan memanggil setiap domba-Nya dengan namanya masing-masing (Yoh. 10:3). Bukankah itu kerinduan setiap kita, mendengar Tuhan menyapa kita dengan nama kita masing-masing?
Pembacaan BILANGAN 8 (hari ke 125)
Tafsiran :
Pasal 3-4 telah menegaskan pemilihan suku Lewi dengan puak-puaknya untuk melayani di kemah suci, membantu para imam keturunan Harun dalam menyelenggarakan ritual. Pasal 8 ini menyajikan upacara penahbisan Lewi ke dalam jabatan pembantu imam di kemah suci.
Sebelum penjelasan penahbisan Lewi, ada instruksi kepada Harun mengenai salah satu tugas rutinnya, yaitu memastikan lampu pada kandil yang terletak di ruang kudus tetap menyala dan menerangi bagian depan, yaitu meja roti sajian (2-4; Kel. 40:22-25). Lampu yang menerangi meja roti sajian itu melambangkan terang berkat kehidupan dari Allah yang menyinari terus menerus kedua belas suku Israel yang dilambangkan dengan dua belas roti sajian. Hal ini menjadi peringatan bagi Harun akan tugasnya, sekaligus mengingatkan kembali pentingnya pelaksanaan ritual kemah suci dijalankan dengan seteliti dan sedetail mungkin.
Berangkat dari betapa pentingnya menjaga kekudusan dan ketahiran kemah suci, maka penahbisan Lewi menjadi sangat penting untuk mempersiapkan mereka melayani di kemah suci sebagai pembantu imam. Ditegaskan ulang bahwa kaum Lewi ini merupakan pengganti dari setiap anak sulung suku-suku Israel, milik Allah sepenuhnya. Hal ini penting mengingat bisa saja kaum Lewi merasa pekerjaan mereka sepele karena yang mendapatkan hak untuk terlibat langsung dalam ritualnya hanyalah keturunan Harun.
Gereja-gereja tertentu hanya mengenal jabatan pelayan gereja sebagai pendeta. Yang lainnya, tidak memiliki jabatan formal. Akan tetapi, gereja lainnya menyebutkan guru Injil atau evangelis sebagai jabatan gerejani yang suatu waktu bisa dipromosikan menjadi pendeta sesuai dengan tata gerejanya. Kadang kala jabatan atau nonjabatan selain pendeta dianggap sebagai kurang bergengsi. Alkitab mengajarkan bahwa yang penting bukan jabatannya, tetapi bagaimana setiap jabatan atau nonjabatan menjalankan fungsinya dalam rangka memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef. 4:11-16)
.
Pembacaan BILANGAN 9 (hari ke 126)
Tafsiran :
Kadang kala, peraturan yang rumit, setelah dilaksanakan, dan kemudian menjadi biasa bahkan rutin bisa membuat tujuan pemberian peraturan itu hilang. Tuhan memberikan peraturan detail dan rumit sebenarnya untuk membuat umat belajar bergantung kepada-Nya. Ketaatan mereka melakukan peraturan itu, yang tidak selalu dimengerti maknanya, merupakan bukti kebergantungan itu. Namun bisa saja terjadi, setelah peraturan itu dilaksanakan secara rutin, umat merasa sudah menguasainya dan dengan demikian merasa sudah bisa mengendalikan hidup mereka sendiri. Ini berbahaya.
Mengapa ada perintah kembali untuk merayakan Paskah? Perintah untuk merayakan Paskah ini ternyata diberikan satu bulan mendahului sensus (9:1; bdk. 1:1). Paskah dirayakan untuk mengingat karya penebusan Allah atas umat-Nya dari perbudakan Mesir. Melalui merayakan Paskah, umat didorong dan bersemangat untuk segera berangkat menuju tanah perjanjian. Dengan demikian janji Allah melalui nenek moyang mereka, Abraham tergenapi tuntas.
Dengan merayakan Paskah umat diingatkan bahwa karya pembebasan dari Mesir bukan karya mereka, melainkan Allah. Demikian juga, perjalanan menuju tanah perjanjian, serta nantinya penaklukan dan pendudukan tanah perjanjian, merupakan karya anugerah Allah untuk mereka. Oleh sebab itu, persiapan akhir sebelum berangkat ialah kembali menyadari bahwa inisiatif ada di tangan Allah, bukan keinginan manusia. Tiang awan dan tiang api, yang pernah menuntun mereka dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Sinai, kini kembali hadir untuk menuntun mereka maju terus ke tanah perjanjian.
Alangkah indahnya kalau dalam setiap langkah hidup kita, kita belajar bergantung kepada-Nya, bukan pada pengetahuan dan pengalaman kita. Seperti umat Israel menatap tiang awan dan tiang api untuk melanjutkan perjalanan atau berkemah, kita merenungkan firman Tuhan setiap hari sebagai petunjuk dalam melanjutkan perjalanan iman kita.
Pembacaan BILANGAN 10 (Hari ke 127)
Tuhan atau manusia?
Kadang pandangan rohani kita ekstrim. Misalnya, kita berpikir bahwa jika Allah campur tangan dalam kehidupan kita, kita tidak perlu lagi bantuan manusia. Bila kita baca Alkitab dengan pertolongan Roh, kita tidak perlu menggali dengan teliti. Bila Tuhan ingin menyembuhkan kita, kita tidak perlu lagi berobat ke dokter. Pandangan demikian tidak serasi dengan ajaran tentang kedaulatan Allah atas segala sesuatu dan tidak didukung oleh contoh dalam Alkitab.
Perjalanan Israel dari Mesir menuju Kanaan, dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian, adalah inisiatif Tuhan. Itulah jawaban Tuhan atas permohonan mereka (Kel. 2:23-25). Sepanjang perjalanan mereka, Tuhan tetap menyatakan pimpinan dan penyertaan-Nya. Salah satunya melalui kehadiran tiang awan (11, 34). Ini merupakan petunjuk, kapan mereka berangkat dan kapan harus berhenti. Bahkan urutan suku dalam rombongan juga disesuaikan dengan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya (14-28). Namun, Musa meminta Hobab, keponakan istrinya, untuk tinggal bersama mereka (29). Padahal Hobab bukanlah warga Israel.
Meski pemimpin, Musa tahu batas kemampuannya. Ia sadar bahwa ia perlu pertolongan Hobab untuk memandu Israel menjelajahi padang gurun. Musa tahu bahwa Tuhan memimpin mereka melalui awan dan api. Tetapi ia tetap perlu nasihat dari orang yang kenal benar kondisi daerah yang harus mereka lalui. Hobab akan berguna bagi kelancaran perjalanan umat, maju mengikuti pimpinan Tuhan. Meski ada Hobab, keputusan Tuhan tetap mereka utamakan. Maka Musa selalu menaikkan pujian dan permohonan kepada Tuhan, saat berangkat maupun saat beristirahat.
Jelas bagi kita bahwa pimpinan dan penyertaan Tuhan bukanlah meniadakan kemungkinan untuk menerima pertolongan orang di sekitar kita. Sebaliknya, keberadaan orang yang mampu untuk menolong, hendaknya tidak serta merta membuat kita melupakan Tuhan dan keharusan untuk takut akan Dia serta bergantung penuh pada-Nya.
Pembacaan Bilangan 11 (hari ke 128)
Kebutuhan vs keinginan
Tuhan menjawab dua masalah besar yang timbul di tengah perjalanan umat Israel. Krisis ketahanan kepemimpinan Musa, dan sungut-sungut bangsa Israel menginginkan daging untuk makan. Karena kedua krisis itu berakar pada kurangnya iman pada pemeliharaan Allah maka jawaban Tuhan mengandung hukuman juga!
Tuhan menjawab Musa lebih dulu. Meski bangsa Israel tidak meminta, tetapi Tuhan tahu bahwa Musa membutuh-kannya. Karena itu, Ia mengirimkan tujuh puluh orang tua-tua untuk menolong Musa. Karena tugas mereka tidak mudah, tentu mereka membutuhkan urapan Roh Tuhan. Maka Tuhan mengambil sebagian Roh yang ada pada Musa dan menaruhnya atas mereka (24-30). Dengan keterlibatan tujuh puluh orang pemimpin pembantu dengan urapan Roh, maka beban Musa diringankan. Orang Israel tidak harus semata bergantung pada Musa untuk mendengarkan ajaran dan arahan dari Tuhan. Musa menunjukkan sikap seorang pemimpin yang sedia berbagi wewenang dan peran (29). Suatu prinsip yang harus dianut oleh semua pemimpin Kristen masa kini.
Tuhan tak menutup telinga terhadap keluhan Israel. Ia berjanji akan membuat bangsa itu makan daging selama sebulan (19-20). Menyadari banyaknya orang yang harus dipenuhi keinginannya, Musa sempat bingung. Tetapi Tuhan mengingatkan Musa akan kemahakuasaan-Nya (21-23). Musa akan melihat bagaimana Allah menggenapi firman-Nya. Dengan cara-Nya yang ajaib, Tuhan mengirimkan burung puyuh. Namun jawaban Tuhan tidak mengurangi ketamakan mereka. Akibatnya Allah menghajar mereka dengan tulah yang sangat besar (33).
Kebaikan Allah yang melimpah, baik dalam menyelamatkan maupun dalam memelihara, membuat kita memandang Allah seolah pelayan kita. Kita harus tahu menempatkan kebutuhan dan keinginan di bawah kehendak Allah. Kita bahkan perlu membedakan keinginan dari kebutuhan, dan dalam segala keadaan tidak mendikte atau memaksa Allah.
Hari ke 129 pembacaan Bilangan 12
Hormati juga hamba Tuhan
Menjadi pelayan Tuhan tidak membuat orang kebal dari isu atau hasutan yang biasanya menimpa orang yang bekerja di bidang bisnis atau politik. Bak pohon yang makin tinggi makin sering diterjang angin, begitulah pelayan Tuhan sering mendapat sorotan dan menjadi sasaran rasa iri. Musa pun mengalaminya. Malah hasutan itu ditiupkan oleh saudaranya sendiri yaitu Miryam dan Harun (1-2). Mungkin mereka iri karena otoritas yang dimiliki Musa. Mereka menganggap posisi mereka sama dengan Musa.
Bagaimana Musa menghadapi isu tersebut? Musa tidak bereaksi. Ia adalah seorang yang berhati lembut (3). Kelembutannya tentu lahir dari kedekatannya dengan Tuhan (7-8). Maka tidak ada yang dia lakukan untuk menyanggah serangan kata-kata Miryam dan Harun. Tuhanlah yang kemudian bertindak. Campur tangan Tuhan memperlihatkan pentingnya masalah ini bagi Dia. Ia mempertemukan ketiga orang tersebut dan membuka isu itu di dalam terang firman-Nya (4-8). Tuhan memang menyatakan firman-Nya secara khusus kepada Musa, lebih istimewa daripada kepada nabi lain (6-8). Tuhan memang memilih Musa untuk mengemban tugas membebaskan bangsanya keluar dari Mesir. Itu sebabnya Tuhan menjadi murka dan menghukum Miryam dengan kusta (9-10). Mungkin Miryamlah "otak" dari hasutan ini. Melihat hal itu, Harun menyatakan penyesalannya dan meminta belas kasihan Musa. Lalu Musa, pria yang lembut hati itu, datang kepada Tuhan dan memohon kesembuhan atas diri Miryam (11-13). Namun, Tuhan tetap menginginkan Miryam dihukum selama tujuh hari (14-15).
Bagi para pelayan Tuhan kisah ini menjadi penghiburan yang menguatkan: Tuhan memperhatikan dan turun tangan membela pelayan-Nya. Ini juga menjadi peringatan keras bagi sesama hamba Tuhan untuk tidak saling bersaing, tetapi saling mendukung dan menghormati. Menghormati Tuhan adalah juga berarti menghormati hamba-hamba yang telah Dia pilih.
Pembacaan BILANGAN 13 (hari ke 130)
Tafsiran :
Tidaklah mudah menaklukkan penduduk Kanaan yang terdiri dari orang yang kuat dan didukung oleh kubu pertahanan yang tangguh. Sementara Israel hanya memiliki peralatan perang yang terbatas. Sukar rasanya bila harus berperang melawan bangsa yang sudah mapan dan mempunyai kekuatan militer yang tangguh. Itulah sebabnya sebagian pengintai berpendapat bahwa tidaklah mungkin menaklukkan bangsa yang besar dan kuat itu (31).
Bila sebelumnya para pengintai itu memiliki kesamaan pendapat saat melaporkan kesuburan tanah dan kemakmuran Kanaan, tetapi dalam laporan bagian yang kedua terjadi perbedaan. Kaleb tidak setuju dengan kesimpulan yang terlalu menekankan kekuatan orang Kanaan. Ia yakin akan janji Allah kepada leluhur mereka, bahwa tanah itu akan diberikan kepada umat-Nya. Ia tahu bahwa yang menghendaki bangsa Israel memasuki Tanah Kanaan bukanlah Musa atau pun bangsa Israel sendiri, melainkan Allah! Karena itu, hal yang tidak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Itu sebabnya, Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu dihadapan Musa. Ia mendorong bangsanya untuk tetap maju dan menduduki tanah perjanjian itu (30).
Kedua belas orang pengintai melihat pemandangan yang sama: anggur yang sama, orang yang sama, tanah yang sama, dan kota yang sama. Namun, perbedaan perspektif saat melihat semua itu menghasilkan perbedaan pendapat di antara mereka. Kaleb melihat tugas itu dari sudut pandang Allah yang berkuasa, tetapi pengintai yang lain melihat berdasarkan kemampuan manusia. Sehingga mereka seolah-olah mengatakan bahwa raksasa-raksasa yang tinggal di tanah itu lebih besar daripada Allah mereka sendiri.
Di sini kita melihat bahwa bukan buruknya situasi atau keadaan yang membuat ada atau tidaknya iman seseorang. Sebaliknya, ada atau tidak adanya imanlah yang membuat orang bisa melihat suatu situasi, meski buruk sekalipun, dengan penilaian yang berbeda.
Pembacaan BILANGAN 14 (Hari ke 131)
Teguh dalam iman
Tuhan membuat ketentuan sesuai sifat-sifat-Nya. Ia tidak seperti manusia yang bisa berubah-ubah. Ia tidak bisa dipengaruhi oleh bujukan atau permohonan pihak lain. Siapa pun tak akan bisa melawan. Musa sekali pun tidak mampu melunakkan hati Tuhan, meski ia adalah hamba Tuhan yang Dia pilih secara khusus dan yang pernah berhadapan muka dengan Dia. Tuhan tetap pada keputusan-Nya.
Akan tetapi, di dalam kasih-Nya, Tuhan memenuhi permintaan Musa untuk mengampuni bangsa itu. Ancaman penyakit sampar dicabut Tuhan. Meski demikian, keadilan tetap ditegakkan: yang salah harus dihukum sebagai konsekuensi pemberontakan mereka. Mereka telah menolak rencana Tuhan yang begitu baik, maka mereka tidak akan menerima penggenapannya. Mereka yang harus dihukum adalah yang telah berkali-kali mengalami mukjizat Tuhan, yaitu generasi yang keluar dari Mesir. Dalam perhitungan Tuhan, mereka sudah sepuluh kali menista Tuhan (22-23). Sebab itu mereka akan mati di padang gurun (29, 32-35). Mereka yang tidak dihukum mati pun mengalami penderitaan panjang di padang gurun karena perjalanan memasuki Kanaan diperpanjang menjadi 40 tahun! Keadilan Tuhan juga berlaku atas para pengintai yang menghasut orang Israel. Mereka tetap akan mati kena tulah (36-37). Sebagai perkecualian, Kaleb dan Yosua tak ikut dihukum, karena iman dan keberpihakan mereka pada Tuhan. Kaleb, Yosua, dan mereka yang berumur di bawah 20 tahun, boleh masuk ke tanah perjanjian (29-30).
Terlihat bahwa Tuhan menganggap serius penolakan orang untuk memercayai Dia. Tuhan memang panjang sabar dan mahapengampun, tetapi bukan berarti Dia membiarkan diri-Nya dinista. Karena itu, percayalah kepada Tuhan dan jangan pernah menolak kehendak-Nya! Berdirilah teguh di dalam iman kepada-Nya (lih. ay. 24), karena orang yang berdiri di pihak Dia, tidak akan Dia tinggalkan. Bahkan meski ada tantangan dari pihak lain yang lebih kuat dari kita, kita harus tetap taat pada kehendak-Nya.
Pembacaan BILANGAN 15 (Hari ke 132)
Melakukan perintah Tuhan, bukan keinginan sendiri.
Allah yang setia mengasihi adalah Allah yang adil dan berdaulat penuh. Dosa diurus-Nya dengan adil pula. Dosa-dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja diselesaikan dengan korban penghapusan dosa. Tetapi dosa yang dilakukan dengan sengaja, orang itu menjadi penista Tuhan dan akibatnya akan dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya alias dihukum mati. Karenanya, segenap umat diperintahkan untuk membuat jumbai-jumbai berwarna ungu kebiruan pada punca jubah mereka. Maksud jumbai itu ialah agar dengan melihatnya mereka diingatkan untuk taat dan melakukan perintah Tuhan dan tidak menuruti keinginan sendiri.
Kedudukan sebagai anak Allah. Berbagai cara Allah pakai untuk mengingatkan umat pada kedudukan sebagai umat Allah. Tujuannya adalah membuat orang agar bertindak sesuai kehendak Allah. Syukurlah bahwa di dalam Kristus kini umat diingatkan akan kedudukannya sebagai anak-anak Allah dan telah diampuni dosanya, kecuali jika orang bersangkutan mengeraskan hati, memberontak, dan menolak Kristus sebagai Juruselamatnya.
Renungkan: Tuhan Yesus Kristus telah rela berkorban demi kita. Karena itu tinggalkanlah semua dosa-dosa kita, dan terimalah pengampunan dan pemulihan dari-Nya.
Pembacaan BILANGAN 16 (hari ke 133)
Tafsiran :
Pemberontakan yang dipimpin oleh Korah, Datan dan Abiram terhadap kepemimpinan Musa sangatlah jahat di mata Tuhan. Ada dua motif utama di baliknya.
Alasan pemberontakan Korah dan 250 pemimpin umat terdengar begitu rohani. Mereka menilai Musa telah "meninggikan diri di atas jemaat Tuhan" (3). Padahal mereka sebenarnya iri hati. Korah tergolong bani Kehat, yang merupakan golongan tersendiri di antara bani Lewi. Ia memegang jabatan pengurus perabot Kemah Pertemuan (Bil. 4:1-20). Namun, ia tidak puas dengan kedudukan itu. Ia ingin menduduki jabatan imam seperti Harun (Bil. 16:10). Padahal baik Musa maupun Harun menjadi pemimpin umat bukan atas kemauan mereka sendiri, sebaliknya karena dipilih Tuhan (5, 7). Jadi pemberontakan Korah dan sekutunya terhadap kepemimpinan Musa dan Harun, pada hakikatnya merupakan pemberontakan terhadap Tuhan sendiri (11).
Sedangkan pemberontakan Datan dan Abiram disebabkan kecewa terhadap kepemimpinan Musa. Mereka menilai Musa telah menipu mereka, karena ia tidak membawa mereka ke "negeri yang berlimpah susu dan madu" dan tidak memberikan "ladang dan kebun anggur sebagai milik pusaka" kepada mereka. Musa membawa mereka keluar dari "negeri yang berlimpah susu dan madu" supaya mereka binasa di padang gurun (13-14). Jelas ini tidak benar! Bukan Musa yang menyebabkan mereka sengsara di padang gurun. Itu karena dosa mereka sendiri. Lagi pula dengan menganggap Mesir sebagai "negeri yang berlimpah susu dan madu", berarti mereka menghina Allah! Karena dari sanalah Tuhan memerdekakan mereka dan menjadikan mereka umat-Nya.
Memandang segala sesuatu berdasarkan kepentingan diri sendiri, seperti yang dilakukan Korah, Datan dan Abiram, terbukti tidak selalu benar. Sebab iri hati dan membenarkan diri bisa menjadi produk sampingannya. Marilah kita belajar untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah. Untuk itu kita pelu mempelajari firman-Nya.
Pembacaan BILANGAN 17 (Hari ke 134)
Tongkat Harun berbunga.
Kali ini konfirmasi Allah memilih dan menetapkan Harun sebagai pemimpin. Allah memiliki berbagai cara meresponi dan menangani ketidaktaatan manusia. Permasalahan yang terjadi sebenarnya berakar dari kesombongan dan ambisi kuat untuk mengambil alih kepemimpinan, khususnya tentang pengangkatan Harun. Allah bermaksud menghilangkan segala bentuk keraguan Israel sekitar pengangkatan Harun tersebut. Cara Allah unik yaitu dengan memberikan suatu tanda bagi mereka yang tak mungkin salah dan keliru (ayat 2-5). Allah berdaulat, itulah sebabnya dari sekian banyak tongkat para pemimpin suku Israel, tongkat Harunlah yang bertunas serta mengeluarkan bunga dan buah badam (ayat 8). Dan hal itu menandai pemilihan dan penyertaan Allah atasnya. Hanya dengan kuasa Allah saja semua itu dapat terjadi. Allah memiliki berbagai cara. Pemimpin umat yang sah haruslah didasarkan atas konfirmasi Allah. Sebab selain pemimpin tersebut dipanggil, ia juga diurapi dan diteguhkan Allah dengan kuasa dan tanda.
Renungkan: Tuhan berdaulat menegakkan dan meneguhkan kebenaran-Nya bagi umat-Nya.
Doa: Tolong hamba agar tidak menjadi pesungut, melainkan menjadi penurut pimpinan ilahi.
Pembacaan BILANGAN 18 (hari ke 135)
Tafsiran :
Pengaturan bagi suku Lewi dan keluarga Harun di pasal 18 ini masih berkenaan dengan persiapan kelak memasuki tanah perjanjian, tetapi juga dalam rangka mencegah terjadinya pemberontakan seperti di pasal 16. Suku Lewi telah diatur menjadi pelayan Tuhan atas segala peralatan kemah suci dan perabotannya. Mereka diambil Tuhan di kemah suci sebagai ganti anak-anak sulung Israel yang dahulu ditebus Tuhan dari perbudakan Mesir (6; lih. 3:45).Namun, tugas pelaksanaan ritual kemah suci hanya diserahkan kepada Harun dan keluarganya.Dengan demikian setiap suku lainnya tidak boleh menghampiri, menyentuh, apalagi mencoba menjalankan ritual di kemah suci.
Kepada kaum Lewi dan para imam, Tuhan telah menetapkan tentang apa yang menjadi bagian mereka. Kepada kaum imam, Tuhan memberikan bagian dari kurban persembahan yang dibawa umat Israel ke kemah suci (8-19). Oleh karena itu, Harun dan keturunannya tidak mendapatkan tanah pusaka (20). Mereka hidup langsung dari pemeliharaan Tuhan lewat persembahan umat. Kaum Lewi juga tidak mendapatkan tanah pusaka. Hidup mereka pun langsung dari pemeliharaan Tuhan melalui persembahan persepuluhan umat (21-24).Sebagai ucapan syukur dan pernyataan kebergantungan kepada Tuhan maka kaum Lewi juga wajib memberikan persepuluhan mereka untuk Harun dan keluarganya (26-32).
Masing-masing kita memiliki panggilan khusus dari Allah.Ada yang dipanggil menjadi hamba Tuhan penuh waktu di gereja, di lembaga Kristen, bahkan di dunia umum untuk pelayanan kerohanian. Yang lain dipanggil untuk bekerja menghasilkan uang dan kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung para pelayan Tuhan yang penuh waktu. Setiap kita harus menggumuli serius pimpinan Tuhan. Yang dipanggil penuh waktu, berani abdikan diri sepenuhnya karena Tuhan pasti mencukupkan kebutuhan kita.Yang dipanggil di dunia kerja, Anda diberi kehormatan untuk menjadi alat Tuhan mendukung pelayanan kaum rohaniwan.
Pembacaan BILANGAN 19 (Hari ke 136)
Tafsiran :
Mengapa hukum pentahiran dipaparkan untuk umat Israel yang sedang dalam perjalanan di padang gurun dan akan kelak berperang masuk ke tanah perjanjian? Dalam suasana berperang, tidak terhindari bersentuhan dengan mayat orang yang terbunuh. Aturan Taurat jelas dan ketat, orang yang tersentuh dengan mayat akan menjadi najis tujuh hari lamanya (11), dan harus tinggal di luar perkemahan. Bahkan kenajisan itu menulari benda dan orang di sekitarnya (14-15). Tanpa pentahiran, orang yang najis harus mengalami ekskomunikasi seterusnya (13, 20).
Dalam kasus-kasus kenajisan yang dicatat di kitab Imamat, salah satu cara pentahirannya ialah dengan memberikan persembahan kurban (Im. 14:10 dst.; 15:13 dst, 28 dst). Tentu biayanya mahal dan merepotkan. Namun dengan cara yang diaturkan sekarang kerepotan dan biayanya bisa ditekan. Seekor lembu yang khusus dibakar sampai habis, abunya dipakai untuk membuat air pentahiran (2-10). Air pentahiran itu bisa dibuat kapanpun sesuai dengan kebutuhan.
Peraturan yang Tuhan buat dan berlakukan untuk umat Tuhan bukan untuk mempersulit mereka, melainkan untuk memastikan bahwa mereka selalu dalam keadaan siap sebagai umat, bahkan pasukan Tuhan. Ingat konteksnya ialah perjalanan padang gurun dan peperangan. Oleh karena itu dibuat prosedur yang lebih mudah dengan tetap mempertahankan kesakralan umat Tuhan.
Ibrani 9:13-14 membandingkan darah kurban domba jantan atau lembu jantan dan abu lembu muda yang berfungsi menahirkan orang yang najis secara lahiriah dengan darah Kristus yang menyucikan secara rohaniah. Apa saja yang menajiskan secara rohani kehidupan kita masa kini? Bukan mayat manusia secara harfiah, melainkan kehidupan yang bagaikan mayat seperti yang dicatat dalam Efesus 2:1-3. Adakah hidup kita dikendalikan oleh hawa nafsu, oleh bujukan dunia ini, dan oleh tipu daya Iblis. Itulah yang menajiskan kita. Untuk itu diperlukan darah Kristus untuk menguduskan kita.
Pembacaan BILANGAN 20 (hari ke 137)
Tafsiran :
Bila terbiasa melakukan suatu pekerjaan untuk waktu yang cukup lama, biasanya orang kemudian cenderung menganggap remeh pekerjaan tersebut. Musa pun jatuh pada kesalahan demikian. Ketika Tuhan meminta Musa untuk melakukan sesuatu yang mirip dengan apa yang pernah ia lakukan, ia kemudian tidak lagi memperhatikan firman Tuhan dengan saksama dan tidak menjaga kekudusan tingkah lakunya. Dengan demikian Musa tidak menghormati Tuhan.
Untuk kesekian kalinya, umat Israel bertengkar dengan Musa (2-5). Musa dan Harun kemudian pergi menghadap Tuhan dan Tuhan memberikan perintah tentang apa yang harus mereka lakukan secara cukup mendetail (7-8). Namun, Musa ternyata tidak melakukan persis seperti apa yang diperintahkan Tuhan. Ayat 9 menyiratkan bahwa hanya bagian di mana "Musa mengambil tongkat dari hadapan Tuhan", merupakan bagian yang ditaati oleh Musa.
Adapun kesalahan yang dilakukan oleh Musa adalah sebagai berikut:
Pertama, memurkai umat Israel dengan kata-kata kasar (menyebut mereka sebagai "orang-orang durhaka"), padahal Tuhan tidak murka terhadap mereka (10; band. Mzm. 106:33).
Kedua, menyiratkan bahwa Musa dan Harun (lihat pemakaian kata "kami" pada ayat 10) yang akan melakukan keajaiban, dan bukan Tuhan.
Ketiga, menunjukkan ketidaktaatan (band. 24) dan ketidakpercayaan (12) mereka dengan memukul bukit batu dua kali dengan tongkatnya (11). Padahal Tuhan hanya meminta mereka untuk berbicara kepada bukit batu tersebut (8).
Keempat, melakukan semua kesalahan ini di hadapan seluruh umat Israel (12). Karena Musa dan Harun tidak menghormati kekudusan Tuhan, tidak mengherankan bila Tuhan kemudian murka dan menghukum mereka tidak boleh masuk ke tanah perjanjian (12).
Tuhan berfirman: "Kepada orang yang karib kepada-Ku, kunyatakan kekudusan-Ku" (Im. 10:3). Maka semakin kita dekat dengan Tuhan, kita semakin dituntut untuk menghormati kekudusan Allah.
Pembacaan BILANGAN 21 (hari ke 138)
Tafsiran :
Israel baru saja mengalami berkat dari bergantung penuh kepada Tuhan. Mereka berhasil mengalahkan Arad secara gemilang (1-3). Namun kemudian, hanya karena harus berjalan sedikit lebih jauh (4), mereka mulai lagi memrotes Musa. Agaknya mereka tidak memahami kesabaran Musa terhadap Edom. Mereka lupa bahwa kemenangan atas Arad bukanlah hasil kehebatan mereka, tetapi merupakan karunia Tuhan.
Terang-terangan mereka "berkata-kata melawan Allah dan Musa" (5). Seperti para orang tua mereka, mereka menyesali kebebasan dari Mesir serta menggerutu tentang kekurangan makanan dan air. Mereka juga mengeluarkan ucapan yang lebih jahat daripada ucapan orang tua mereka. Sungguh terbalik dari sikap takut kepada Tuhan dan Musa, yang mereka tunjukkan pada Kel. 14:31. Mereka tidak menghargai pemeliharaan Tuhan yang luar biasa. Mereka menyambut manna sebagai makanan hambar yang memuakkan (5). Perkataan "tidak ada air" kontradiksi dengan nyanyian mereka di ay. 17-18. Ini menunjukkan bahwa keluhan mereka sesungguhnya tidak berdasar.
Kali ini Tuhan menghukum mereka dengan mengirim ular-ular tedung untuk memagut mereka sampai mati (6). Karena menghina pemberian surgawi, mereka harus menerima pemberian dari bumi yang mematikan. Segera mereka bertobat dan meminta Musa untuk berdoa bagi mereka (7). Lalu Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tiruan ular tedung dan menaruhnya pada sebuah tiang. Setiap orang yang terkena bisa ular itu, akan tetap hidup bila melihatnya (8-9). Prinsipnya, pertolongan Tuhan tidak berlaku otomatis. Hanya jika merespons firman Tuhan dengan iman yang taat, pertolongan Tuhan akan mereka terima.
Demikian juga dengan anugerah keselamatan dari Allah dalam Tuhan Yesus Kristus, tersedia bagi siapa saja yang menyadari diri berdosa. Anak Manusia telah ditinggikan di kayu salib supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yoh. 3:14-15).
Pembacaan BILANGAN 22 (hari ke 139)
Tafsiran :
Bileam yang dikenal oleh Balak sebagai orang yang memiliki kuasa untuk mengucapkan kutuk atau berkat, ternyata tidak dapat melihat malaikat Allah. Justru keledainya yang dapat melihat (23, 25, 27).
Sebelumnya pun, Bileam tidak dapat melihat bahwa kepergiannya ke Moab bersama para pemuka Moab sesungguhnya membangkitkan murka Allah (22). Mungkin, orientasinya pada waktu itu hanyalah tawaran imbalan yang besar dari Balak bila ia mau datang dan mengutuki Israel (lihat ayat 17). Akibatnya, ia tidak menghiraukan larangan Allah untuk pergi ke tempat Balak (lihat ayat 12).
Jika Balak mengutus para pemuka untuk membujuk Bileam, Tuhan mengirimkan utusan-Nya untuk menghalangi kedatangan Bileam. Saat Bileam di tengah jalan, Malaikat Tuhan menghadang keledai yang dia tunggangi. Ini membuat sang keledai tidak mau melanjutkan perjalanan. Bileam jadi marah hingga tega memukul keledainya dengan tongkat (27). Bahkan ia berniat membunuh keledainya, padahal keledainyalah yang menghindarkan dia dari kematian (23). Ia juga tidak mau mendengarkan perkataan keledai, yang dengan ajaib bisa berbicara kepadanya. Barulah setelah melihat Malaikat Tuhan yang menghalangi jalan si keledai (28-31), Bileam mengakui kesalahannya dan menyatakan kesediaannya untuk pulang, jika Tuhan menginginkan (34). Namun Malaikat Tuhan menyuruh Bileam untuk tetap pergi, dengan satu syarat, ia harus berbicara sesuai perintah Tuhan (35). Kembali Bileam berjalan menuju tempat Balak, tetapi kali ini misinya akan tidak sejalan dengan keinginan orang Moab karena kali ini ia akan menyesuaikan dirinya dengan perintah Allah.
Menyesuaikan diri dengan kehendak Allah juga sering menjadi pergumulan kita. Namun seperti Bileam, keinginan untuk tahu tidak disertai dengan kerinduan untuk taat. Karena yang diharapkan, kehendak Allah itu sesuai keinginan kita, dan bukan sebaliknya. Belajar dari kisah Bileam, jangan sampai Allah memaksa kita seperti Dia memaksa Bileam. Saat Allah menyatakan kehendak-Nya, taatilah!
Pembacaan BILANGAN 23 (hari ke 140)
Tafsiran :
Kutuk jadi berkat. Semakin dikutuk, berkat semakin besar. Usaha Bileam mengutuk Israel berubah menjadi berkat Allah. Inilah providensia Allah atas Israel. Tidak satu bahaya pun menimpa umat Tuhan, jika Tuhan tidak mengizinkan (20, 23). Bila umat Tuhan berada di dalam pemeliharaan Allah, mengapa harus takut terhadap persekongkolan pihak lain yang akan mengancam keselamatannya? Ancaman dan kebencian yang ditujukan bagi orang beriman justru akan menyatakan keistimewaan iman kita.
Mengutuk umat Allah berarti melawan Allah. Walaupun cara yang dipakai Balak luar biasa yaitu mendirikan mezbah dan memberikan persembahan kepada Yahweh - bukan ilah lain -; namun usaha tersebut tak diperkenankan Allah, karena tujuannya adalah mengutuki Israel, umat pilihan Allah. Barangsiapa merekakan kejahatan bagi Israel, akan berhadapan langsung dengan Allah.
Allah yang hadir, Allah yang melindungi. Di samping providensia Allah, ada kebenaran lain yang indah yaitu bahwa umat Allah dilindungi oleh kehadiran-Nya, dan dipelihara oleh pimpinan penyertaan-Nya di dalam hidup mereka. Sungguh nyata berkat Allah.
Renungkan: Kutukan dapat menjadi berkat Allah bagi umat-Nya yang mau hidup dalam pemeliharaan-Nya.
Hari ke 141 pembacaan BILANGAN 24
Tafsiran :
Tidak ada kekuatan apa pun yang dapat menghalangi gerak maju Allah dalam mewujudkan rencana-Nya di dunia ini, khususnya dalam kehidupan umat-Nya!
Untuk ketiga kalinya Allah menaruh ucapan berkat ke dalam mulut Bileam, yang sebenarnya dibayar oleh Balak untuk memberondongkan kutuk dari kekuatan tenungnya. Dalam ucapan ketiga (3-9), Bileam memuji-muji keindahan, kelimpahan, dan kekuatan Israel (5-7a). Dengan menggunakan gambaran kemah, lembah, pohon gaharu, pohon aras dan air, hal tersebut ia paparkan karena Allah sendiri menjadi pembebas, pelindung (8), dan pemberdaya Israel. Janji Allah kepada Abraham kini diteguhkan ulang oleh Allah melalui nubuat Bileam (9b, band. Kej. 12:3).
Sesudah dimarahi oleh Balak untuk kesekian kali, Bileam lalu tunduk pada kedaulatan Allah. Mengalirlah ujaran kelima sampai ketujuh (15-19, 20, 21-22, 23-24). Dalam nubuat keempat yang menjadi inti dan puncak dari rangkaian nubuat Bileam, Allah membentangkan tindak penyelamatan yang akan Dia lakukan. Nubuat tersebut kita kenal sebagai nubuat mesianis, sebab membicarakan tentang bintang dan tongkat kerajaan yang akan keluar dari keturunan Yakub (17). Hal itu akan terjadi jauh di depan zaman Bileam (17a). Kini kita tahu bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, yang dibicarakan di sini. Sesudah mengucapkan nubuat mesianis, Bileam kembali diberi Tuhan kata-kata yang membentangkan kejayaan Israel dalam zaman tersebut. Israel akan berhasil menaklukkan tanah perjanjian karena Tuhan. Bangsa-bangsa akan takluk pada tindakan-tindakan Allah dalam sejarah (20-24).
Bagaimanakah Anda menilai sejarah dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya? Sejarah memang adalah kancah pertarungan terang dan gelap. Sebagai orang beriman, kita patut memercayai bahwa Allah tengah menggenapi maksud-maksud kekal-Nya di dalam dan melalui gereja, umat-Nya. Mari kita menatap makin sungguh pada Tuhan Yesus, satu-satunya pengharapan bagi dunia.
Hari ke 142 pembacaan BILANGAN 25
Tafsiran :
Alkitab menunjukkan bahwa tiga musuh orang beriman adalah Iblis, dunia, dan diri sendiri. Ternyata dari ketiga hal ini, diri sendirilah menjadi penentu yang paling akhir dan karenanya merupakan musuh yang paling berbahaya dan harus diwaspadai.
Dalam pasal sebelumnya, Bileam mencoba mengutuki Israel tetapi tidak bisa. Namun kemudian, Israel dikalahkan oleh ketidaktaatan mereka sendiri karena menyambut godaan perempuan-perempuan kafir. Mereka telah berzina dengan perempuan kafir dan ikut-ikutan menyembah dewa bangsa kafir itu (1-3). Jelas saja Tuhan marah dan menimpakan tulah atas Israel (9). Tuhan memandang serius dosa ini sehingga hukuman yang dijatuhkan bukan hanya tulah. Orang-orang yang telah hidup dengan perempuan kafir harus digantung (4-5)! Puncak kejahatan Israel adalah ketika seorang Israel membawa seorang perempuan Midian ke Kemah Pertemuan. Bahwa tindakan ini membuat Pinehas bertindak kejam menyatakan bahwa mereka mungkin sekali memimpin upacara penyembahan kafir, yang melibatkan ritual seksual. Kemarahan Pinehas yang meneguhkan kekudusan melawan dosa (6-8), membuat Allah akhirnya menghentikan tulah tersebut setelah dua puluh empat ribu orang mati (9). Karena ketegasan Pinehas, Tuhan mengadakan perjanjian mengenai keimaman selamanya dengan Pinehas (12-13).
Orang yang tidak setia memang akan dihukum oleh Tuhan, sebaliknya mereka yang setia akan diberkati Tuhan. Ketegasan dan keberanian untuk melakukan kebenaran juga diperhitungkan Tuhan, bahkan sangat Dia hargai. Karena itu jangan pernah tergoda untuk melawan Tuhan dan berseberangan dengan kehendak-Nya. Ingatlah bahwa dosa akan menghancurkan persekutuan kita dengan Tuhan. Sebaliknya, jangan pernah takut untuk melakukan kebenaran. Mungkin kelihatannya kecil dan tidak berpengaruh apa-apa, namun ingatlah bahwa Tuhan menghargai orang benar yang berani membuat perbedaan dengan melakukan kebenaran.
Pembacaan BILANGAN 26 (hari ke 143)
Tafsiran :
Bilangan 26 ini mulai mengisahkan generasi kedua Israel yang keluar dari Mesir. Generasi pertama telah berakhir, ditutup dengan kisah sedih penghukuman Tuhan atas zina rohani mereka yang menyembah Baal Peor (ps. 25). Generasi pertama dihukum Tuhan tidak dapat masuk ke Tanah Perjanjian, karena ketidakpercayaan dan pemberontakan mereka pada Tuhan. Kini giliran generasi kedua mendapatkan kesempatan untuk masuk ke Tanah Perjanjian.
Sensus yang Tuhan perintahkan untuk umat Israel lakukan memiliki dua tujuan. Pertama, untuk menghitung jumlah pasukan Israel yang kelak sanggup berperang ketika masuk ke negeri Kanaan (1-2). Ternyata jumlah mereka tidak beda terlalu jauh dengan generasi orang tua mereka (51, band. 1:46). Dulu, dengan jumlah seperti itu orang tua mereka ketakutan dan tidak berani menyerang Kanaan (13:31-33). Melalui sensus ini, Tuhan ingin mengingatkan mereka bahwa bukan jumlah mereka, melainkan penyertaan Tuhanlah yang akan memampukan mereka menaklukkan Tanah Perjanjian. Bahwa jumlah generasi kedua tidak berbeda jauh dari generasi pertama saja sudah menunjukkan penyertaan Tuhan selama 38 tahun pengembaraan di padang gurun.
Kedua, dengan mengetahui jumlah masing-masing suku, maka pembagian tanah pusaka kelak bisa proporsional dan adil (52-56). Perintah sensus ini menyatakan keseriusan Tuhan menggenapi janji-Nya kepada umat-Nya. Pada saat yang sama, suku Lewi disensus tersendiri karena mereka tidak akan mendapatkan tanah warisan (57-62). Warisan mereka adalah Tuhan karena pilihan-Nya atas mereka, agar mereka mengkhususkan diri untuk melayani Dia.
Tuhan tidak pernah berubah dalam kesetiaan dan kasih-Nya. Dia tetap menyertai umat-Nya masa kini dalam perjalanan di belantara dunia ini. Yang penting adalah respons kita untuk percaya dan taat, sehingga anugerah-Nya tidak sia-sia. Mari gunakan kesempatan yang Tuhan berikan untuk maju terus, pantang mundur!
Pembacaan BILANGAN 27 (hari ke 144)
Tafsiran :
Tradisi yang seolah lebih mengutamakan peran pria, tentu saja memojokkan kedudukan perempuan. Tradisi tidak seimbang ini menimbulkan protes keluarga Zelafehad yang tidak mempunyai keturunan laki-laki. Peran seorang perempuan di sini diungkapkan dengan cara yang berbeda dengan peran laki-laki, namun masing-masing dihargai dengan nilai yang sama dan mendapatkan bagian yang sama. Bagi gereja masa kini, mungkin peranan wanita tidak seporsi dengan peran pria, namun jika gereja tidak memberikan kesempatan dan menghargai keberadaan perempuan dalam persekutuan umat, akan melukai kepribadiannya dan mengingkari karunia Allah.
Regenerasi kepemimpinan. Ketika Musa, pemimpin Israel akan "lengser" (turun), Allah telah mempersiapkan seorang pemimpin pengganti Musa: seorang yang lebih muda, cekatan, dan setia. Musa harus mendelegasikan tugas kepemimpinan itu kepada Yosua, dengan menumpangkan tangannya. Mungkin sulit untuk mempercayai dan menyerahkan kuasa kepada pemimpin yang lebih muda; namun Musa taat, bahkan memberikan teladan yang baik sebagai pemimpin.
Renungkan: Allah berperan penting dalam setiap proses peralihan kepemimpinan; apalagi jika menyangkut keberlangsungan umat-Nya.
Pembacaan BILANGAN 28 (hari ke 145)
Tafsiran :
Ada berbagai bentuk ritual. Ada yang sifatnya insidental sesuai dengan kebutuhan umat. Ada pula yang secara rutin dilakukan setiap hari, setiap Sabat, dan setiap bulan baru, bahkan yang sifatnya berupa perayaan tahunan. Semua menunjukkan bagaimana seharusnya umat Israel menjalani hidup. Hidup umat Israel harus berpusatkan pada Tuhan. Setiap bentuk ibadah kemah suci memiliki makna teologis yang mendalam dan mengakar pada hakikat Allah sendiri.
Persembahan kurban bakaran yang diselenggarakan dua kali sehari, pagi dan petang (1-8), merupakan bentuk pengakuan bahwa Tuhanlah yang empunya Israel bahkan alam semesta ini. Kata-kata pagi dan petang mengingatkan kita pada karya penciptaan Tuhan yang diungkapkan dengan luar biasa di Kejadian 1. Apabila Kejadian 1 memaparkan karya Allah mencipta, kini kita saksikan karya Allah memperbarui hubungan-Nya dengan manusia. Keseluruhan hidup bergerak di antara karya cipta Tuhan dan karya penyelamatan-Nya.
Persembahan kurban Sabat (9-10) adalah peringatan akan kebaikan Tuhan yang adalah pemilik dan pencipta dunia, yang dalam anugerah kasih-Nya menciptakan satu umat bagi kemuliaan Allah. Inilah salah satu makna perayaan Sabat, yaitu mengingat kemurahan Allah yang telah menebus dan memerdekakan budak-budak di Mesir untuk dijadikan umat pilihan-Nya (Ul. 5:12-15). Persembahan bulan baru (Bil. 28:11-15) dilakukan dengan pengucapan syukur untuk menegaskan bahwa waktu adalah tanda kesetiaan dan pemberian Allah agar dinikmati umat dengan bertanggung jawab.
Ritual memang bisa menjadi rutinitas belaka tanpa penghayatan akan Tuhan yang kita sembah. Karena itu, bukan ritual yang penting, melainkan ingatan akan Allah dan perbuatan-Nya yang seharusnya menghindarkan kita dari hidup yang berpusatkan pada diri sendiri. Demikian juga saat teduh di rumah, ibadah Minggu di gereja, dan perayaan-perayaan sesuai kalender gerejawi harus kembali dihayati dalam terang kasih dan kedaulatan Allah.
Pembacaan BILANGAN 29 (hari ke 146)
Tafsiran :
Dalam rangkaian ibadah dan perayaan Israel, salah satu perayaan disebut hari raya peniupan serunai (terompet). Hari itu jatuh pada tanggal 1 bulan ketujuh (1). Pada hari itu, Israel membakar korban bakaran dan sajian. Perayaan itu merupakan persiapan umat memasuki hari raya pendamaian, dengan berpuasa sebagai tanda merendahkan diri di hadapan Tuhan. Berikutnya, merayakan hari raya pondok daun. Dalam setiap perayaan itu ada berbagai sistem/aturan upacara yang harus ditaati; agar umat memahami dengan lebih baik dalam mengkomunikasikan iman, baik di dalam komunitas Ilahi maupun di hadapan manusia seluruhnya.
Makna peringatan hari-hari raya. Kristen sekarang tidak lagi melakukan tradisi peringatan hari-hari raya Israel; namun dalam setiap perayaan hari-hari raya, Kristen tetap mengangkat atau memahami makna ibadah/perayaan Israel sebagai respons terhadap panggilan Allah yang diperingati dengan suasana penuh sukacita. Peringatan hari-hari raya Kristen yang dirayakan kini perlu dihayati dengan sungguh-sungguh dan bukan sekadar rutinitas.
Renungkan: Luapan sukacita umat dalam meresponi panggilan Allah seharusnya tidak hanya nyata dalam perayaan hari raya, tetapi dalam seluruh aktivitas dan karya kita.
Pembacaan BILANGAN 30 (hari ke 147)
Tafsiran :
Kenapa nazar laki-laki dan perempuan dibedakan secara ekstrem? Ada pesan yang sangat kuat bahwa seorang perempuan bergantung pada laki-laki, entah itu ayahnya atau suaminya. Pengecualian atas hal ini hanya berlaku pada janda dan perempuan yang diceraikan. Kita perlu ingat bahwa aturan ini berasal dari masa yang sangat berbeda dengan masa kita sekarang ini.
Seorang laki-laki dewasa pada masa itu bertindak sebagai pribadi independen, sehingga ia leluasa mengucapkan sebuah nazar. Masyarakat - juga Tuhan, dalam hal ini - akan menganggap serius nazar tersebut. Maka, ia wajib menepatinya. Oleh karena itu, seorang laki-laki harus berpikir baik-baik apa yang akan dia ucapkan, jangan sembarangan berujar. Satu contoh tragis dalam hal bernazar secara sembarangan, kita jumpai pada kisah Yefta (Hak. 11:29-40).
Sementara itu, perempuan tidak memiliki kebebasan maupun kedudukan sosial yang sama dengan laki-laki pada masa itu. Perempuan tidak mempunyai akses terhadap sumber penghidupan dan kepemilikan aset. Secara sosial dan legal, posisi dan status mereka pun berbeda. Dalam kondisi demikian, bisa jadi seorang perempuan tidak mempunyai kapasitas untuk memenuhi nazarnya sendiri. Konsekuensi dari nazar yang dia ucapkan mungkin sekali akan menjadi tanggung jawab dari laki-laki terdekat yang menjadi penanggungjawabnya, entah itu ayah atau suaminya. Itulah alasan di balik perbedaan aturan bernazar ini. Bagi laki-laki yang menanggung perempuan, ia jadi memiliki kewajiban ekstra untuk mencermati arti dan konsekuensi nazar itu karena Tuhan tetap memandang setiap nazar dengan serius sehingga jika nazar itu tidak dibatalkan dalam waktu yang ditentukan, nazar itu tetap berlaku secara penuh sebagaimana nazar yang diucapkan laki-laki.
Aturan ini merupakan peringatan bagi kita untuk berhati-hati dengan perkataan kita. Jangan sembarangan berucap. Pertimbangkan baik-baik ikrar atau janji yang kita ucapkan di hadapan Tuhan. Yakinkan diri bahwa Anda sanggup menepatinya.
Hari ke 148 : pembacaan BILANGAN 31
Tafsiran :
Allah memberitahukan kepada Musa bahwa sebelum masa hidupnya berakhir dan dikumpulkan bersama para leluhurnya, ia harus memimpin bangsa Israel melawan orang Midian. Dalam usia yang renta, tentunya sulit bagi Musa melaksanakan tugas itu. Tetapi Musa tetap menunjukkan sikap seorang pemimpin yang taat dan bergantung penuh kepada Allah.
Menjaga kekudusan. Pembalasan Allah kepada bangsa Midian didasarkan atas dua hal, pertama, Midian yang menjalankan rencana jahat Bileam untuk menggoda Israel dengan perempuan dan menyeret Israel ke dalam dosa penyembahan berhala. Akibatnya, Israel terjebak melakukan perzinahan jasmani dan rohani. Kedua, Midian sendiri juga bangsa kafir, yang berzinah secara rohani. Pembalasan Allah ini lebih menunjukkan pada kekudusan Allah di tengah-tengah Israel dan bangsa lain. Perikop ini menekankan bahwa Allah ingin menyatakan kekudusan-Nya di tengah-tengah Israel.
Kekudusan-Nya tidak pernah berubah dan harus dijaga. Demikianlah sifat Allah. Kekudusan Allah itu nyata dalam firman-Nya. Musa dan imam Eleazar bersukacita karena kemenangan dari Allah yang seperti itu. Tetapi mengenai barang jarahan, Musa tetap berpegang teguh pada firman Allah bahwa semua barang jarahan tetap harus dikuduskan; perempuan yang berdosa harus dibinasakan, bahkan para prajurit Israel yang telah membunuh dalam peperangan tersebut harus menyucikan diri supaya menjadi tahir. Keteguhan hati Musa ini mengekspresikan diri yang sungguh-sungguh taat pada firman Allah. Musa mengenal bahwa Allah kudus sepanjang masa. Allah yang berfirman kepadanya adalah Allah yang menuntut Israel untuk menaati firman-Nya. Allah yang kudus tetap menuntut Kristen juga kudus. Standar Allah tidak pernah berubah, tetapi manusia yang seringkali menurunkan standar. Penghayatan akan kekudusan Allah menolong dan menjaga kita untuk hidup kudus sesuai standar Allah.
Renungkan: Kesungguhan menaati firman dan pengalaman-pengalaman hidup bersama Allah akan menambahkan pemahaman dan pengenalan kita tentang sifat-sifat Allah.
Pembacaan BILANGAN 32 (hari ke 149)
Tafsiran :
Ketika tugas pengabdian pada negara harus dilaksanakan, maka seorang pejuang harus berani meninggalkan keluarganya. Itulah prinsip seorang pejuang. Bani Ruben dan Gad membangun rumah untuk keluarga dan ternak mereka. Namun karena mereka harus berperang dan bergabung dengan bani lainnya - demi keutuhan dan keamanan bangsa - maka keluarga dan harta benda (ternak) harus mereka tinggalkan tanpa dijaga. Keluarga mereka dipercayakan kepada Allah yang akan melindungi dan memelihara. Mereka mendahulukan tugas dan tanggung jawab bangsa, karena mereka percaya dan bergantung sepenuhnya pada Allah.
Komitmen bukan persetujuan. Keputusan yang diambil bani Ruben dan Gad menimbulkan pertentangan kepentingan. Pada awalnya, Musa tidak menyetujui usul bani Ruben dan Gad, karena itu dianggap sebagai tindakan pemberontakan terhadap Allah. Namun ketika dilihat bahwa mereka tetap berkomitmen atas misi yang Allah berikan, maka Musa mengizinkan. Ukuran kita terhadap sesama Kristen bukan apakah mereka mempunyai pemikiran yang sama persis dengan kita, namun nilai mereka berdasarkan komitmen dan ketaatannya kepada Allah.
Renungkan: Melakukan perintah Allah adalah prioritas utama dalam kehidupan Kristen. Lakukanlah sebagai komitmen hidup.
Pembacaan BILANGAN 33 (hari ke 150)
Tafsiran :
Kata "sejarah" seringkali menjadi momok karena kita menyamakannya dengan tanggal-tanggal berderet, diikuti serangkaian nama dan peristiwa yang tak jelas kaitannya satu sama lain. Padahal, sejarah bukanlah serentetan data yang kering dan hampa makna.
Ketika bangsa Israel akan mengakhiri pengembaraan di padang gurun, mereka tiba di dataran Moab, di seberang sungai Yordan dekat Yerikho (Bil. 22:1). Lalu mereka menaklukkan wilayah sungai Yordan (Bil. 32). Kisah pengembaraan padang gurun kemudian diakhiri dengan daftar tempat-tempat persinggahan orang Israel, setelah mereka keluar dari tanah Mesir (1). Daftar ini ditulis oleh Musa atas perintah Tuhan (2) sebagai ingatan bagi orang Israel di sepanjang zaman. Bukan hanya ingatan tentang kesulitan dan tantangan di dalam perjalanan, tetapi juga ingatan tentang kesetiaan dan kasih karunia Tuhan yang menyertai mereka dari waktu ke waktu, dari suatu tempat ke tempat lain. Perjalanan itu memakan waktu sampai empat puluh tahun, tetapi bukan karena jarak yang jauh. Allah menggiring mereka ke padang gurun karena ada generasi yang tidak percaya kepada Allah. Generasi itu harus mati di padang gurun sebelum generasi yang penuh iman dibangkitkan untuk merebut Tanah Perjanjian. Maka Tuhan memberikan perintah agar umat menghalau penduduk Kanaan, disertai peringatan bila mereka tidak melakukannya. Selanjutnya, mereka akan menempati tanah itu (50-56).
Melalui perjalanan panjang kehidupan kita bersama Tuhan, adakalanya kita perlu berdiam sejenak dan mengingat ulang momen-momen penting yang terjadi. Waktu kita melakukannya, adakah kita melihat Tuhan berkarya di dalamnya? Namun, jangan berhenti sampai di situ karena perjalanan yang Anda akan tempuh masih panjang. Untuk itu lihat kembali atau tanyakan kepada Allah, apa rancangan-Nya bagi hidup Anda dimasa-selanjutnya. Perhatikan setiap peringatan atau perintah. Apa yang Allah tekankan, lakukan dengan sungguh-sungguh. Biarlah kiranya perjalanan panjang kehidupan kita adalah kisah mengenai kuasa dan kemuliaan Allah.
Pembacaan BILANGAN 34 (hari ke 151)
Tafsiran :
Batas-batas Kanaan sebagai tanah yang dijanjikan kini dinyatakan oleh Tuhan sendiri. Meskipun keturunan Abraham berlaku tidak setia, namun Ia tetaplah Allah yang setia pada perjanjian-Nya. "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu" (lih. Kej. 12:7), demikian janji Tuhan kepada Abraham; dan kini negeri perjanjian itu terbentang nyata di hadapan Israel. Sebagai Kristen, kita pun sadar bahwa sesungguhnya Allah saja di dalam anugerah-Nya yang membebaskan kita dari perbudakan dosa dan terus memimpin kita untuk mewarisi negeri perjanjian, Sorga nan mulia.
Pembagian tanah perjanjian. Tugas ini amat penting; karena itu Allah sendiri yang menentukan dan memilih orang-orang yang bertugas membagi tanah perjanjian, yang akan diwarisi kesembilan setengah suku. Beberapa nama yang disebutkan, mengingatkan Israel tentang siapa Allah mereka, dan pengalaman mereka hidup bersama-Nya: Elidad ('Allah telah mengasihi'), Haniel ('kemurahan hati Allah'), Elisafan ('Allahku melindungi'), Paltiel ('Allah adalah pembebasanku'), Pedael ('Allah telah melepaskan'). Sebagai Kristen yang hidup bersama Allah, kita pun memiliki pengalaman yang sangat kaya tentang Allah. Bersyukurlah!
Renungkan: Pengenalan akan Allah yang Maha Setia akan menolong kita untuk setia kepada-Nya.
Pembacaan BILANGAN 35 (hari ke 152)
Tafsiran :
Perjalanan umat Israel di padang gurun sudah mendekati akhir. Pasal 33:1-49 mencatat kota dan tempat yang telah mereka lalui sepanjang perjalanan. Sekali lagi Tuhan mempersiapkan umat Israel yang harus dilakukan setelah masuk ke Kanaan, dan bagaimana membagi tanah itu kepada masing-masing suku (33:50-35:9). Kepada suku Lewi diberikan kota-kota. Kini satu persiapan penting diberikan kepada Israel yaitu mempersiapkan kota-kota perlindungan untuk seseorang yang tidak sengaja membunuh sesamanya.
Prinsip kota perlindungan adalah melindungi seseorang dari pembalasan terhadap tindakan tidak sengaja yang menyebabkan nyawa orang lain melayang. Pertama, keadilan harus ditegakkan. Orang yang sengaja membunuh harus dihukum mati (16-21). Keadilan juga ditegakkan dengan tidak membiarkan pembalasan yang berlebihan (band. Im. 24:20). Apalagi pembalasan yang tidak pada tempatnya, yaitu dalam kasus ketidaksengajaan (22-25). Kedua, kebenaran harus dijunjung tinggi. Karena hukuman mati adalah sesuatu yang sangat serius, maka keputusan untuk menjatuhkannya tidak boleh diambil dengan gegabah. Itu sebabnya diatur tentang perlunya saksi-saksi mata yang dapat dipercaya, yang tidak akan bersaksi dusta karena imbalan uang (30-32).
Ketiga, hukuman dijatuhkan atas ketidaksengajaan yang menyebabkan nyawa hilang. Setiap orang bertanggung jawab atas tingkah lakunya, termasuk kecerobohan yang diperbuatnya. Hukuman itu adalah tinggal dalam kota perlindungan sampai imam besar meninggal dunia (26-28).
Perintah ini menanamkan kesadaran bahwa Tuhan kudus, maka umat Tuhan harus hidup kudus (33-34). Bagi kita umat Tuhan masa kini, teladan Kristuslah yang harus kita jadikan panutan. Kristus tidak membalas kepada orang-orang yang membunuh-Nya, melainkan memohonkan pengampunan. Pada saat yang sama Allah tetap adil, sekali kelak pembalasan tanpa ampun akan dijatuhkan pada mereka yang menolak bertobat.
Hari ke 153 pembacaan BILANGAN 36
Tafsiran :
Setiap suku dan masing-masing kaumnya akan mendapatkan warisan pusaka tanah perjanjian, kelak sesudah mereka mendudukinya. Warisan itu diberikan dengan prinsip yang jelas: tanah adalah milik mutlak Allah, bukan milik umat; maka tidak boleh diperjualbelikan (Im. 25:23)! Kalau sampai ada kebutuhan mendesak, seperti gagal panen, tanah boleh digadaikan sementara waktu. Dan kalaupun gagal ditebus, tanah-tanah itu kembali kepada si empunya tangan pertama pada tahun Yobel. Maka prinsip berikutnya juga penting yaitu, kepemilikan tanah harus selalu berada di dalam suku itu, tidak boleh dicampurkan ke suku lain.
Oleh karena prinsip kedua inilah, permasalahan dari bani Gilead, di mana salah satu kaumnya, Zelafehad, bisa diatasi. Putri-putri Zelafehad, yang mendapatkan izin menjadi pewaris ayahnya, hanya boleh menikahi sesama anggota suku mereka (6). Ini dilakukan supaya tanah warisan ayah mereka jangan jatuh ke tangan suami yang bersuku lain.
Di balik peraturan ini, kita melihat cara Tuhan mengatur kehidupan umat, yang selalu harus berada dalam persekutuan dengan kaum terdekatnya. Ini bukan untuk menciptakan eksklusivitas, melainkan untuk membangun kebersamaan dan solidaritas. Kalau untuk sesama suku dan kaum tidak bisa saling membela atau mendukung, bagaimana bisa diharapkan terjadi solidaritas antarsuku? Bukankah persekutuan yang solid adalah warisan penting untuk anak cucu mereka.
Persekutuan anak-anak Tuhan bukan bersifat eksklusif. Persekutuan itu adalah suatu sarana untuk membangun kebersamaan dalam rangka pelayanan yang lebih mulia. Melalui kesaksian persekutuan yang intim, di mana terdapat kasih dan kepedulian termasuk peduli dengan masalah-masalah dosa, orang luar dapat dimenangkan. Bukankah hakikat gereja adalah dipanggil keluar dari dunia ini, lalu dipersekutukan dan dibina untuk diutus keluar menjadi berkat? Kiranya kita mewujudkan visi gereja yang menjangkau keluar lewat kesaksian persekutuan.
Belajar Bilangan 1
"Apa Perlunya Sensus ?"
Bilangan 1:2 (TB) "Hitunglah jumlah segenap umat Israel menurut kaum-kaum yang ada dalam setiap suku mereka, dan catatlah nama semua laki-laki di Israel
Pertama, melalui sensus itu bangsa Israel justru akan semakin bergantung kepada Tuhan. Hanya ada 603.550 orang ( ay.46). Mereka harus menghadapi ganasnya padang gurun. Dari jumlah itu sebagian besar justru mati di padang gurun karena dosa dan ketidaktaatan mereka kepada Tuhan (1 Kor. 10)
Kedua, melalui sensus itu bangsa Israel diperlihatkan betapa Tuhan itu setia terhadap janji-janji-Nya. Pada sensus pertama (pasal 1) jumlah bangsa Israel 603.550 orang. Dari 603.550 laki-laki yang ke luar dari Mesir, hanya dua orang yang berhasil masuk ke Tanah Perjanjian, yaitu Yosua dan Kaleb /(Bil. 14:30).
Meski demikian, pada sensus kedua (Bil. 26: 51), tercatat 601.730 orang ! Generasi pertama hanya tersisa dua orang, tapi generasi Israel yang lahir di padang gurun tercatat 601.730. Jumlah yang hampir sama, bukan ? Allah setia terhadap janji-Nya kepada Abraham. Rencana Tuhan membuat keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar tetap digenapi ! Tuhan selalu setia dengan janji-janji-Nya.
Selamat malam dan tetap setia pada Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 2
"Pusat Kehidupan"
Bilangan 2:2 (TB) "Orang Israel harus berkemah masing-masing dekat panji-panjinya, menurut lambang suku-sukunya. Mereka harus berkemah di sekeliling Kemah Pertemuan, agak jauh dari padanya.
Sejauh apa kita mengizinkan Kristus menjadi pusat kehidupan kita ? Apakah Kristus mempunyai kontrol penuh atas hidup kita? Ataukah sebaliknya, hidup kita berpusat pada diri kita sendiri? Kita perlu belajar dari bangsa Israel soal bagaimana mereka bisa bertahan dan menang di saat berada di padang gurun, yaitu menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan. Jika kita menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan, maka kita akan hidup berkemenangan. Selama Tuhan ada di tengah-tengah kita, siapa yang sanggup untuk mengalahkan kita ?
Kristus harus menjadi satu-satunya pusat kehidupan kita
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 3
"Kutuk Jadi Berkat"
Bilangan 3:12 (TB) "Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku,
Masih ingat dengan Lewi ? Dia salah satu anak Yakub yang dengan licik membalas dendam kepada Sikhem yang telah meperkosa Dina, adiknya ( Kej.34). Tindakan itu membuat Yakub marah sehingga dalam kata-kata penghabisan Yakub, bukan berkat tapi kutuk yang ia terima yaitu bahwa keturunannya akan diserakkan (Kej. 49:5-7). Yang terjadi benar-benar seperti itu, suku Lewi adalah suku yang tidak mempunyai wilayah. Mereka tersebar di antara suku-suku Israel lainnya.
Tuhan sanggup mengubah sebuah kutukan menjadi sebuah keistimewaan. Mereka kini bahkan menjalankan tugas sebagai anak sulung Israel dan melayani Tuhan, Sang Pencipta secara langsung. Ya, jika Tuhan sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menghalangi -Nya.
Sebagai manusia, kita semua pun pada hakekatnya telah dikutuk karena dosa-dosa kita. Namun karena hanya anugerah keselamatan-Nya, maka kita kini bahkan bisa melayani Tuhan dan dilayakkan untuk memanggil Dia dengan sebutan Bapa (Gal. 4). Apa yang terjadi pada suku Lewi memberi cara pandang baru bagi kita. Lebih dari berkat jasmani, hubungan dengan Tuhan sebagai berkat jauh lebih besar dan istimewa dari itu, jangan hanya batasi berkat Tuhan itu sekedar harta benda atau hal-hal jasmani saja. Jika saat ini bisa datang dan menyembah Tuhan secara langsung, itu pun berkat yang harus kita syukuri.
Apapun kata manusia, hanya kata Tuhan saja yang terjadi.
Selamat bekerja & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 4
"Kehat, Gerson, Merari"
Bilangan 4:4 (TB) Pekerjaan jabatan orang Kehat di Kemah Pertemuan ialah mengurus barang-barang yang maha kudus.
Anak-anak Lewi ialah Gerson, Kehat dan Merari. "Demikianlah disebutkan dalam keluaran 46:11. Urutan penyebutan itu sendiri menunjukkan urutan usianya. Dan kita tahu, anak sulung di tradisi Israel adalah anak-anak yang memiliki hak paling besar. Namun jika kita perhatikan Bilangan pasal 4 ini, mungkin kita bertanya-tanya, kenapa keturunan Kehat selalu disebutkan pertama, baru Gerson, dan Merari ? Mengapa keturunan Kehat yang mendapatkan tugas sebagai pembawa benda-benda mahakudus? Karena Harun dan juga Musa, sebagai imam besar, yang berhak menghadap Tuhan di ruang maha kudus, adalah keturunan Kehat. Ya, sekali lagi kita melihat bagaimana perkenankan Tuhan mengatasi aturan dan tradisi manusia.
Uniknya sama sekali tidak ditulis adanya protes dari keturunan Gerson mengenai hal ini. Yang mereka lakukan adalah taat tanpa syarat, karena mereka tahu Tuhanlah yang mereka layani, bukan diri mereka sendiri.
Selamat hari Senin, Selamat bekerja & berkarya dalam damai Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar Bilangan 5
"Di Balik Aturan yang Aneh"
Bilangan 5:27 (TB) Setelah terjadi demikian, apabila perempuan itu memang mencemarkan dirinya dan berubah setia terhadap suaminya, air yang mendatangkan sumpah serapah itu akan masuk ke badannya dan menyebabkan sakit yang pedih, sehingga perutnya mengembung dan pahanya mengempis, dan perempuan itu akan menjadi sumpah kutuk di antara bangsanya.
Sepintas tradisi itu lebih seperti takhayul dan mitos. Tentu, Tuhan sanggup menunjukkan kebenaran melalui apapun, termasuk cara di atas. Namun, jika kita perhatikan, ada satu rencana indah Tuhan di sana. Perhatikan bahwa ujian yang dilakukan imam itu digunakan untuk membuktikan jika wanita salah. Faktanya, kemungkinan seorang mengalami paha kempis dan perut bengkak karena minum air laut cukup kecil. Jadi, si wanita lebih mungkin untuk dibebaskan. Di tengah budaya patriarki saat itu, aturan itu memberikan keadilan dan kesempatan kedua bagi para istri. Selain itu, aturan itu juga menghasilkan keputusan yang pasti. Dan hal seperti itu diperlukan agar tak ada lagi perselisihan dan kecurigaan berlarut-larut dalam keluarga-keluarga Israel karena suami yang cemburu. Kesatuan dan pengampunan dalam keluarga inilah yang diperlukan untuk menikmati janji dan berkat Allah
Selamat berkarya dan menikmati janji dan berkat Allah dengan menciptakan kerukunan dan pengampunan dalam keluarga kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 6
"Menyerahkan Hidup"
Di dalam Roma 12:1 (TB) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Di perikop-perikop sebelumnya, kita sudah membaca berbagai syarat tentang kekudusan umat Israel yang meliputi berbagai aspek. Jika kita bandingkan dengan syarat tambahan yang harus dilakukan para nazir ini, kita bisa bayangkan berapa banyak syarat untuk mencapai kekudusan hidup sehingga mereka bisa melayani Tuhan. Di zaman ini, aturan mengenai nazir memang sudah tidak lagi diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Kita juga tidak perlu hidup seperti nazir untuk bisa hidup kudus dan melayani Tuhan. Darah-Nyalah yang mengkuduskan kita. Namun, dari sinilah kita bisa melihat bagaimana makna dari melayani dan menyerahkan diri kepada Allah.
Biarlah segenap aspek hidup kita lakukan menurut kehendak-Nya.
Menyerahkan hidup pada Tuhan berarti hidup sesuai kehendak Tuhan.
Selamat pagi selamat berjuang dan berkarya, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 7
"Dihargai Tuhan"
Bilangan 7:2 (TB) maka para pemimpin Israel, para kepala suku mereka, mempersembahkan persembahan. Mereka itu ialah para pemimpin suku yang bertanggung jawab atas pencatatan itu.
Ketika kita membaca perikop ini mungkin kita bertanya-tanya mengapa persembahan yang sama disebutkan hingga dua belas kali dengan memakai 12 nama suku dan pemimpin yang berbeda. Tentu saja alasan yang membuat persembahan dua belas suku Israel itu harus disebutkan satu persatu, meski jenis dan jumlahnya sama. Musa, sebagai penulis kitab Bilangan ini menunjukkan bagaimana tanggung jawab Musa sebagai pemimpin. Sikap teliti pada hal yang kecil adalah ciri orang yang bertanggung jawab atas tugasnya.
Kita melihat bahwa di mata Tuhan, memberi adalah tentang sikap hati, bukan mengenai pemberian itu sendiri. Tuhan amat menghargai apa yang kita berikan dengan tulus hati, bukan karena membutuhkan sesuatu, tapi karena hati yang tulus itulah yang Ia cari. Bukan penyembahan yang Ia cari melainkan para penyembah yang benar. Bukan pelayanan yang Ia butuhkan, tapi pelayan-pelayan yang setia dan bisa dipercaya.
Tuhan menghargai hati yang memberi, bukan semata pemberian kita.
Selamat melaksanakan ibadah Rabu Abu, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 8
"Pensiun"
Bilangan 8:25 (TB) tetapi jika ia berumur lima puluh tahun haruslah ia dibebaskan dari pekerjaan itu, sehingga tak usah ia bekerja lebih lama lagi.
Melayani Tuhan membutuhkan kesungguhan dan totalitas, atau dalam bahasa sekarang profesionalisme. Banyak orang lebih suka melayani ketika dia masih remaja atau sesudah pensiun. Ketika usia produktif, kita justru sering menghindar melayani Tuhan.
Apakah itu berarti kita tidak boleh melayani di usia lanjut ? Tentu saja boleh. Di peraturan mengenai pelayan di Kemah Suci ini pun, dinyatakan bahwa mereka yang sudah lebih dari 50 tahun tetap boleh membantu melayani. Usia pensiun tetap bisa pakai untuk tetap berkarya. Menjadi tua kadang kala bukan sebuah pilihan. Kita tidak bisa dan tak perlu melawan penuaan. Tapi, tetap produktif dan memberikan hidup bagi Tuhan adalah pilihan dan itulah yang bisa kita lakukan.
Selamat pagi, selamat berkarya dan berjuang, terus semangat dalam menjalani kehidupan hari ini dalam Tuhan Yesus Kristus. Amin
Belajar Bilangan 9
"Sebuah Ujian Ketaatan"
Bilangan 9:23 (TB) Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.
Bagi umat Israel, tiang awan dan tiang api seperti GPS saat ini yang menuntun perjalanan mereka, sejak keluar dari Mesir hingga masuk ke tanah Kanaan (Kel. 13:21). Apa sulitnya mengikuti tuntunan tiang awan dan tiang api itu ! Mudah ! Meski demikian, nyatanya tidak sedikit dari orang Israel yang binasa di padang gurun karena gagal mengikuti tuntunan Tuhan. Mereka menggerutu, marah, bahkan hendak kembali ke Mesir saat Tuhan menuntunnya melalui jalan yang tidak berair (Kel. 15:23-27).
Hal yang sama berlaku dalam hidup kita. Melalui Roh Kudus, Tuhan menuntut perjalanan hidup kita. Dia menunjukkan jalan-jalan yang harus kita lalui. Ada kalanya kita dituntun melewati lembah yang curam maupun jalan yang terjal. Ada kalanya Tuhan ingin kita berdiam, tapi ada kalanya Tuhan ingin kita bergerak mengikuti arahan-Nya. Meski demikian percayalah bahwa Tuhan punya maksud baik bagi kita.
Selamat pagi, selamat bekerja & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 10
"Apakah Musa Kurang Beriman ?"
Bilangan 10:31 (TB) Kata Musa: "Janganlah kiranya tinggalkan kami, sebab engkaulah yang tahu, bagaimana kami berkemah di padang gurun, maka engkau dapat menjadi penunjuk jalan bagi kami.
Meskipun Yitro (alias Rehuel), ayah mertua Musa kembali ke Median setelah sempat mengunjungi mertuanya itu (Kel. 18), tapi ternyata Hobab saudara ipar Musa masih ikut dengan rombongan itu hingga ke Sinai. Musa tahu bahwa Hobab memiliki pengetahuan dan pengenalan yang baik tentang daerah-daerah yang akan dilalui rombongan Israel, maka ketika Hobab ingin pulang ke Median, Musa mencegahnya dan membujuk dia agar tetap ikut karena pengetahuan yang berguna itu.
Pertanyaan di sini, apakah Musa kurang beriman sehingga masih mengadakan manusia, meski Allah melalui tiang awan dan tiang api memimpin mereka? Tidak. Di pasal 10 ini, kita bisa melihat bagaimana perjalanan bangsa Israel sungguh-sungguh perjalanan iman. Meski demikian, sebagai pemimpin, Musa tetap tahu bahwa dirinya memiliki banyak keterbatasan. Itulah sebabnya, ia perlu panduan dari Hobab.
Banyak orang kadang salah memahami arti dari beriman. Mereka menganggap beriman artinya tidak mau bekerja sama dengan manusia. Misalnya, menolak ke dokter saat sakit karena percaya Tuhan akan menyembuhkan secara langsung. Beriman harus disertai hikmat. Beriman bukan berarti kita mendikte Tuhan harus menolong kita dengan cara seperti ini atau itu. Bahkan jika kita perhatikan, cukup sering Tuhan menolong melalui tangan manusia atau melalui kerjasama yang dilakukan dengan orang lain.
[Belajar Bilangan 11
"Tidak Pandang Usia"
Bilangan 11:16 (TB) Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Kumpulkanlah di hadapan-Ku dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya, kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan, supaya mereka berdiri di sana bersama-sama dengan engkau.
Dalam pasal 11 ini, Alkitab menceritakan keluhan bangsa Israel atas makanan yang sudah disediakan Tuhan bagi mereka, yaitu manna, mereka bosan karena manna tidak seperti makanan yang tersedia di Mesir. Makanan yang mereka makan rasanya tawar dan mereka minta agar Tuhan mengirimkan makanan yang lebih enak dari mana. Musa pun menyampaikan sungut-sungut dan keluhan bangsa Israel kepada Allah, sekalipun Allah marah karena bangsa Israel bersungut-sungut dan tidak berterima kasih, Allah tetap berjanji memberikan makanan mereka daging. Dan janji Allah digenapi !
Hal menarik dari pasal 11 ini bukan saja Allah memberikan daging kepada Umat Israel tapi tentang tua-tua yang dipakai Tuhan untuk membantu Musa memimpin bangsa Israel.
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia, orang tua-tua disebut sebagai pemimpin. Artinya, orang tua-tua dalam pasal ini tidak hanya berbicara mengenai orang yang sudah berumur tapi adalah orang yang benar-benar bisa dipercayakan untuk mengatur pasukan.
Kisah ini mengingatkan kita kembali bahwa tidak ada batasan umur untuk dipakai oleh Tuhan. Tuhan bisa memakai para tua-tua menjaga kemah suci dan Tuhan bisa memakai Daud mengalahkan Goliat. Ya, Tuhan bisa memakai siapa saja untuk kemuliaan nama-Nya.
Selamat pagi, selamat beraktifitas dalam suasana hujan hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 12
"Pembelaan Musa"
Bilangan 12:13 (TB) Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."
Pemberontakan Miryam dan Harun ini mengajar kita beberapa hal.
Pertama Allah peduli dan membela orang yang mendedikasikan hidupnya bagi Allah. Musa begitu mengasihi Allah, hal ini terbukti dari bagaimana ia menjaga umat Israel yang telah dipercayakan Allah kepadanya.
Kedua, belajar menghormati pemimpin yang sudah Tuhan percayakan dalam hidup Anda. Berapapun usianya, sudah berpengalaman atau belum, ia tetaplah pemimpin Anda.
Ketiga, dosa bisa menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke rencana Allah dan dosa tidak hanya merugikan diri kita tetapi juga orang lain. Akibat dosa yang diperbuatnya Miryam terkena kusta dan bangsa Israel terpaksa menunda perjalanannya ke Kanaan, sampai Miryam diterima kembali.
Keempat, penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh mendatangkan belas kasihan Allah. Harun menyesal, lalu meminta Musa untuk membela perkara ini kepada Tuhan. Dan Allah pun berbalas kasihan dan menyembuhkan Miryam dari penyakit kusta sampai waktu yang sudah ditentukan Allah. Kisah ini mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dengan perkataan dan tindakan kita. Jangan sampai murka Allah turun atas hidup kita hanya karena kita tidak menjaga perkataan dan perilaku kita dengan benar.
Selamat pagi , selamat berkarya dan berjuang serta terus bersandar kepada Allah. Hati² Bapak² & Ibu², tetap waspada dan selalu ber-jaga² thd hujan hari ini yg mulai semalam blm berhenti hingga saat ini. Tuhan Yesus Menyertai & Melindungi kita. Amin
Belajar Bilangan 13
"Respon Kaleb"
Bilangan 13:30 (TB) Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"
Kaleb adalah rekan kerja Yosua. Kisah Kaleb memang tidak banyak dibahas dalam Alkitab, seperti Yosua. Tapi dalam bacaan Alkitab hari ini membuktikan Kaleb pun mengambil peran penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan. Kata mententramkan yang tertulis di Alkitab membuktikan bahwa Kaleb adalah seorang yang tenang, ia bukan orang yang mudah terburu-buru mengambil keputusan dan bertindak. Sekalipun ia juga melihat Kanaan yang didiami para raksasa tapi ia belajar lebih tenang dalam menanggapinya.
Dalam kehidupan ini juga kita pun sering menghadapi raksasa kehidupan. Bahkan ada saatnya kita merasa bahwa masalah yang kita hadapi sedemikian besarnya. Meski demikian, tetaplah memiliki cara pandang yang benar dalam merespon masalah tersebut. Jangan sampai kita seperti sepuluh pengintai yang lebih mempercayai realita dibandingkan janji Tuhan. Sebaliknya, pilihlah sikap seperti yang dimiliki Yosua dan Kaleb. Mereka tak menampik kenyataan bahwa Kanaan dihuni para raksasa namun iman kepada Tuhan jauh melampaui realita yang harus mereka hadapi. Sikap seperti itulah yang membuat mereka akhirnya menikmati tanah Perjanjian.
Selamat pagi, selamat berjuang dalam kasih Tuhan dalam hidup kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 14
"Diampuni = Bebas Hukuman?"
Bilangan 14:20-22 (TB) Berfirmanlah TUHAN: "Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu.
Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh bumi: Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku,
Seperti Tuhan, kita pun sering kali tidak habis pikir dengan ketidakpercayaan umat Israel kepada Tuhan. Tapi alih-alih terus fokus pada tingkah konyol bangsa Israel itu, mari coba melihat ke dalam hidup kita sendiri terlebih dahulu. Bukankah sering kali kita juga meminta ampun kepada Tuhan untuk perbuatan dosa yang sama? Kita berfikir bahwa tidak mengapa sekali lagi melakukan sebuah dosa yang sebelumnya sudah diampuni. Asal saya minta ampun, dan Tuhan memberikan pengampunan (1 Yoh. 1:9), maka semua akan baik-baik saja. Hati-hati, hari ini kita belajar bahwa pengampunan tidak selamanya membebaskan kita dari sebuah hukuman. Banyak orang tidak berhasil atau gagal, ketika dihadapkan kepada pencobaan², dan ketika kita membuat komitmen bertekad bulat berbalik kepada Tuhan, bisakah kita berhasil atau gagal ? Oleh sebab itu, dari pada "berjudi" mari lebih bijak. Segera stop perbuatan dosa, apalagi dosa yang sama, sebelum kita menanggung hukuman yang sebetulnya tidak perlu (1 Yoh. 3:7-10).
Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 15
"Jumbai-jumbai atau disebut Tzitzit"
Bilangan 15:39 (TB) Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah TUHAN, sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap TUHAN.
Sering kali bangsa Israel masih melakukan dosa, entah yang disengaja atau tidak disengaja, karena mereka masih menuruti hati dan mata mereka. Karena itu, lewat Musa, Tuhan meminta mereka untuk menyematkan rumbai-rumbai pada ujung pakaian mereka, sehingga setiap kali mereka melihatnya, mereka akan ingat untuk mengikuti segala perintah-Nya dan mentaati-Nya.
Dalam tradisi Yahudi rumbai-rumbai atau jumbai-jumbai itu disebut tzitzit.
Yesus juga menghormati aturan ini. Ia sendiri menggunakan tzitzit, yang bahkan akhirnya "menyembuhkan" wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Mrk. 5:27-29). Meski demikian, Yesus menegur orang -orang munafik yang sengaja mengenakan " jumbai yang panjang" supaya dilihat sebagai orang kudus (Mat. 23:5). Lalu bagaimana dengan kita ? Apakah kita termasuk orang-orang yang gemar memakai "tzitzit" alias atribut-atribut kekristenan? Sah-sah saja, namun hendaknya semua itu memang benar-benar membantu kita ingat akan Tuhan serta mencerminkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita, jangan sampai seperti orang munafik yang pada akhirnya harus ditegur-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 16
"Roh Korah"
Bilangan 16:13 (TB) Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami ?
Dalam keseharian, khususnya dalam bergereja, roh Korah itu ternyata tidak tinggal jauh. Beberapa dari kita mungkin seperti Korah (si penghasut). Ya, beberapa sering kita menganggap pemimpin rohani sebagai orang yang tidak tepat dalam memimpin umat ? Berapa sering kita mudah terhasut dalam gosip negatif tentang pimpinan rohani ? Ketika berbuat seperti itu, entah itu sebagai penghasut atau terhasut, sadarkah kita bahwa sebenarnya sedang meragukan kebijakan Tuhan dalam memilih pemimpin dan imam bagi kita ? Marilah kita belajar menghormati otoritas -Nya dalam mengangkat pemimpin. Alih-alih melakukan "pemberontakan"mari sama-sama saling mengkoreksi dengan kasih kenyataannya memang ada yang perlu dikoreksi.
Menghina pemimpin rohani sama saja dengan menghina kebijakan Tuhan
Selamat berpantang & berpuasa. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Bilangan 17:8 (TB)
Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
Mengapa Lewi ? Mengapa tidak dari suku Yehuda atau yang lainnya? Kemungkinan, membuat Allah memilih imam dari suku adalah arti dari nama Lewi itu sendiri. Mengingat dari Perjanjian Lama, arti sebuah nama itu sangat penting, Allah kemungkinan besar memilih Lewi karena nama itu sendiri berarti terpasang/terkait/melekat. Ya, Allah mencari orang yang hidupnya melekat pada-Nya. Allah memilih orang dari suku Lewi sebagai pemimpin rohani bangsa Israel untuk menunjukkan bahwa Ia memilih seseorang bukan dari keahlian, kebajikan, atau latar belakang keluarganya, namun atas dasar kemelekatan hidupnya pada Tuhan.
Seperti ketika memilih Daud ( 1 Sam. 16:7), yang Ia lihat dari kita bukanlah penampilan luar, latar belakang pendidikan kita, ataupun latar belakang budaya keluarga kita. Lebih dari itu semua. Ia melihat apakah hidup mengasihi -Nya atau tidak. Lagipula, bukankah saat kita hidup tidak melekat kepada Tuhan, kita tak ubahnya seperti tongkat yang adalah benda mati: cabang yang mengering, dan lalu mati ( Yoh. 15:5-8) ?
Selamat malam. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 18
"Enaknya Hidup Orang Lewi"
Bilangan 18:3 (TB) Mereka harus melakukan kewajiban mereka kepadamu, dan kewajiban mereka mengenai kemah seluruhnya; hanya kepada perkakas tempat kudus dan kepada mezbah janganlah mereka mendekat, nanti mereka mati, baik mereka maupun kamu.
Hidup orang Lewi memang terjamin, namun dibalik itu tanggung jawab mereka juga besar dan bahkan mereka juga harus rela tidak mendapat bagian tanah Kanaan, "Iri" dengan pendapatan orang lain yang berpenghasilan lebih atau sebuah pencapaian tertentu? Coba lihat pengorbanan dan perjuangan yang mereka sudah berikan untuk mendapatkan itu semua. Seperti halnya Alkitab menuliskan tanggung jawab suku Lewi terlebih dahulu sebelum menuliskan hak-hak mereka, mari kita melihat apa yang orang lain yang sudah lakukan terlebih dahulu sebelum "mengingini" apa yang mereka dapatkan.
Terus semangat dan berkarya ditengah-tengah keterbatasan kita masing-masing dengan mohon pertolongan-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 19
"Hidup Bagai Mayat"
Bilangan 19:13 (TB) Setiap orang yang kena kepada mayat, yaitu tubuh manusia yang telah mati, dan tidak menghapus dosa dari dirinya, ia menajiskan Kemah Suci TUHAN, dan orang itu haruslah dilenyapkan dari Israel; karena air pentahiran tidak disiramkan kepadanya, maka ia najis; kenajisannya masih melekat padanya.
Seperti air pentahiran dari abu lembu dapat mencucikan umat Israel dari kenajisan terkena mayat, sebenarnya demikianlah juga darah Kristus telah mencucikan hidup kita dari segala kenajisan. (Ibrani 9:13-14). Sayangnya, meski sudah mengalami pencucian seperti itu, yang sering kali terjadi justru kita cenderung mendekati kembali kepada "mayat". Ya, tanpa sadar kita masih sering dikendalikan oleh hawa nafsu, kehendak diri sendiri, dan bujukan dunia/iblis yang tujuannya untuk menyenangkan diri sendiri. Meski demikian, tidak ada kata terlambat. Seperti air pentahiran selalu siap untuk menyucikan (Bil. 19:9), demikian pancaran darah Kristus akan selalu siap bagi setiap orang yang melalui iman dan pertobatan, memohon pencucian diri "dari segala dosa" yang telah dilakukannya (1 Yoh 1:7).
Selamat pagi, berjuang dalam kehidupan kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 20
"Bantulah Pemimpin"
Bilangan 20:12 (TB) Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."
Sepanjang memimpin bangsa Israel, apa yang Musa alami pada momen ini mungkin bisa dibilang yang paling menyakitkan. Bagaimana tidak, meski sudah sangat berjasa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan mengawal mereka menuju tanah Kanaan selama puluhan tahun, Tuhan justru memberikan hukuman berat padanya. Ya, amarahnya dalam menanggapi omelan bangsa Israel telah mendorong melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Musa memang bersalah untuk apa yang ia lakukan itu, namun sikap yang bangsa Israel tunjukkan waktu itu juga sebenarnya berkontribusi besar dalam mempengaruhi sikapnya.
Sebagai bawahan atau orang-orang yang dipimpin, kerap kali kita mengharapkan/ menuntut bertindak sempurna serta mengetahui dan mengerti kondisi kita. Namun sering kali kita lupa, bahwa kita sebenarnya juga mempunyai kewajiban untuk menjadi bawahan yang baik, yang juga mampu mengerti dan memahami keadaan pemimpin.
Ya, bagaimana sikap kita sebagai bawahan juga akan menentukan seberapa baik pemimpin kita melakukan tanggung jawabnya.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 21
"Ular Selalu = Iblis. ?"
Bilangan 21:9 (TB) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Tampangnya yang seram, plus kemunculannya pertama di Alkitab sebagai iblis pembuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa agaknya memang sudah sangat mempengaruhi pemikiran banyak orang, bahwa ular selalu melambangkan hal yang negatif. Bahkan ekstrimnya, binatang itu adalah simbol Iblis, seperti halnya dikatakan dalam 2 Korintus 11:3, Matius 23:33; dan Wahyu 12:9,14,15; 20:2. Tapi lupakan kita bahwa ular sebenarnya pernah dipakai Allah sebagai Alat-Nya, yakni untuk menunjukkan tanda-Nya kepada Firaun (Kel. 4:2-5, 28-30; 7:8-12)? Atau, lupakah kita bahwa Ia bahkan juga menantang kita untuk menjadi seperti ular, khususnya dalam hal kecerdikan (Mat. 10:16)?
Sebab pada kenyataannya, simbol ular dalam kisah ini justru adalah gambaran Yesus yang mati di kayu salib. Berbicara tentang penyaliban-Nya, Yesus menggunakan gambar peristiwa ular tembaga ini, sehingga semua dapat memandang dengan iman dan tetap hidup (Yohanes 3:14-15).
Secara umum, tidak bisa dimungkiri bahwa ular adalah lambang kelicikan dan tipu daya iblis, para malaikat yang jatuh dalam dosa dan orang jahat secara umum. Meski demikian, Tuhan pun ternyata bersedia dan dapat memakainya sebagai alat-Nya. Jadi jika ular pun ternyata dapat dipakai-Nya untuk melakukan hal yang luar biasa dan apalagi "melambangkan" diri-Nya, bukankah seharusnya kita lebih percaya diri bahwa Ia pun dapat memakai kita, seburuk apa pun latar belakang kita, sebagai alat untuk kemuliaan-Nya.
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 22
"Tuhan Berubah Pikiran"
Bilangan 22:19 BIS Tetapi baiklah kalian bermalam di sini, seperti yang dilakukan para utusan yang terdahulu, saya ingin tahu apakah masih ada yang mau dikatakan Tuhan kepada saya.
Meski terkesan bijak dengan menyatakan penolakan, kata "tetapi" yang keluar dari mulut Bileam (ay.19) sebenarnya menunjukkan ketertarikannya dengan upah yang ditawarkan. Jika ia memang seorang nabi yang takut akan Tuhan, bukannya ia seharusnya langsung berkata tidak pada kloter kedua pada orang-orang suruhan Balak ? Tetapi ternyata tidak, ia tergiur dengan upah yang dibawa dan dijanjikan oleh suruhan raja Balak, sehingga ia memutuskan untuk bertanya kepada Tuhan untuk yang kedua kalinya.
Ketika kita meminta petunjuk kepada Tuhan tentang suatu hal, tidak bisa dimungkiri bahwa sering kali jauh di dalam hati, sebenarnya kita sudah memiliki kehendak sendiri. Wajar saja, sebab bahkan Yesus sendiri pernah berkata:" Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku," (Mat. 26:39). Bukan seperti Bileam, hendaknya kita seperti Yesus, yang meski berharap tidak memikul salib, namun tetap berkata:" tetapi jangan seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki (Mat. 26:39)
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 23
"Menyuap Allah"
Bilangan 23:14 (TB) Lalu dibawanyalah dia ke Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu.
Balak mengajak Bileam berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar keinginannya mengutuki Israel dapat terwujud. Karena menyangka bahwa Allah yang ada di Kiryat-Huzot (Bil.22:14) lebih berpihak kepada bangsa dan, maka Balak membawa Bileam ke Gunung Pisga (Bil. 23: 14) dan selanjutnya ke Gunung Peor (Bil. 23: 28) dengan harapan bahwa Allah yang ada di gunung-gunung itu mau berpihak kepada dirinya dan merestui Bileam untuk mengutuki bangsa Israel. Untuk masingmasing usahanya itu, ia bahkan memberikan suap, yakni berupa persembahan tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.
Ya, kita memang bukan Balak, tapi tanpa disadari, sebenarnya kita sering kali terjebak bersikap seperti Balak yang menyuap Allah. Jika Balak menyuap Allah dengan persembahannya, kita merasa bisa "menyuap" Allah dengan ibadah kita. Kita melakukan segala ritual ibadah itu dengan sebaik mungkin sambil menjunjung tinggi harapan agar Tuhan menjauhkan kita dari segala kesusahan, dan agar hidup kita terus diberkati.
Selamat malam & istirahat, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 24
"Memberkati atau Mengutuk ?"
Bilangan 24:9 (TB)..... Diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!"
Melalui kisah ini kita kembali diingatkan akan sebuah kebenaran penting, yang disampaikan oleh Roh Allah melalui Bileam: "Semoga orang yang memberkati engkau diberkati, dan orang yang mengutuk engkau dikutuki." (ay. 9). Berkat ada pada orang yang memberkati, dan kutuk ada pada orang yang mengutuki. Jadi jika demikian keadaannya, mengapa kita justru sering kali latah dan balik mengutuk orang lain, maka akhirnya kita kena kutuk.
Sebagai manusia yang sudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat dan karena-Nya sudah mengalami penebusan, kita seharusnya bersikap sebagaimana yang firman-Nya katakan ? Bukan membalas kutuk; Lukas 6:28 justru meminta kita untuk memberkati dan berdoa bagi orang yang mengutuki kita. Terkesan tidak adil ? Terkesan lemah dan tidak berdaya dan karenanya akan terus ditindas ? Coba kita lihat kembali ayat nas hari ini ? Bukankah orang yang memberkati akan diberkati ? Ya, tidak ada perintah Tuhan yang tidak ditujukan untuk kebaikan kita sendiri. Ia meminta kita memberkati (bukan mengutuk, bahkan meski sebelumnya kita terlebih dahulu dikutuk) orang lain ( termasuk yang mengutuk kita ) supaya kita sendiri akhirnya Ia berkati.
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 25
"Boleh Marah ?"
Di dalam Efesus 4:26 (TB) Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu
Salah satu kemarahan yang dipandang baik oleh Allah ditunjukkan oleh Pinehas. Melihat kemrosotan moral dan penyembahan berhala yang umat Allah lakukan di hadapan-Nya, ia spontan menjadi marah, segera mengambil tombak, dan membunuh pelakunya. Dan karena sikapnya ini, Allah memberikan kehormatan besar untuknya dan seluruh keturunannya dengan jabatan keimanan sampai selamanya.
Lantas, apa beda marah yang seperti ini dengan marah yang tidak berkenan di hadapan-Nya ? Yang membedakan keduanya adalah siapa yang sedang kita bela. Marah menjadi tidak berkenan di hadapan-Nya apabila hal itu kita lakukan semata-mata untuk membela hak dan gengsi kita sendiri. Sebaliknya, kita "diizinkan" marah jika memang itu perlu dan harus dilakukan untuk membela kebenaran-Nya. Meski demikian, bukan berarti kita harus mentah-mentah meneladani Pinehas dan main bunuh (ay.7 - 8). Keadaan dulu tentu sudah sangat berbeda dengan zaman sekarang. Jadi jika harus marah, pastikan kita melakukan dengan arif--seperlunya dan sepantasnya sehingga tidak menjadi batu sandungan.
Selamat malam dan istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 26
"Tuhan Tidak Adil ?"
Bilangan 26: 54 - BIS Lakukanlah itu dengan cara membuang undi. Kepada suku yang besar harus kauberi yang besar dan kepada suku yang kecil, bagian yang kecil."
"Mengapa tidak adil ?" pertanyaan itulah yang mungkin tidak kunjung terjawab dalam banyak dari kita. Namun, melalui bacaan Alkitab hari ini, kita mendapatkan jawabannya. Jika selama ini Ia seolah tidak adil, itu semua semata-mata karena Ia belum selesai ! Faktanya, keadilan Allah memang sering kali tidak terjadi dengan segera dan pada waktu yang tidak kita harapkan. Bahkan, justru ketidakadilanlah yang nampaknya memang dan makin merajalela. Tapi kita perlu percaya bahwa keadilan Tuhan pasti akan terjadi di alam semesta ini. Sama seperti akhirnya Ia memberikan bagian tanah yang adil kepada umat-Nya ketika akhirnya Ia "selesai" membawa mereka menginjak Tanah Perjanjian, maka kalaupun kita tidak melihat/ mendapatkan keadilan yang kita harapkan semasa hari ini di bumi, yakinlah bahwa kita akan mendapatkannya di dalam kekekalan bersama-Nya.
Selamat malam, berjuanglah terus dan tetap setia pada-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 27
"Aturan adalah Aturan?"
Bilangan 27:7 (TB) "Perkataan anak-anak perempuan Zelafehad itu benar; memang engkau harus memberikan tanah milik pusaka kepadanya di tengah-tengah saudara-saudara ayahnya; engkau harus memindahkan kepadanya hak atas milik pusaka ayahnya.
Dalam kasus putri-putri Zelafehad yang kita baca hari ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah bersedia mengubah aturan jika memang hal itu diperlukan. Protes putri-putri Zelafehad itu dianggap Allah masuk akal dan karenanya Ia menetapkan peraturan yang baru. Dan "protes" itu pun tidak hanya membuat putri-putri lain dalam tiap keluarga yang tidak mempunyai keturunan laki-laki merasa tenang karena kepastian mendapatkan bagian warisan, tapi juga mengubah wajah Taurat selamanya bahwa secara prinsip, Taurat sebenarnya memberlakukan laki-laki dan perempuan sederajat.
Dalam kasus putri-putri Zelafehad, terlihat bahwa penerapan firman Tuhan dalam berbagai situasi ternyata menjadi prioritas utama. Karenanya, hal ini pulalah yang sekiranya perlu kita junjung tinggi dalam keseharian. Peraturan memang peraturan namun sekali lagi, peraturan yang baik adalah peraturan yang berkembang sesuai keadaan. Jika keadaan kita sekarang sudah berbeda -- karena kita telah menerima-Nya sebagai Juru Selamat -- maka bukankah aturan-aturan" lain dalam hidup kita seharusnya mengikuti keadaan itu ?
Selamat berkarya dan tetap semangat. Taatilah firman-Nya dalam hidup seharian kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 28
"Jangan Lupa untuk Bersyukur"
Di dalam 1 Tesalonika 5:18 (TB) Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Sebagai orang Kristiani percaya kepada Yesus Kristus, kita tentu tidak terikat dengan tradisi semacam itu karena Kristus sendiri telah menggenapi Hukum Taurat. Namun, bukankah ini justru artinya kita memiliki banyak kesempatan dan cara untuk mensyukuri segala perbuatan -Nya dalam hidup kita ? Tidak perlu mempersembahkan domba atau lembu; dengan membawa diri saja di hadapan-Nya, "bau"nya sudah sangat menyenangkan-Nya. Jika bangsa Israel saja tidak pernah lupa bersyukur meski caranya serumit itu, masakan kita yang lebih mudah menghadap-Nya dan mengucap syukur justru sering kali lupa dan bahkan sengaja melalaikannya ?
Ia tidak pernah melupakan kita, karena itu seharusnya kita tidak boleh lupa untuk bersyukur. Selamat libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 29
"Gagal Fokus di Hari Raya"
Bilangan 29:1 (TB) Pada bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, haruslah kamu mengadakan pertemuan yang kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat; itulah hari peniupan serunai bagimu.
Dalam rangkaian dan perayaan Israel, ada satu perayaan yang disebut Rosh Hashanah (BHS Ibrani), yang secara etimologis berarti " permulaan tahun". Pada perayaan ini biasanya orang Israel akan memakan roti yang dicelupkan pada madu (atau garam) sebagai simbol harapan untuk tahun baru yang lebih baik.
Secara umum, orang Kristiani yang tidak lagi terikat hukum Taurat, memang hanya merayakan beberapa hari raya saja terkait dengan iman yang kita pegang, dan diantaranya, Paskah dan Natal menjadi dua hari raya yang paling umum.
Ucapan syukur atas segala karya Allah dalam hidup memang harus kita tunjukkan dalam keseharian, namun saat hari raya adalah momen yang paling tepat untuk melakukannya. Jadi jangan sampai kita gagal fokus. Lebih dari sekedar perayaan penuh sukacita, hayati hari-hari raya itu dengan penuh pemaknaan dan ucapan syukur.
Selamat pagi & berkarya dan terus semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 30
"Bernazar atau tidak ?"
Pengkhotbah 5:4-5 (TB) (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh.
Tepatilah nazarmu. (5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.
Seringkali banyak orang Kristiani bernazar hanya berdasar emosi saja. Karena sangat terdesak dan merasa tidak ada jalan keluar, ia pun kemudian mengambil keputusan untuk bernazar. Namun kemudian setelah ia menyadari bahwa apa yang diucapkannya terlalu sulit untuk dilakukan, maka ia pun (mencoba) mengingkarinya. Padahal, bernazar bukanlah sebuah nilai plus dan tidak bernazar juga bukanlah sebuah dosa. Melakukan atau tidak melakukannya tidak akan menambah atau mengurangi nilai iman seseorang dan kasih penyertaan Tuhan kepada kita. Yang justru menjadi masalah bila seseorang telah bernazar kepada Tuhan namun tidak memenuhinya. Karena itu, hendaknya ayat nas hari ini benar-benar kita jadikan pegangan sebelum bernazar.
Selamat pagi, selamat menikmati libur akhir pekan. Dan terus semangat mengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus Memberkati.
Belajar Bilangan 31
"Air dan Api"
Di dalam Matius 3:11 (TB) Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Bagi kita manusia, air saja tidak cukup untuk membuat hidup kita kudus. Air itu hanya akan membersihkan bagian dari tubuh kita. Tidak cukup bagi kita untuk hanya nampak baik serta menyala-nyala melayani dan mengasihi Tuhan di hadapan orang lain, sebab ada kemungkinan kita seperti orang Farisi dan para ahli Taurat yang penuh dengan kemunafikan; lain dibibir lain di hati (Mat.23:24-27). _Terlebih dari itu, kita butuh "api" yang mampu membersihkan hati kita, sebab jika kita belum mengalaminya, maka sesungguhnya kita belum menjadi kudus, dan karena itu kita tidak pantas mendapatkan tempat bernaung di bawah payung kekudusan -Nya serta menerima segala perkenanan-Nya atas segala sesuatu yang kita lakukan dan usahakan.
Selamat pagi, selamat berkarya kembali. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 32
"Kelimpahan Balas Kasih"
Bilangan 32:16-BIS Lalu orang-orang Ruben dan orang-orang Gad mendekati Musa dan berkata "Baiklah kami lebih dahulu mendirikan kandang-kandang bertembok untuk domba-domba kami, dan kota-kota berbenteng untuk anak istri kami.
Melihat fakta ini, mungkin yang terbersit di pikiran kita adalah mengapa Allah tidak menghukum mereka, sementara sebelumnya Ia pernah menghukum sikap yang sama, yakni ketika bangsa Israel memberontak setelah mempercayai apa yang dikatakan sepuluh pengintai ? Jawaban sepenuhnya hal ini sepenuhnya ada di tangan Tuhan. Rasanya tak seorang pun yang dapat menjawab dengan pasti. Yang kita tahu, Ia adalah Allah yang adil dalam segala keputusan-Nya. Meski demikian, satu hal yang dapat kita pastikan dari peristiwa ini adalah bahwa jika untuk orang-orang yang mengkompromikan ketaatannya kepada Tuhan saja, Allah dapat sedemikian balas kasih, tentu balas kasih itu akan jauh lebih besar ia limpahkan bagi mereka yang taat total terhadap segala perintah-Nya tanpa kompromi. Yakinlah bahwa Roh Kudus akan memampukan kita untuk senantiasa taat, sehingga pada akhirnya kita menikmati belas Kasih-Nya yang luar biasa dalam hidup kita.
Selamat berkarya dengan semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 33
"Melihat ke Belakang"
Belajar Bilangan 33:2-BIS
Tuhan memerintahkan Musa untuk mencatat nama dari setiap tempat di mana mereka singgah
Bilangan 33:1-49 mungkin bisa dikatakan sebagai rangkuman perjalanan bangsa Israel dan sejak keluar dari Mesir hingga menuju Tanah Perjanjian. Namun perlu kita tahu bahwa pasal ini tidak sembarang di taruh di dalam Alkitab, apalagi yang menyuruh menulis adalah Allah sendiri (ay.2). Bukan hanya sebagai rangkuman, pasal ini ditulis dengan maksud tertentu, dan salah satunya agar umat Israel melihat ke belakang. Ya melihat ke belakang nyatanya tidak selamanya harus di hindari.
Dengan melihat ke belakang, kita dimampukan untuk belajar, agar sedapat mungkin kita tidak mengulang sama dikemudian hari. Namun yang lebih penting dari itu, melihat ke belakang juga akan memampukan kita untuk menyadari dan mengingat kembali kasih setia Allah begitu besar dalam hidup kita.
Selamat berkarya tetap semangat dan terus andalkan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 34
"Tidak akan Sia-Sia"
Bilangan 34:2 (TB) "Perintahkanlah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu masuk ke negeri Kanaan, maka inilah negeri yang akan jatuh kepadamu sebagai milik pusaka, yakni tanah Kanaan menurut batas-batasnya.
Ini adalah peneguhan yang memberi semangat baru bagi bangsa Israel untuk memasuki Kanaan. Kanaan adalah tanah perjanjian kepada umat Israel. Sedangkan bagi kita, yang adalah umat Israel rohani, tanah perjanjian kita adalah sorga itu sendiri. Inilah tempat di mana tidak ada lagi ratap tangis, air mata dan penderitaan (Why. 21:4), tempat yang memiliki banyak tempat tinggal untuk kita tinggali nanti ( Yoh. 14:2), sebuah tempat penuh kemuliaan Allah (Why. 21:11), dan sesuatu yang bahkan sulit untuk terlukiskan keindahan dan kemegahannya (1 Kor. 2:9). Jika Kanaan yang berada di dunia ini begitu subur dan melimpah, dan itu juga Tuhan berikan kepada umat-Nya, kita bisa bayangkan seperti apa Kerajaan Sorga. Dan jika Kanaan masih memiliki batas-batas, maka sorga tidak terbatas, bahkan di luar segala yang pernah kita lihat, dengar dan rasakan.
Pergumulan kita sebagai orang percaya tidak pernah membuahkan sesuatu yang sia-sia.
Selamat pagi, selamat berkarya, salam sehat selalu. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 35
"Kota Perlindungan"
Di dalam Amsal 14:26 (TB) Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.
Kota perlindungan tak pelak melambangkan Kristus. Oleh perlindungan-Nya, kita yang berbuat dosa baik yang disengaja maupun tidak disengaja, tidak langsung masuk dalam hukuman kekal. Ada harapan di dalam Dia. Jika kita mau datang menerima Dia, maka kita akan dilindungi. Namun tidak hanya dilindungi, kita dibebaskan berkat pengorbanan Imam Besar kita, Yesus Kristus yang telah mati di atas salib untuk menggantikan kita. Bukankah ini perwujudan kasih Tuhan yang sungguh luar biasa? Jika di zaman Musa, orang yang bersalah itu harus datang sendiri ke kota perlindungan agar bisa selamat, maka di zaman anugerah ini, Yesus sendiri yang datang pada kita untuk menebus kita dari dosa. Itulah anugerah, itulah yang harus kita respons dengan hidup berkenan pada-Nya.
Selamat berkarya dan hidup bersama sama Dia. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 36
"Tuhan Suka Ketertiban"
Di dalam 1 Korintus 14:40 (TB) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.
Apa yang bisa kita pelajari hari ini ? Tuhan suka ketertiban. Berbagai aturan yang tercatat, termasuk yang kita baca hari ini, sesungguhnya dibuat agar tercipta ketertiban dalam kehidupan umat Tuhan. Ini adalah fakta yang tidak boleh kita kesampingkan. Kita memang tidak lagi hidup di zaman hukum Taurat, tapi bukan berarti kita lalu hidup tanpa mengindahkan aturan dan ketertiban. Kita memang tidak boleh seperti orang Farisi yang demi menegakkan aturan Taurat, lalu mengabaikan kasih pada sesama. Tapi, Paulus menasihatkan jemaat Korintus, segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur. Kasih seharusnya bukan sesuatu yang berlawanan dengan aturan. Tapi, aturan bisa dibuat dan dilakukan dengan dasar kasih. Dan bukankah dengan dasar kasih pula, aturan Tuhan dibuat ?
Selamat pagi, selamat berkarya dan tetap semangat. Kasihlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tuhan Yesus Memberkati. Amin