BUNGA MELATI
1 PASAL SEHARI
BACAAN KITAB ULANGAN 1 - 34
1. Nama : Rachmat Yulianto--- Tafsiran
+62 813-8454-4246
2.Nama : P.Wisnu Budiwijaya ---Judul
+62 812-9661-4411
3. Nama : Cahyo EN
+62 858-1029-0085
4. Nama : Herlina (HSH)
+62 817-6567-432
5. Nama : Lieingwong
+62 812-9262-800
6. Nama : Wiwik Kristanto
+62 852-8454-4246
7. Nama : Iman
+62 813-1593-4466
Tafsir Kitab Ulangan
Pembacaan ULANGAN 1 (hari ke 154)
Tafsiran :
Sebagai orang Kristen, kita perlu memahami bahwa Allah dapat murka. Murka Allah tidak boleh dipahami bahwa Allah sedang menunjukkan kemarahan-Nya yang lepas kontrol. Tetapi kita perlu memahami bahwa kemarahan Allah merupakan atribut Allah yang menunjukkan keadilanNya.
Dalam perikop ini, Musa sedang mengingatkan Umat Israel mengenai sejarah mereka 40 tahun yang lalu. Di masa lampau, Allah murka karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan yang ditunjukkan oleh generasi pertama Israel dengan menuduh Allah (Ulangan 1:26-27). Akibatnya, generasi pertama Israel disebut "angkatan yang jahat" (Ulangan 1:35) dan tidak diizinkan Allah memasuki Tanah Perjanjian, terkecuali Kaleb dan Yosua.
Kaleb dan Yosua merupakan dua orang dari dua belas pengintai yang menyerukan tetap mengikuti perintah Tuhan, yaitu memasuki tanah Kanaan (Bil. 14:8-9). Karena iman mereka, maka Allah tidak menjatuhkan hukuman atas mereka. Sebaliknya, Allah mengizinkan Kaleb dan Yosua memasuki tanah Kanaan.
Bagaimana dengan Musa? Musa sebagai pemimpin generasi pertama Israel juga tidak luput dari kemarahan Allah (Ulangan 1:37). Musa pernah melakukan kesalahan dengan memukul bukit batu sebanyak dua kali dengan tongkat (Bil. 20:11), padahal Allah tidak memberikan perintah demikian (Bil. 20:8). Ganjarannya ialah Musa tidak diperkenankan masuk ke tanah Kanaan. Karena itu diperlukan pemimpin baru, yaitu Yosua yang akan membawa masuk umat Israel generasi kedua ke tanah Perjanjian. Yang dimaksud generasi kedua ialah mereka yang di bawah usia dua puluh tahun (Ulangan 1:39).
Dari kisah ini, kita dapat mempelajari bahwa Allah dapat murka kepada siapa pun, termasuk umat Kristen. Allah murka supaya mereka dapat kembali percaya dan taat kepada-Nya. Karena itu, sudah sepatutnya kita pun memiliki iman yang percaya dan taat kepada-Nya.
Renungkan: Janganlah kita berpikir untuk bermain-main dengan Allah.
Pembacaan ULANGAN 2 (hari ke 155)
Tafsiran :
Perjalanan bangsa Israel telah mendekati tanah Perjanjian. Tahun-tahun yang mereka lewati hampir mendekati 40 tahun. Mengingat kembali penyertaan Tuhan dalam masa damai dan serba berkecukupan. Bahkan keseganan bangsa-bangsa di sekitar mereka dapat memperbarui semangat untuk menaklukkan dan mendiami tanah perjanjian.
Setelah ketidaktaatan yang mereka lakukan, akhirnya Tuhan membawa mereka kembali ke jalur utara (Ulangan 2:1-3). Mereka akan melalui 3 daerah, yaitu Seir, Moab, dan Amon. Tuhan memperingatkan kembali agar mereka berhati-hati dan tidak merebut dan menaklukkan daerah itu karena Tuhan telah memberikannya kepada keturunan Esau dan Lot. Daerah Seir tidak disebut Edom untuk mengingatkan Israel akan Esau saudara mereka. Demikian juga daerah Moab dan Amon yang telah Tuhan berikan kepada keturunan Lot. Orang Israel tidak boleh merebutnya (Ulangan 2:4-19).
Ada alasan jelas bahwa Tuhan telah mencukupkan kebutuhan mereka selama berada dalam perjalanan di padang gurun selama 40 tahun. Ungkapan "tidak kekurangan apa pun" menunjukkan tidak ada alasan untuk mengambil sesuatu tanpa membayar di sana (Ulangan 2:7). Tuhan mengingatkan bahwa terhadap bangsa-bangsa itu pun Dia telah bekerja. Sebelumnya, wilayah itu didiami oleh orang-orang yang berbadan besar, seperti orang Enak, tetapi Tuhan menolong bangsa Israel memasuki dan mendudukinya. Israel hanya boleh menaklukkan bangsa Amori dan rajanya dan Tuhan telah menimbulkan keseganan dan kegentaran terhadap bangsa-bangsa sekitarnya (Ulangan 2:25). Tuhan juga mengingatkan mereka bahwa selama masa-masa di padang gurun, semua orang-orang yang berasal dari Mesir telah mati di perjalanan. Mereka semua adalah angkatan baru yang disertai oleh Tuhan.
Jangan pernah melupakan bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berkesudahan, meski umat-Nya memberontak berkali-kali. Tetap ada kesempatan baru yang dibukakan tanpa harus menyerang orang atau umat Tuhan lainnya.
Renungkan: Bersyukur dan lebih mentaati Tuhan dalam segala hal! '
Pembacaan ULANGAN 3 (hari ke 156)
Tafsiran :
Tidak sedikit orang termasuk tipe pejuang dan pantang menyerah. Meski Ini baik, tetapi adakalanya tidak perlu lagi memperjuangkan sesuatu hal apalagi yang berkenaan dengan murka Tuhan.
Musa adalah seorang pemimpin yang mengorbankan dan memperjuangkan segala hal untuk bangsanya di hadapan Tuhan. Berkali-kali dia harus mengorbankan dirinya demi keselamatan bangsanya. Kerap kali dia harus memohon agar Tuhan mengampuni dan menjauhkan hukuman dari bangsanya. Tidak semua pengorbanannya berakibat baik bagi dirinya. Kasihnya yang terlalu besar akan bangsanya, membuat Musa melanggar firman Tuhan. Tuhan menjadi murka dan melarang Musa tidak akan masuk ke tanah Kanaan! Dalam teks ini, Musa kembali mencoba memohon dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak mendengarkannya lagi.
Tuhan memerintahkan Musa tidak membicarakan hal itu lagi (Ulangan 3:23-26). Musa hanya diberi kesempatan untuk memandang tanah Kanaan dari puncak gunung Pisga (Ulangan 3:27). Saat itu juga Musa diminta oleh Tuhan untuk mempersiapkan penggantinya, yaitu Yosua. Yosua yang akan membawa bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan (Ulangan 3:28). Hal ini terjadi ketika mereka ada di lembah tentangan Bet-Peor (Ulangan 3:29).
Secara manusiawi, keputusan Tuhan terasa menyakitkan. Musa berusaha memperjuangkan haknya masuk ke tanah Perjanjian, namun Tuhan tidak memedulikannya. Sebaliknya, Tuhan menunjuk orang lain menggantikan Musa. Masa ini merupakan babak baru dalam kehidupan bangsa Israel dengan pemimpin yang baru. Meski Yosua masih muda, ia tidak takut terhadap apa pun dan siapa pun selain Tuhan.
Kita harus menerima dengan sukacita ketika hasil pelayanan kita dinikmati oleh orang lain. Bagaimana pun, Tuhan melihat dan menghargai kerja keras kita. Sudah saatnya kita mempersiapkan generasi penerus yang membawa umat Tuhan memasuki dan menikmati tanah Perjanjian.
Renungkan: Terima dan bersukacitalah atas setiap keputusan Tuhan atas kita!
Pembacaan ULANGAN 4 (hari ke 157)
Tafsiran
Bukan hal asing ketika seseorang berada dalam kondisi terdesak akan mencoba segala cara dan pertolongan dari segala pihak. Bagi orang percaya ada dua kemungkinan, yakni mencari dan kembali kepada Tuhan atau mencari pihak lain.
Perjalanan Israel sebagai umat Tuhan bagaikan grafik yang turun naik. Ketika kesulitan, mereka mencari Tuhan. Saat situasi aman, mereka sibuk dengan keinginan diri. Mereka melupakan dan menyakiti hati Tuhan. Tuhan mengingatkan bangsa Israel akan pengalaman di masa lampau bahwa dalam situasi terdesak mereka akan kembali mencari Tuhan dan mendengarkan suara-Nya (Ulangan 4:30).
Musa mengingatkan bahwa Tuhan Allah telah mengikat perjanjian dengan mereka. Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka. Hal ini telah terbukti dalam sejarah bangsa Israel. Tuhan telah membawa mereka keluar dari Mesir dan menyertai mereka dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat. Bahkan Tuhan berbicara kepada mereka dari tengah-tengah api. Tuhan sendiri yang berperang bagi Israel agar mereka dapat menduduki tanah Perjanjian yang telah Tuhan berikan bagi mereka (Ulangan 4:31-34, 36-38). Semua ini agar mereka menyadari dan mengetahui dengan pasti bahwa Tuhan Allah adalah satu-satu-Nya Allah yang berkuasa atas langit dan bumi (Ulangan 4:35, 39). Di sini terlihat belas kasihan Tuhan.
Umat yang menyakiti hati Tuhan tidak akan ditolak. Sebagaimana Tuhan menolong dan menyelamatkan mereka di masa pembuangan, di masa depan juga Tuhan tetap mengasihani mereka. Umat hanya diminta untuk memegang ketetapan dan perintah-Nya. Tuntutan ini bukan hal yang memberatkan dan menyakitkan. Hal itu akan menolong mereka menjalani hidup dalam kebaikan dan berkat-Nya yang telah Ia sediakan bagi mereka dan keturunannya selama-lamanya (Ulangan 4:40).
Renungkan: Terkadang Tuhan membiarkan kita dalam kondisi terjepit dan tidak ada satu pihak pun yang dapat diharapkan untuk menolong. Datang kepada Tuhan, Ia tetap bersedia menunggu kita datang dan Ia mampu menyelamatkan kita.
Pembacaan ULANGAN 5 (hari ke 158)
Tafsiran :
Kitab Ulangan ini ditulis pada akhir masa pelayanan Musa, ketika ia berada di daerah Moab sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan segera menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua (ayat 1:5). Musa sebagai perantara yang telah dipilih untuk menyampaikan Firman Tuhan (ayat 23-27; 30-31) bertekad untuk mempersiapkan Israel memasuki Kanaan dengan mengingatkan mereka akan peristiwa khusus ketika perjanjian Tuhan diberikan.
Musa mengingatkan, bahwa pada saat itu mereka mendengar firman itu disampaikan dengan dahsyat: [1] yang secara langsung bersumber dari Tuhan; [2] berotoritas atas seluruh Israel; [3] dinyatakan dengan kemegahannya; [4] diberikan secara menyeluruh dan tuntas; serta [5] dituliskan dalam bentuknya yang stabil dan permanen (ayat 5:22). Pada peristiwa itu Israel takut dan menghormati Tuhan (ayat 23-26,28), serta berjanji untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan (ayat 27). Namun, pada perjalanan selanjutnya mereka gagal. Sikap takut dan hormat hanyalah sesaat. Hal inilah yang mendorong Musa dengan setia menyuarakan jeritan hati Tuhan bagi kegagalan umat-Nya: "Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, …" (ayat 29).
Inilah gambaran natur manusia berdosa yang dipanggil dalam komunitas milik Allah. Komitmen yang dibuat dengan sungguh-sungguh dan bersumber dari perasaan takut kepada Tuhan, dapat dengan cepat berubah dan terlupakan. Untuk memelihara kesetiaan tersebut diperlukan adanya abdi Allah yang dengan setia menyerukan jeritan hati Tuhan agar umat kembali berpegang dan berjalan sesuai dengan firman.
Renungkan: Semua kita masih harus berjuang melawan pencobaan dari luar dan kecenderungan dosa di dalam diri kita. Jangan ikuti dorongan hati atau ajakan apa pun bila tidak jelas apakah itu sesuai dengan firman-Nya.
Pembacaan ULANGAN 6 (hari ke 159)
Tafsiran :
Amnesia adalah sebuah kondisi di mana seseorang kehilangan ingatan dan melupakan nama, informasi atau pun peristiwa penting di masa lalunya. Penyebabnya bisa jadi karena kerusakan otak atau pun peristiwa traumatis. Tentu saja amnesia adalah kondisi yang langka dan jarang ditemui secara medis. Namun secara religius, tampaknya amnesia rohani terus menjadi menjadi wabah berbahaya yang menyebar secara masif dan menjangkiti banyak orang percaya.
Dalam perikop hari ini, Musa mengingatkan bahwa situasi paling mengerikan yang bisa dialami orang Israel adalah "melupakan TUHAN" (Ulangan 6:12). Di tengah gelimang kemakmuran yang bisa mereka nikmati di tanah Perjanjian (Ulangan 6:10-11), bahaya terbesar justru timbul ketika mereka lupa Tuhan dan akhirnya lupa diri. Dikatakan bahaya terbesar karena mereka berpaling kepada ilah-ilah lain dan melanggar pengakuan bahwa Allah itu esa dan harus dikasihi dengan totalitas hidup (Ulangan 6:14-15, bdk. 4-9). Tidak heran Musa perlu mengingatkan tentang hal ini sebab amnesia rohani tersebut membawa akibat yang mengerikan (Ulangan 6:15).
Adapun salah satu "resep" yang Musa berikan untuk menghindari amnesia rohani ini yaitu berupa ketaatan terhadap "perintah, peringatan, dan ketetapan" dari-Nya (Ulangan 6:17). Ketika ketaatan ini menjadi sebuah gaya hidup yang akhirnya diteladankan dan diwariskan kepada keturunan mereka (bdk. 6-7), tentu tidak mengherankan jika timbul pertanyaan mengenai artinya (Ulangan 6:20). Menariknya, jawaban yang Musa anjurkan sekali lagi adalah dalam wujud pengingatan akan karya Tuhan terhadap umat-Nya di masa lampau (Ulangan 6:21-25).
Peringatan Musa sangat relevan untuk kehidupan kita hari ini. Acap kali, sadar maupun tidak sadar, kita juga mengalami "amnesia rohani" dengan cara melupakan Tuhan dan peringatan, perintah serta ketetapan-Nya. Melupakan Tuhan menjadikan kita lupa diri dan akhirnya juga hidup menyimpang jauh dari rancangan-Nya.
Renungkan: Mari kita mengingat peringatan ini: "Janganlah engkau melupakan TUHAN."
Pembacaaan ULANGAN 7 (hari ke 160)
Kasih tanpa kompromi.
Kata-kata yang terdapat pada bagian ini bernada keras, dan tegas. Nada seperti ini tidaklah mudah untuk kita pahami. Ingatlah bahwa baru saja Tuhan berkata: "Jangan membunuh" (Ul. 5:17), namun kini Israel diperintahkan untuk tidak bergaul, menumpas tujuh bangsa yang mendiami tanah perjanjian serta membumihanguskan agama dan kebudayaan mereka (ayat 1-5). Bagaimana kita memahami hal ini?
Perintah ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan Israel agar membenci bangsa-bangsa dan budaya lain. Tetapi, untuk mengajarkan kepada Israel betapa Tuhan mengasihi mereka dan setia pada perjanjian-Nya. Perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya adalah perjanjian yang diikat dalam ikatan cinta (ayat 6-8). Semuanya ini diperintahkan bukan untuk mengajarkan bahwa Israel adalah ras yang unggul dan diperbolehkan berbuat sekehendak hati mereka. Alasan dari semuanya ini adalah karena bangsa-bangsa asing itu membenci Tuhan dan akan menyeret Israel masuk ke dalam ketidaksetiaan kepada Tuhan (ayat 4,10). Hal ini berarti bahwa segala pengaruh yang mengotori komunitas orang beriman haruslah secara total dihancurkan, sebab mereka adalah umat kudus Allah (ayat 6). Untuk memelihara kemurnian, segala bahan pengotor harus disingkirkan tanpa kompromi.
Sebagai orang beriman, kita tidak diajarkan untuk hidup secara rasialis karena Injil ditujukan untuk semua bangsa (bdk. Mat. 28:19; Gal. 3:28; Ef. 2:11-16). Kita tidak diajarkan untuk membenci mereka yang berbeda iman. Kristen adalah pewaris iman Abraham, dan gereja yang berada dalam konteks majemuk harus selalu bersikap ramah dan lemah lembut terhadap semua orang (lih. Gal. 3:6-9; Tit. 3:1-2). Dengan cara ini kesalahan dan kejahatan kita taklukkan.
Renungkan: Tuhan sedemikian mengasihi gereja dan umat-Nya. Ia menginginkan kemurnian di dalamnya karena itu Tuhan tidak mengizinkan gereja dikotori oleh motivasi yang cemar
Pembacaan ULANGAN 8 (Hari ke 161)
Menerobos kemapanan.
Banyak orang sering mengaitkan kesalehan dengan kemakmuran. Cara pikir mereka sederhana: orang yang saleh akan makmur, sedangkan orang yang berdosa akan menderita. Ini ada benarnya, tetapi tidak selalu demikian. Namun, pada umumnya semua orang ingin mendapatkan kemakmuran dan dengan demikian mereka menjaga kesalehan. Sayang sekali, sering kali kemakmuran yang mereka dapatkan justru menggiring mereka masuk ke dalam sistem yang akhirnya membuat mereka tidak dapat lagi menjaga kesalehan. Kemakmuran itu menjadi sebuah kutukan.
Bangsa Israel diingatkan terus-menerus untuk menjadi setia, bergantung kepada Allah, bukan hanya agar mereka hidup, tetapi juga agar mereka bisa beranak cucu sehingga tanah perjanjian itu dapat dikuasai sepenuhnya. Melalui perjalanan yang amat panjang di padang gurun, Allah telah mengajar bangsa Israel agar memahami bahwa mereka tidak bisa bergantung pada kekuatan alam dan bangsa-bangsa lain untuk hidup, tetapi pada janji pemeliharaan Allah sendiri. Kesesakan dan disiplin yang dialami bangsa Israel menjadi berkat besar bagi mereka.
Bangsa Israel akan mendapatkan kemakmuran, dan hati mereka seharusnya "memberkati" Allah, bersyukur kepada-Nya karena tanah yang begitu berlimpah dan juga karena mereka boleh mendapatkannya. Namun, sekali lagi Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak lupa diri ketika mereka sudah masuk ke tanah itu, sudah mapan dengan ternak yang berkembang biak, sistem hidup sudah terbentuk rapi, dan kebahagiaan senantiasa tergapai. Israel harus terus mengingat suasana padang gurun ketika mereka tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Jika mereka melupakan itu semua, hukuman dan ketidakberkatan menanti mereka!
Renungkan: Ketika kemapanan mengancam Anda terjebak dalam sistem yang berdosa, Allah akan mendobraknya.
Pembacaan Ulangan 9 (hari ke 162)
Menerobos lingkaran setan.
Ada sebagian orang yang percaya bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat berubah. Benarkah demikian?
Perjalanan sejarah bangsa Israel menunjukkan bahwa memang perubahan itu sulit. Mereka berdosa, dihukum Tuhan, menyesal, berseru kepada Allah, dilepaskan dari hukuman. Namun, siklus itu berulang-ulang seperti lingkaran setan yang tiada habis- habisnya. Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka tidak henti-hentinya berdosa sejak keluar dari Tanah Mesir. Kalau ada satu tempat di mana Israel seharusnya taat kepada Tuhan, tempat itu adalah di Gunung Horeb karena di sana mereka telah bertemu secara pribadi dengan Tuhan, telah melihat bahwa Ialah satu- satunya Allah, dan telah diperintahkan untuk tidak menyembah allah lain. Namun, mereka justru menyeleweng. Sebagai pemimpin besar, Musa dan Harun menunjukkan kualitas mereka dengan menunjukkan berkorban demi orang-orang yang dipimpinnya, dan berdoa syafaat empat puluh hari empat puluh malam!
Bangsa Israel tidak juga bertobat. Empat kali mereka menggusarkan Allah (ayat 22-24). Di Tabera, mereka mengeluh tanpa alasan yang jelas. Allah menurunkan api untuk menghukum mereka (Bil. 11:1- 3). Di Masa mereka mengeluh karena kekurangan air. Di Kibrot- Taawa mereka marah kepada Allah karena ingin makan daging. Tidak ada perubahan dalam diri mereka. Doa syafaat Musa setelah peristiwa anak lembu emas menunjukkan keagungan jiwanya (ayat 25-29). Di dalam pelayanan doanya terlihat juga beberapa kebenaran penting. Selain mengingatkan Israel tentang karya- karya besar Allah, doa Musa juga mengandung keyakinan yang terwujud dalam bentuk mengingatkan bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan kemuliaan diri-Nya terhadap Israel.
Renungkan: Teroboslah ketidakpercayaan Anda dengan mengingat janji penyertaan Allah yang teguh.
Pembacaan ULANGAN 10 (hari ke 163)
Takut akan Tuhan.
Bagian Alkitab yang kita baca pada hari ini dimulai dengan pemberian dua loh batu yang baru dari Tuhan kepada Musa. Dua loh batu ini adalah buatan manusia. Sebelumnya Musa begitu marah sampai menghancurkan kedua loh batu pertama. Namun, ia meminta Tuhan memperbarui perjanjian-Nya dengan Israel. Tuhan mengabulkan permintaan itu sebuah perjanjian Sinai kembali ditegaskan dan dipelihara dalam sebuah tabut perjanjian.
Kita kemudian dihadapkan pada kisah kematian Harun. Harun memang selamat dari hukuman Tuhan waktu peristiwa anak lembu emas. Namun, sama seperti Musa, ia tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan. Ia mati di padang gurun! Penunjukan kaum Lewi sebagai pelayan- pelayan sangatlah tepat. Mereka melawan para penyembah anak lembu emas (Kel. 32:26-29). Maka, patutlah mereka dijadikan pelayan-pelayan untuk ibadah yang sejati.
Kini Allah memberikan perintah lagi kepada bangsa Israel untuk pergi ke Tanah Kanaan dan menaklukkannya. Mereka harus mencintai dan menaati Tuhan dengan sepenuh hati (ayat 12-13). Ketaatan ini diserukan paling tidak karena dua alasan. Pertama, karena Allah adalah Allah yang mahakuasa, namun Israel mendapatkan hak istimewa untuk menjadi umat pilihan-Nya (ayat 14-15). Ini harus menimbulkan ucapan syukur sampai ke langit, dan diwujudkan dalam ketaatan yang membumi! Mereka harus mengalami "sunat hati", membuang bungkusan kekeraskepalaan dan kebebalan (ayat 16). Alasan kedua adalah karena Allah merupakan otoritas tertinggi, kuasa terdahsyat, dan hakim yang adil (ayat 17-18). Umat Israel tidak akan mendapatkan kelepasan begitu saja jika mereka berdosa. Mereka harus sungguh-sungguh taat kepada Allah mereka.
Renungkan: Ketaatan yang benar dan berlanjut tidak lahir dari paksaan atau rasa takut, tetapi dari hati yang penuh syukur dan cinta kepada Allah.
Pembacaan ULANGAN 11 (hari ke 164)
Tafsiran :
Hidup adalah sebuah pilihan dan segala sesuatu di dalamnya juga merupakan pengambilan keputusan. Sebagaimana kita melangkah dengan kaki kita, setiap detik kita melangkah dengan hidup kita, dengan diri kita seutuhnya. Kita menjejakkan kaki tidak hanya dalam pemahaman ruang dan waktu, tetapi juga di dalam dimensi situasi. Apakah kita akan menguasai situasi itu atau akankah kita kehilangan kekuatan kita untuk memilih?
Musa memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka tidak boleh tergoda mengikuti allah-allah Kanaan ketika mereka nanti berada di sana. Jika mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, maka secara spiritual mereka telah dikalahkan. Mereka menduduki Kanaan secara fisikal, tetapi faktanya budaya dan agama Kanaan menduduki hati dan kepala mereka. Karena itu, Musa menginginkan agar bangsa Israel memperhatikan hukum-hukum Tuhan dengan lekat dan saksama. Ini adalah syarat agar bangsa Israel bisa bertahan di tanah yang dijanjikan Tuhan. Kita melihat bahwa Tuhan menginginkan agar bangsa Israel menjejakkan kaki mereka, baik dalam dimensi ruang, waktu, dan situasi berdasarkan firman Allah. Bangsa Israel harus memenangkan kehidupan ini dengan pemilihan berdasarkan ketaatan kepada Allah.
Allah berjanji akan memberikan kekuatan kepada bangsa Israel, melebihi kapasitas dan kelayakan mereka. Mereka adalah bangsa yang kecil, namun Tuhan akan membuat mereka besar di hadapan bangsa-bangsa. Mereka akan membuat semua orang takut ketika kaki mereka menyentuh bumi (ayat 25). Pilihannya adalah berkat dan kutuk -- untuk apa mereka memilih allah-allah yang kekuatannya belum terbukti (ayat 28)?
Renungkan: Dalam setiap saat dan situasi kehidupan Anda, Anda bisa memilih untuk taat kepada Allah atau menaati nafsu dan kebodohan Anda sendiri.
Pembacaan ULANGAN 12 (hari ke 165)
Tafsiran :
Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, sikap dan tindakan ibadah merupakan bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Ibadah juga tidak terpisahkan dari hubungan antara kita dengan Allah. Kita dapat mengatakan bahwa ibadah adalah sebuah barometer dari kehidupan rohani seseorang. Bagaimana ia beribadah kepada Allah menunjukkan kualitas dari kehidupan spiritualnya.
Bangsa Israel telah diminta untuk memperhatikan bahwa mereka hanya boleh memberikan kurban persembahan di satu tempat -- ibadah telah disentralisasikan. Ini menjadi amat penting khususnya nanti ketika zaman raja-raja bangsa Israel terus-menerus jatuh ke dalam kesalahan yang sama, menyembah Allah bukan di tempat yang seharusnya. Dalam konteks zaman raja-raja, kita bisa mengatakan bahwa Allah menetapkan Silo dan kemudian Yerusalem sebagai tempat pusat ibadah.
Kini Musa berbicara lagi secara mendetail mengenai penyembelihan yang sifatnya bukan korban. Jikalau bangsa Israel sudah memiliki wilayah yang lebih luas, maka akan sulit bagi mereka untuk datang menyembelih hewan makanan ke satu tempat sentral. Maka, mereka boleh menyembelih hewan untuk dimakan di daerah mereka masing-masing, namun peraturan mengenai darah tetap diberlakukan. Peraturan tentang darah ini menunjukkan bahwa manusia harus menghargai kehidupan dan mengakui bahwa mereka tidak layak mengambil kehidupan dari diri seseorang.
Di bagian akhir pasal ini, kita melihat bahwa sekali lagi bangsa Israel diingatkan agar tidak terjerat ke dalam perangkap penyembahan berhala. Umat Israel harus beribadah dengan cara dan motivasi yang ditetapkan Allah. Ibadah kepada Allah harus tepat 100%.
Renungkan: Seberapa seriuskah ibadah bagi Anda? Jika hidup ini adalah ibadah, seberapa akuratkah Anda mempersembahkan diri di hadapan Allah?
Pembacaan ULANGAN 13 (hari ke 166)
Tafsiran :
Di masa itu ada nabi atau pemimpi yang mampu melakukan suatu tanda dan mukjizat yang sungguh terjadi di Israel (Ulangan 13:1). Dengan tindakan spektakuler yang mereka adakan, mereka mengajak umat Israel mengikuti dan beribadah kepada allah-allah lain (Ulangan 13:2). Tetapi siapapun mereka, baik dari kalangan pemimpin umat atau anggota keluarga sendiri seperti saudara laki-laki, dari orangtua yang sama; anak sendiri baik laki-laki atau perempuan, isteri atau sahabat karib, atau orang-orang dursila yang mengajak seluruh penduduk untuk beribadah kepada allah bangsa lain harus dihukum mati (Ulangan 13:5-10, 12-17).
Israel diingatkan bahwa orang yang menyesatkan ini dapat saja membujuk dengan diam-diam. Israel harus tegas. Tindakan yang dilarang agar tidak terpengaruh penyesat itu adalah mendengarkan perkataannya, mengalah, merasa sayang, mengasihani bahkan menutupi kesalahannya. Bila tuduhan penyesatan itu didengar dari sumber lain, maka harus diadakan pemeriksaan, penelitian, dan mengajukan pertanyaan dengan cermat. Bila penyesat itu hanya seorang, maka harus dihukum mati dengan dirajam batu. Bila satu kota terkontaminasi, maka bunuh dan tumpaslah satu kota itu beserta dengan segala jarahannya (Ulangan 13:2-5, 6, 8-10, 13-17).
TUHAN ingin agar umat-Nya sungguh-sungguh mengasihi-Nya. Ia "membiarkan" bujukan penyesat itu datang untuk mencoba dan membuktikan kasih umat terhadap-Nya (Ulangan 13:3). Seharusnya hanya TUHAN yang diikuti perintah-Nya (Ulangan 13:4). Hukuman mati atas penyesat menjadi pelajaran bagi orang Israel agar tidak mengulangi tindakan yang sama dan kejahatan di hadapan TUHAN (Ulangan 13:11). Dengan menjatuhkan hukuman atas penyesat itu, murka TUHAN dapat disurutkan (Ulangan 13:17). TUHAN ingin agar umat-Nya hanya mendengarkan Dia saja dan melakukan apa yang benar di mata-Nya (Ulangan 13:18)
Banyak pelanggaran yang kita lakukan disebabkan oleh pilihan sendiri. Kita lebih memilih godaan duniawi daripada hidup takut akan Tuhan. Karena itu, hukuman dipakai Tuhan sebagai cara pendisiplinan rohani. Jaga hati dan telinga, hindari penyesat.
Pembacaan ULANGAN 14 (hari ke 167)
Tafsiran :
Orang Israel akan menetap dan bercocok tanam serta beternak di Tanah Perjanjian. Mereka diingatkan bahwa setiap tahun mereka yang telah memperoleh hasil tanahnya harus mempersembahkan persepuluhan kepada TUHAN secara benar (Ulangan 14:22). Persembahan ini hanya boleh mereka makan di tempat yang TUHAN tentukan. Tujuannya, belajar takut akan TUHAN (Ulangan 14:23).
TUHAN mengerti kondisi mereka. Ketika lokasi tempat tinggal mereka terlalu jauh dari tempat yang TUHAN pilih, maka mereka dapat menukarnya dengan uang dulu dan membeli serta memakan apapun yang mereka ingin nikmati di tempat yang TUHAN pilih (Ulangan 14:24-26). Dalam kesenangan bersama keluarga, mereka wajib berbagi dengan suku Lewi karena mereka tidak memiliki tanah dan pekerjaan lain (Ulangan 14:27). Pada akhir tahun ketiga, mereka menikmati persepuluhan itu bersama dengan orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda di kota masing-masing (Ulangan 14:28). Ketaatan melakukan hal ini bukan syarat agar diberkati lebih melimpah, melainkan sebagai kesadaran akan berkat TUHAN melalui usaha yang dikerjakan tangan mereka (Ulangan 14:29).
TUHAN telah memberkati pekerjaan tangan mereka, baik di ladang maupun peternakannya. Saat TUHAN meminta mereka datang ke satu tempat, hal itu menolong mereka untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh umat dan bersatu hati di hadapan-Nya. Persembahan yang TUHAN minta bukan untuk TUHAN nikmati, melainkan untuk kesenangan umat-Nya. TUHAN mengingatkan mereka untuk berbagi dengan orang Lewi dan orang-orang yang tidak mampu di antara mereka. Perintah ini bertujuan agar mereka takut akan TUHAN karena adanya kesadaran bahwa Dia sebagai sumber berkat.
Mungkin ada orang percaya masa kini beranggapan bahwa persepuluhan telah ditiadakan dalam gereja. Tetapi, bila kita hidup mengenal TUHAN dengan benar dan takut akan Dia, selayaknya kita tidak hitung-hitungan. Pengenalan dan rasa takut akan TUHAN seharusnya mendorong kita mempersembahkan yang terbaik di hadapan-Nya.
Pembacaan ULANGAN 15 (hari ke 168)
Tafsiran:
Israel memperoleh berkat dari TUHAN secara melimpah. Namun masih ada sebagian orang Israel yang kekurangan. Mereka ini dapat meminjam uang atau apapun kepada orang Israel lain yang lebih mapan. Apabila pada tahun ketujuh belum dapat dilunasi, maka bagi orang Israel berlaku penghapusan hutang (Ulangan 15:1-2). Mereka hanya boleh menagih hutang dari bangsa lain (Ulangan 15:3). Inilah cara TUHAN untuk meniadakan orang-orang miskin di antara mereka. Bangsa Israel tidak boleh menahan diri untuk memberi pinjaman terhadap saudaranya yang miskin, termasuk ketika mendekati tahun ketujuh (Ulangan 15:7-8). Demikian juga dalam perbudakan. Seorang budak Ibrani harus diberi kebebasan pada tahun ketujuh, bahkan dibekali dengan limpahnya (Ulangan 15:12-14). Bila budak itu memilih tinggal menjadi budak, maka dia diberi tanda menjadi budak selama-lamanya (Ulangan 15:16-17). Orang Israel tidak dirugikan ketika harus melepas budaknya, karena selama 6 tahun sebelumnya budak itu bekerja tanpa dibayar (Ulangan 15:18).
Israel juga dituntut untuk mempersembahkan anak sulung lembu sapi dan kambing dombanya yang tanpa cacat atau keburukan kepada TUHAN. Persembahan ini harus mereka makan di tempat yang TUHAN tetapkan (Ulangan 15:19-20). Sementara daging binatang yang kurang layak dipersembahkan dapat dimakan di tempatnya sendiri, tetapi tidak boleh memakan darahnya (Ulangan 15:21-23). Ketika Israel melakukan hal ini, nyata kesadaran mereka akan berkat TUHAN. Ini menjadi bukti ketaatan mereka mendengar dan melakukan perintah-Nya (Ulangan 15:4-5). Mereka harus ingat keadaan mereka yang dahulu sebagai budak dan penebusan yang TUHAN berikan kepada mereka (Ulangan 15:15). Ketaatan mereka disertai janji berkat TUHAN yang membuat Israel secara keseluruhan dapat memberi pinjaman bahkan menguasai banyak bangsa (Ulangan 15:6).
TUHAN menuntut orang percaya menaati setiap perintah-Nya. Setiap kita menurut berkat yang TUHAN berikan tidak boleh mengeraskan hati untuk menolong sesama yang membutuhkan. Ingat, tanpa pertolongan TUHAN, maka kita bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa!
Pembacaan ULANGAN 16 (hari ke 169)
Tafsiran :
Orang Israel telah keluar dari Mesir dalam kondisi perbudakan berat dengan tergesa-gesa. Dalam ketergesa-gesaan itu, mereka dapat menyaksikan pertolongan TUHAN yang ajaib ditengah ketidakberdayaan mereka. Sekarang kondisi mereka mulai aman dan nyaman. TUHAN memerintahkan mereka untuk merayakan peristiwa keluaran itu sebagai Paskah (Ulangan 16:1). Mereka harus menyembelih kambing domba sebagai lambang pengorbanan darah yang menebus mereka (Ulangan 16:2). Mereka harus makan roti penderitaan, yaitu roti yang tidak beragi selama tujuh hari untuk mengingatkan mereka akan peristiwa keluaran dari Mesir. Selama enam hari mereka tidak boleh bekerja, tetapi pada hari ketujuh mereka berkumpul bagi TUHAN (Ulangan 16:3, 8). Korban Paskah hanya boleh dipersembahkan, dimasak, di makan di tempat dan waktu yang TUHAN tentukan, dan harus dihabiskan hari itu juga (Ulangan 16:4-7). Mereka merayakan hari Raya Tujuh Minggu dengan bersukaria dengan semua orang di tempatnya. Tujuannya, untuk mengingat bahwa mereka dahulu budak di Mesir (Ulangan 16:9-12). Mereka merayakan hari raya Pondok Daun selama tujuh hari bersama semua orang di tempatnya. Perayaan itu bertujuan agar mereka dapat bersukaria dengan sungguh-sungguh (Ulangan 16:13-15). Dalam ketiga hari raya itu, setiap orang laki-laki tiga kali setahun menghadap hadirat TUHAN dengan membawa persembahan sesuai berkat yang diterimanya (Ulangan 16:16-17).
TUHAN meminta Israel merayakan tiga Hari Raya dengan satu tujuan, mengingatkan mereka akan masa lalu. Mereka tidak boleh lupa akan keberadaan dahulu sebagai budak dan harus pergi tergesa-gesa. Perintah TUHAN ini menyenangkan karena diminta untuk bersukaria dengan sungguh-sungguh selama tujuh hari. Dalam sukacita tersebut, TUHAN ingin Israel menyadari keberadaan diri-Nya sehingga merendahkan hati di hadapan-Nya. TUHAN juga ingin umat-Nya menikmati sungguh-sungguh apa yang sudah diberikan-Nya.
Ingat masa lalu, rendahkan diri, tetapi nikmati berkat TUHAN dengan sukacita bersama sesama yang menderita.
Pembacaan ULANGAN 17 (hari ke 170)
Tafsiran :
Bangsa Israel memulai kehidupan seperti bangsa-bangsa lainnya di tanah yang telah menjadi hak milik mereka. Israel sudah tidak ingin berada di bawah kepempimpinan TUHAN. Mereka juga ingin memiliki seorang raja manusia seperti bangsa lainnya (Ulangan 17:14). Sebagai umat-Nya, TUHAN memberi syarat-syarat yang harus mereka perhatikan tentang seorang raja. Raja itu harus dipilih oleh TUHAN dari antara orang Israel (Ulangan 17:15). Raja tidak boleh memiliki banyak kuda, istri, emas, serta perak (Ulangan 17:16-17). Kuda pada masa itu menjadi bukti kekuatan seseorang. Emas dan perak adalah ukuran pasti akan tingkat kekayaan seseorang. Sedangkan istri dapat menunjuk kepada kekuasaan yang menyangkut daerah atau kerajaan taklukkan sang raja karena pada masa itu banyak pernikahan raja yang bersifat politis. Apabila seorang raja mengandalkan semua ini, dapat berarti raja mengandalkan dirinya sendiri; bukan TUHAN. Dia akan mudah menyimpang dan membuat umat Israel kembali ke dalam pembuangan. Untuk itu, seorang raja harus memiliki dan membaca salinan hukum Taurat (Ulangan 17:18-19). Salinan hukum inilah yang mengajarkannya takut akan TUHAN dan tidak meninggikan diri terhadap saudara-saudaranya. Ini pula yang memastikan pemerintahannya dapat bertahan hingga anak-anaknya (Ulangan 17:20).
TUHAN tidak melarang bila seorang raja memiliki kekayaan dan segalanya. Tetapi, harta dan istri dapat memalingkan hati seorang raja dari kebenaran Allah dalam pemerintahannya, bahkan dari TUHAN. TUHAN tahu kekuatan maupun kelemahan hati seorang raja. Karena itu, raja membutuhkan tuntutan yang bukan berasal dari para ahli di muka bumi, melainkan hukum dan aturan dari TUHAN sendiri.
Memiliki kesempatan untuk memimpin adalah hak yang sangat istimewa. Berhati-hatilah agar tidak menyimpang dari TUHAN. Jangan mengandalkan diri atau kekuatan sendiri. Apabila memilih seorang pemimpin, pilihlah seseorang yang rendah hati dan hanya mengutamakan kehendak TUHAN di atas kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Pembacaan ULANGAN 18 (hari ke 171)
Tafsiran :
Orang Israel senang belajar. Kali ini mereka belajar melakukan tindakan kekejian yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain di tanah Kanaan yang TUHAN larang (Ulangan 18:9).
Bukannya mempertahankan ibadah di hadapan TUHAN, mereka justru ikut-ikutan melakukan hal-hal keji bagi Tuhan. Mereka melakukan hal yang tidak TUHAN izinkan seperti mempersembahkan anak-anak mereka sebagai kurban dalam api, menjadi atau mendengarkan petenung, peramal, penelaah, dan seorang penyihir. Ada juga yang menjadi seorang pemantera, bertanya kepada arwah, roh peramal, atau meminta petunjuk kepada orang-orang mati (Ulangan 18:10-12, 14).
Sebagai bangsa pilihan, seharusnya mereka hidup tidak bercela di hadapan TUHAN (Ulangan 18:13). Untuk mencegah kecenderungan seperti itu, TUHAN membangkitkan seorang nabi di antara mereka, sama seperti Musa. Setiap perkataan yang diucapkannya dari TUHAN, ada tuntutan terhadap orang yang tidak mendengarkannya (Ulangan 18:15-19). Apabila ada orang yang menyatakan dirinya menyampaikan firman TUHAN dan mengucapkan nama-Nya, sementara apa yang dikatakannya tidak terlaksana maka tidak perlu gentar menghadapinya (Ulangan 18:20-22).
TUHAN tidak senang bila umat-Nya belajar dari hal yang salah, bahkan menjijikkan bagi-Nya. TUHAN tidak ingin bila umat-Nya mengikuti adat kebiasaan dan budaya bangsa sekitarnya menyembah hal-hal yang bukan Tuhan. Yang lebih parah, mereka tidak segan-segan mengorbankan hal yang paling berharga seperti anaknya untuk ilah-ilah lain. TUHAN bukan hanya tahu melarang, Dia juga buka jalan. TUHAN senang apabila umat mau belajar. Tetapi belajar yang Dia mau adalah dari orang yang TUHAN pilih, dan hanya menyampaikan firman TUHAN. Ada ciri dari orang tersebut yakni perkataan-Nya terlaksana.
Dari siapa kita belajar saat ini? Adakah tindakan hidup Anda adalah usaha penyesuaian dengan lingkungan sekitar, bukan berdasarkan firman TUHAN? Kita adalah umat pilihan-Nya. Karena itu, belajar hanya dari TUHAN, maka tindakan hidup kita akan memuliakan-Nya.
Pembacaan ULANGAN 19 (hari ke 172)
Tafsiran :
Kita tahu bahwa, keba-nyakan induk burung memiliki sifat alami yang sama. Apabila anak-anaknya terancam, ia berusaha melindunginya dengan memasukkannya ke dalam kepak sayapnya. Ia mengorbankan dirinya untuk melindungi anak-anaknya. Mungkin saja, anak-anak burung ini dikejar musuh karena kesalahan mereka. Ia tetap melindungi mereka di bawah sayapnya.
Hubungan Tuhan dan umat-Nya juga demikian seperti induk burung dan anak-anaknya. Seringkali kita diperhadapkan dengan perkara yang teramat sulit. Mungkin saja perkara ini disebabkan karena kebodohan kita sendiri. Tetapi apapun yang menjadi sumber perkara tersebut, Tuhan ialah Allah yang selalu melindungi kita. Ia tidak pernah melepaskan perlindungan-Nya kepada kita. Apapun bentuk ancaman itu.
Kasih Tuhan itu luas meliputi manusia macam apa saja. Itulah alasan Israel diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Salah satu bentuk kasih yang harus direalisasikan kepada sesama ialah dengan membangun kota-kota perlindungan bagi mereka yang melakukan kesalahan fatal, misalnya tanpa sengaja membunuh. Di dalam kota ini, mereka memperoleh perlindungan dari hukuman yang tidak seharusnya menimpa mereka, misalnya dari dendam orang-orang yang menjadi korban. Orang Israel diminta untuk memelihara kota ini bahkan membuat jalan ke kota ini menjadi lancar (ayat 2, 3). Di kota ini bukan berarti seorang pelaku kejahatan dapat lepas dari tanggung jawabnya. Maksud Tuhan di sini, paling tidak ia dapat memperoleh perlakuan yang adil, sesuai dengan hukum dan terlepas dari rasa dendam korban kejahatannya.
Renungkan: Biarlah Tuhan memakai kita sebagai sumber keadilan di tengah-tengah dunia yang tidak adil dan ingin menang sendiri.
Pembacaan ULANGAN 20 (hari ke 173)
Tafsiran :
Sebuah peperangan selalu mempunyai tujuan, apakah itu tujuan kemanusiaan, politis atau tujuan-tujuan yang seringkali hanya mewakili golongan tertentu. Perang yang diprakarsai oleh manusia sering terkesan tidak adil. Apakah yang dimaksud dengan perang suci di dalam Alkitab?
Perang suci di dalam Alkitab, khususnya di dalam PL, memiliki tujuan untuk mewujudkan pemerintahan Allah di tengah-tengah dunia melalui bangsa Israel. Memang banyak yang bertanya-tanya, mengapa Allah yang penuh kasih, seolah-olah memerintahkan umat-Nya untuk berperang, yang berarti berlawanan dengan kasih-Nya? Sebetulnya kalau kita melihat PL secara menyeluruh, di dalam sejarah keselamatan yang dirajut dengan indah, kita seharusnya sadar bahwa peperangan itu bertujuan mewujudkan kehadiran, kesucian dan damai Allah di tengah-tengah dunia ini (perhatikan ayat 10-12). Bagi mereka yang melawan bentuk kehadiran Allah, tentunya ada konsekuensi yang harus diemban. Peperangan di dalam Alkitab bertujuan agar Allah dimuliakan di tengah-tengah dunia dan Israel dapat hidup menjadi bangsa pilihan yang memberikan berkat kepada bangsa di sekitar mereka.
Orang Kristen dipanggil juga berperang untuk mewujudkan kebenaran, kasih, keadilan dan damai Allah di dalam dunia ini. Peperangan kita bukan dengan mengangkat senjata, untuk membunuh mereka yang tidak seiman dengan kita. Peperangan Kristen adalah peperangan rohani, melawan pemerintah dan penguasa yang tidak menjalankan keadilan dan kebenaran, penghulu dunia dan roh-roh jahat yang merupakan bagian dari kerajaan Setan (Efesus 6:12). Perang rohani dijalankan dengan kehidupan yang suci dan penuh kasih serta menegakkan keadilan dan kebenaran.
Doa: Tuhan perlengkapi saya dengan perlengkapan perang-Mu agar saya dapat melawan segala kefasikan, ketidakadilan dan ketidakbenaran di dalam kasih Yesus Kristus.
Pembacaan ULANGAN 21 (hari ke 174)
Tafsiran :
TUHAN memerintahkan bangsa Israel tidak membiarkan kejahatan dan pelakunya, meskipun itu adalah keluarga sendiri.
Ayah dan ibu harus menghajar anak laki-lakinya yang degil dan membangkang (Ulangan 21:18). Apabila anak itu tidak mendengarkan dan tetap dalam kedegilannya, maka orangtuanya harus menyerahkannya kepada para tua-tua kota. Mereka harus memberitahukan kedegilan dan pembangkangan yang dilakukan anaknya, termasuk tindakannya sebagai pelahap dan peminum (Ulangan 21:19-20). Berdasarkan laporan dari orangtuanya dan persetujuan dari tua-tua kota, maka anak yang degil dan membangkang itu layak dihukum mati oleh orang sekotanya. Hal ini dilakukan sebagai peringatan untuk menimbulkan rasa takut dari orang-orang lain sehingga mencegah pengulangan tindakan seperti itu (Ulangan 21:21). Demikian juga bagi seorang yang melakukan tindakan kejahatan yang layak dihukum mati. Hukuman mati yang harus diberikan adalah digantung pada sebuah tiang. Tetapi untuk mencegah najisnya tanah tempat ia digantung, orang itu harus dikuburkan pada hari itu juga (Ulangan 21:22-23).
Dalam zaman ini, aturan itu terlihat sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Tetapi Allah menyatakan tujuannya membuat orang lain yang ingin bertindak seperti itu menjadi takut dan tidak melakukannya. Hukum ini lebih sebagai pencegahan timbulnya kejahatan yang berlebihan dari seorang anak dan mencegah pembiaran orangtua. Demikian juga sikap dari seisi kota agar setiap orang tidak sembarangan berbuat jahat, melainkan bertanggungjawab atas tindakan keadilan bagi setiap orang di kotanya. Dalam perintah ini juga terkandung pesan bagi setiap orangtua untuk mendidik anak dalam kebenaran sebelum menjadi degil dan pembangkang.
Jangan biarkan kejahatan sekecil apapun dan cegah sebelum menjadi besar. Tegakkan keadilan dan jangan merasa kasihan terhadap pelaku kejahatan yang tidak menghormati orangtua yang menjadi wakil TUHAN di dunia ini.
Pembacaan ULANGAN 22 (hari ke 175)
Tafsiran :
Manusia paling takut dengan kesendirian dan tidak dipedulikan orang lain. Kita ingin diperhatikan dan dipedulikan orang lain. Kita amat senang disapa dan ditanya kabarnya. Oleh karena itu gereja bukan saja tempat bersekutu dengan Allah tapi juga dengan sesama manusia. Apakah Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus memperhatikan keseharian kita? Sulit dibayangkan Allah sampai perlu campur tangan dengan daftar belanjaan sehari-hari, atau naik turunnya kita dari angkutan kota, atau bahkan saat kita mengerjakan hal-hal yang praktis. Apakah benar Allah peduli kita sampai serinci itu?
Perikop kita pada hari ini mengajarkan bahwa ketika orang Israel masuk ke tanah Perjanjian, Allah bukan saja mengatur bagaimana mereka beribadah dengan Allah dan berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga mereka diperhatikan oleh Allah di dalam rincian terkecil sekalipun.
Salah satu contoh, di ayat 1-4, Allah mengatur apabila ada binatang yang hilang dan harus dikembalikan ke pemilik yang sah. Di ayat 5, 11, dan 12, Allah mengatur cara mereka berpakaian. Allah juga mengatur kepedulian orang Israel terhadap alam (ayat 6-7). Bahkan pendirian rumah mereka juga dipedulikan oleh Allah (ayat 8). Cara mereka bercocok tanam juga menjadi suatu hal yang diatur oleh Allah (ayat 9). Dengan kata lain, Allah peduli dengan segala bagian yang amat rinci. Kepedulian itu menunjukkan bahwa Ia ingin umat-Nya hidup diberkati dalam kebersamaan bukan kesendirian.
Allah peduli kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan kesejahteraan anak-anak-Nya. Kita diperhatikan oleh Allah. Yesus mengatakan di Matius 6:27-32, bahwa Allah memperhatikan kita lebih dari segalanya.
Renungkan: Bersyukurlah kepada Allah yang peduli kepada kita, umat yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus supaya hidup kita diberkati.
Hari ke 176 pembacaan ULANGAN 23
Tafsiran :
"Yesus cinta semua bangsa. Semua bangsa di dunia. Putih, kuning dan hitam semua dicinta Yesus. Yesus cinta semua bangsa di dunia". Anda ingat lagu ini? Lagu ini menyatakan sikap tidak diskriminatif Yesus terhadap semua bangsa. Semua bangsa dicintai Yesus. Umat Tuhan terdiri dari orang-orang dari berbagai suku, bangsa, dan bahasa.
Seperangkat peraturan di perikop ini terlihat asing bahkan diskriminatif bagi kita masa kini, namun dalam konteks saat itu merupakan masalah identitas diri (ayat 1-8). Ayat 1 melarang orang yang dikebiri untuk menjadi bagian dari umat Tuhan, sangat mungkin berhubungan dengan penyembahan berhala (orang mengebirikan diri sebagai bagian dari ibadah kepada dewa-dewa tertentu). Tuhan juga melarang anak haram menjadi bagian umat Tuhan, mungkin karena merupakan hasil perzinahan dengan pelacur bakti (pelacur di kuil) (ayat 2). Lalu, Tuhan melarang keturunan Amon dan Moab untuk menjadi bagian dari umat Tuhan karena kedua bangsa itu adalah bangsa yang secara sengaja memusuhi Israel, dengan demikian secara sengaja pula memusuhi Allah (ayat 3-6)! Sebaliknya, Edom adalah saudara Israel yang harus dirangkul, dan Mesir pun harus dikasihi oleh karena Israel dulu pernah tinggal di sana (ayat 7-8). Sedangkan peraturan-peraturan berikutnya (ayat 9-14) lebih berkaitan dengan kebersihan diri dalam bersekutu dengan umat Tuhan.
Masalah identitas yang dulu mengikat Israel, sekarang dalam terang Perjanjian Baru diperjelas makna rohaninya. Identitas umat Tuhan bukan terletak pada pernah menjadi penyembah berhala, anak haram hasil perzinahan di kuil, anggota dari suatu bangsa yang jahat, atau tidak. Melainkan setiap orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya adalah bagian dari umat Tuhan. Yang diutamakan adalah pengenalan jati diri umat Tuhan. Umat Tuhan adalah umat yang dikuduskan, umat yang menjaga diri dari hal-hal yang najis.
Renungkan: Bukan siapa aku dulu, tetapi siapa aku sekarang yang menentukan apakah aku termasuk umat Tuhan atau tidak.
Pembacaan ULANGAN 24 (hari ke 177)
Tafsiran :
O rang Israel dilarang membuat saudaranya menderita, meskipun itu karena gadaian. Apabila mengambil gadaian, jangan mengambil barang yang menjadi mata pencaharian utama orang tersebut, karena itu sama saja seperti membunuhnya (Ulangan 24:6). Kalaupun datang ke rumahnya harus menunggu orang itu sendiri membawa barang gadaiannya. Jangan masuk apalagi menyita dari rumahnya. Apabila saudaranya itu miskin, hingga menggadaikan pakaian yang dikenakannya, pakaian itu harus dikembalikan sore harinya (Ulangan 24:10-13).
Orang Israel harus terus ingat kondisi mereka dahulu sebagai budak di Mesir (Ulangan 24:18, 22). Mereka berada dalam tekanan bangsa asing. Karena itu mereka tidak boleh menekan sesamanya apalagi menculik dan menjual saudaranya. Kejahatan seperti ini mendatangkan hukuman mati (Ulangan 24:7). Mereka harus berhati-hati dalam sikap dan perkataan terhadap sesamanya, dan mengingat penyakit kusta yang ditimpakan TUHAN atas Miryam (Ulangan 24:8-9). Ingatan sebagai budak juga mewajibkan mereka untuk tidak memeras pekerja harian yang miskin. Mereka harus segera membayar upahnya hari itu juga (Ulangan 24:14-15). Demikian juga mereka dilarang berbuat jahat terhadap orang asing, anak yatim dan janda; bahkan harus meninggalkan hasil ladang atau panennya bagi mereka (Ulangan 24:17, 19-21). Hal yang penting dalam teks ini, tidak seperti aturan sebelumnya bahwa kesalahan ayah ditimpakan kepada keturunannya. Di sini, ayah dan anak harus menanggung akibat dosanya masing-masing (Ulangan 24:16).
Setiap orang percaya diingatkan untuk tidak melupakan masa lalunya, yang menderita bukan hanya dalam hal fisik, tetapi terbelenggu dalam dosa. Kehidupan nyaman yang diperoleh saat ini dalam kasih karunia TUHAN seharusnya menjadi kesempatan untuk menyatakan kasih kepada sesama yang menderita dengan tidak menekan apalagi menyiksa mereka. Mencukupkan diri terhadap apa yang sudah dimiliki dan rela berbagi akan menjadi suatu kesempatan untuk memelihara dan mengangkat kehidupan saudara kita yang berkekurangan.
Pembacaan ULANGAN 25 (hari ke 178)
Tafsiran :
Masyarakat Israel adalah masyarakat yang diatur oleh Hukum Taurat pemberian Allah. Hukum Taurat mengatur perilaku mereka sehari-hari. Salah satu perilaku itu diwujudkan dengan hidup jujur terhadap sesamanya.
Peraturan di ayat 13-16 diberikan guna mengatur transaksi dagang agar dilakukan dengan jujur. Kejujuran dalam transaksi dagang ditekankan pada penggunaan batu timbangan dan efa. Batu timbangan adalah alat untuk mengukur berat. Sedangkan efa adalah alat untuk mengukur volume. Pedagang yang tidak jujur menggunakan batu timbangan yang lebih berat dari seharusnya agar mendapatkan lebih banyak. Misalnya, ia membeli 100 kg beras. Dengan batu timbangan yang beratnya 1.05 kg, ia mendapatkan 105 kg beras. Ketika ia menjual beras itu, ia menggunakan batu timbangan yang lebih ringan (ayat 0,95 kg). Dengan demikian pembeli dirugikan setengah ons setiap kilonya. Demikian pula pedagang yang tidak jujur menggunakan efa yang lebih besar untuk mendapatkan jerami lebih banyak, namun ia menjual jerami itu dengan menggunakan efa yang lebih kecil. Praktik seperti ini mungkin lazim kita temui pada masa kini di pasar.
Tindakan berdagang yang tidak jujur seperti ini dilarang oleh Hukum Taurat dengan dua alasan: Pertama, adalah "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN Allahmu" (ayat 15). Penipuan dalam jangka panjang tidak dapat ditutupi. Bila ketahuan, si penipu akan kehilangan kepercayaan dari pelanggannya dan hidup tidak sejahtera. Masyarakat dan bangsa menjadi rusak bila ketidakjujuran merajalela. Kedua, orang yang berbuat curang adalah kekejian di hadapan Tuhan, oleh karena itu Ia akan menghukum setiap tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh umat-Nya. Tuhan menuntut orang Kristen untuk hidup jujur, bukan hanya jujur dalam perdagangan saja tetapi juga jujur dalam segala tindakan sehari-hari.
Camkanlah: Tuhan tidak senang terhadap ketidakjujuran. Hidup tidak jujur menyebabkan Anda tidak menjadi berkat bagi orang lain.
Pembacaan ULANGAN 26 (hari ke 179)
Tafsiran:
Israel selalu diingatkan akan asal-usulnya, masa perbudakannya hingga mereka memasuki Tanah Perjanjian dan memperoleh hasil yang berlimpah dari tanah itu. Mereka harus menyadari bahwa semua itu hanya anugerah TUHAN. Karena itu, mereka diperintahkan untuk membawa hasil pertama dari tanah yang mereka peroleh kepada TUHAN. Persembahan ini harus dibawa ke tempat yang telah TUHAN pilih dan dibawa kepada imam dalam sebuah bakul dengan bersujud kepada TUHAN. Pada saat itu mereka harus menyatakan pengakuan mereka akan karya TUHAN yang telah mereka alami sejak nenek moyangnya hingga saat ini dan memohon berkat dari pada-Nya (Ulangan 26:1-10, 15).
Dalam kesempatan ini mereka harus mengajak orang Lewi dan orang asing serta semua orang yang ada bersama mereka untuk bersukaria (Ulangan 26:11). Mereka juga harus mempersembahkan persepuluhan dan memberikan bagian dari orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda. Dalam segala situasi, perkabungan atau kenajisan mereka tidak boleh melalaikan persembahan kudus ini (Ulangan 26:12-14). Dengan ketaatan dan kesetiaan pada perintah ini, TUHAN berjanji menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat kesayangan-Nya, mengangkat mereka di antara segala bangsa menjadi terpuji, ternama dan terhormat (Ulangan 26:16-19).
Orang percaya juga telah mengalami karya TUHAN sepanjang kehidupannya. Tanpa pertolongan TUHAN, tidak ada seorang pun yang dapat menjadi umat-Nya dan menikmati berkat-berkat dari kehidupan ini. Oleh karena itu, umat TUHAN dimana dan kapanpun bertanggungjawab membawa persembahan hasil pertama pekerjaannya dan persepuluhan kepada TUHAN. Hal ini harus dilakukan dalam kerendahan hati dan kesadaran penuh akan Allah sebagai sumber semua berkat itu. Dalam kesempatan ini, orang percaya wajib mengikutsertakan, membagikan berkat kepada para pelayan TUHAN, orang asing, anak yatim dan janda. Pengakuan akan karya TUHAN dalam hidup kita harus dirasakan oleh orang-orang lain yang membutuhkan.
Pembacaan ULANGAN 27 (hari ke 180)
Tafsiran:
TUHAN meminta Israel menuliskan hukum-hukum-Nya di atas batu yang mereka ambil dari sungai Yordan yang telah mereka seberangi. Batu ini ditegakkan di atas gunung Ebal dan dikapuri (Ul. 11:29). Sementara batu lain yang tidak dipahat dengan perkakas besi didirikan mezbah untuk persembahan korban kepada TUHAN. Ingatan akan asal batu itu, peristiwa dahsyat yang mereka alami dan tulisan hukum-hukum yang ada di atasnya, yang dituliskan secara jelas dan terang seharusnya memampukan Israel untuk tetap taat terhadap hukum-hukum-Nya (Ulangan 27:1-8). Dengan selesainya penegakan hukum ini, Israel siap menjadi umat TUHAN yang harus mendengar dan melakukan segala perintah TUHAN (Ulangan 27:9-10).
TUHAN menjanjikan berkat atas ketaatan hukum-Nya yang disampaikan dari gunung Gerizim oleh suku Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Yusuf, dan Benyamin. Kutukan akibat ketidaktaatan disampaikan dari gunung Ebal oleh suku Ruben, Gad, Asyer, Zebulon, Dan, serta Naftali (Ulangan 27:11-14). Kedua gunung ini dipisahkan oleh lembah sehingga suara dapat terdengar dari kedua gunung ini. Orang-orang Lewi mengingatkan orang-orang yang disebut terkutuk di Israel: yang membuat patung pahatan atau patung tuangan dan mendirikannya dengan tersembunyi (Ulangan 27:15); yang memandang rendah ibu dan bapanya (Ulangan 27:16); yang menggeser batas tanah sesamanya (Ulangan 27:17); yang membawa seorang buta ke jalan yang sesat (Ulangan 27:18); yang memperkosa hak asing, anak yatim dan janda (Ulangan 27:19); yang tidur dengan perempuan lain yang bukan istrinya maupun dengan binatang apapun (Ulangan 27:20-23); yang membunuh sesamanya dengan tersembunyi (Ulangan 27:24); yang menerima suap untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah (Ulangan 27:25); dan yang tidak menepati perkataan hukum Taurat dengan perbuatan (Ulangan 27:26).
Umat TUHAN tidak punya pilihan lain selain mentaati hukum dan perintah TUHAN. Hanya dengan ketaatan kepada hukum TUHAN, setiap umat dapat memperoleh berkat-Nya. Sedangkan ketidaktaatan hanya akan mendatangkan kutukan, yaitu dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.
Pembacaan ULANGAN 28 (hari ke 181)
Tafsiran:
Pada saat seseorang tidak mau tunduk kepada kedaulatan Allah, ia menghadapi konsekuensi dipaksa tunduk oleh kedaulatan Allah itu sendiri. Allah bisa memakai apapun untuk menunjukkan kedaulatan-Nya.
Apa yang akan dialami bangsa Israel jika mereka menolak kedaulatan Allah atas hidupnya diuraikan mendetail di bagian ini. Allah akan memakai musuh untuk melawan bangsa Israel (ayat 47-57). Mereka yang menolak tunduk kepada Allah akan tunduk kepada bangsa yang dipilih Allah untuk menghukum Israel. Mereka akan merasakan ketidakberdayaan dalam berbagai aspek kehidupan mereka: tidak merdeka (ayat 48-49), dikepung oleh musuh sehingga menimbulkan kelaparan yang menyebabkan perbuatan biadab di antara mereka (ayat 50-57).
Hukuman Allah meniadakan semua yang pernah dijanjikan Allah (ayat 58-68). Menolak kewajiban berarti menolak hak berkat dan sebagai akibatnya segala berkat itu dicabut dari mereka. Dan sebagai puncak konsekuensi mereka dikembalikan kepada perbudakan: seperti dulu mereka di Mesir (ayat 68). Akibat fatal dari ketidaktaatan adalah kembali ke perbudakan seperti sebelum menjadi umat Allah dengan kata lain kembali ke kondisi bukan umat. Sungguh mengerikan jika hukuman Allah menimpa manusia yang keras kepala. Apa yang dijanjikan Allah untuk kebaikan manusia seakan sirna oleh api kemurkaan-Nya. Masa kini pun kita menyaksikan bagaimana banyak manusia dan bangsa mengalami penghukuman Allah yang dahsyat, yaitu diserahkan kepada cengkeraman dosa yang menekan dan melibas hidup tanpa berdaya untuk melepaskan diri.
Tidak ada kelepasan dari hukuman Allah kecuali berpaling lagi kepada Dia untuk bertobat dan mengakui kedaulatan Allah dalam hidup ini. Di dalam Yesus, kita mendapatkan anugerah pengampunan dosa dan diluputkan dari penghukuman.
Renungkan: Hukuman terberat adalah pada waktu Allah menyerahkan kita pada kutuk dosa. Namun, anugerah terbesar adalah pada waktu Kristus memerdekakan kita dari perhambaan dosa.
Pembacaan ULANGAN 29 (hari ke 182)
Tafsiran :
Ikatan perjanjian Allah dengan orang-orang Israel di gunung Horeb tidak dibatalkan oleh Allah (Ulangan 29:1; band. Kel. 24:7-8). Karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan, sebagian besar dari mereka telah dibinasakan Allah di padang gurun selama 40 tahun. Ia memperbarui perjanjian itu dengan generasi baru yang lahir di padang gurun.
Meski generasi baru belum pernah melihat pelbagai tanda dan mukjizat ajaib dari Allah, seperti: Laut Teberau terbelah dua, manna, tiang awan dan api dan sebagainya, bukan berarti mukjizat dan pemeliharaan Allah tidak hadir dalam kehidupan mereka (Ulangan 29:2-4). Musa mengatakan kepada mereka bahwa penyertaan Allah tidak selalu harus spektakuler, tetapi juga dapat terlihat pada hal-hal biasa yang luput dari pengamatan manusia. Contohnya: Pertama, pakaian dan kasut mereka tidak lapuk dan rusak selama 40 tahun di padang gurun (Ulangan 29:5). Kedua, mereka tidak makan roti buatan manusia dan tidak minum anggur, namun mereka dapat mengalahkan raja Hesybon dan Basan serta merebut wilayah mereka untuk dibagikan kepada dua setengah suku Israel (6a-8). Jika bukan perbuatan Allah, mustahil Israel baru ini dapat melakukan hal itu (6b). Untuk itulah, Musa menasihati mereka berlaku setia terhadap ikatan perjanjian-Nya agar masa depan mereka terjamin (Ulangan 29:9).
Musa menyuruh seluruh bangsa Israel berdiri di hadapan Allah untuk mengadakan pembaharuan perjanjian (Ulangan 29:10-12, 14-15). Perjanjian ini sifatnya mengikat sebab Allah menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat-Nya (Ulangan 29:13). Untuk mencegah terulangnya sejarah pemberontakkan kepada Allah, Musa mengingatkan mereka akan dosa penyembahan berhala (Ulangan 29:16-18). Karena ikatan ini tidak dapat dibatalkan, maka ada konsekuensi yang patut ditanggung Israel baru, yaitu Allah akan menghancurkan, meremukkan, dan melenyapkan mereka (Ulangan 29:19-23). Kutukan dan murka Allah atas mereka akan membuat bangsa-bangsa lain mencibir kedegilan hati bangsa Israel (Ulangan 29:24-28). Sebab itu, umat Israel harus menjaga kesetiaan mereka kepada Allah (Ulangan 29:29).
Jangan remehkan anugerah Allah dengan cara tetap hidup dalam kubangan dosa.
Pembacaan ULANGAN 30 (hari ke 183)
Tafsiran :
Berulang kali anak itu mengecewakan ibunya, berulang kali pula ibunya mengampuni. Suatu saat, anak itu bertanya, "Ibu, masih adakah pengampunan bagiku? Apakah aku boleh mencoba lagi taat kepadamu?" Ibunya menjawab dengan berlinang air mata, "Anakku, selama matahari masih terbit, selama itu juga pengampunanku." Puji Tuhan! Kasih setia-Nya jauh melebihi kasih seorang ibu.
Bangsa Israel patut bersyukur memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Walaupun hukuman adalah konsekuensi dosa, namun Tuhan menginginkan bangsa Israel bertobat. Bahkan setelah penghukuman diturunkan, pemulihan disediakan. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka yang bertobat dan memberkati dengan limpah (ayat 3-5,9), Allah bahkan akan mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya (ayat 6) dan menaati firman-Nya (ayat 8). Puji Tuhan, kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.
Namun bangsa Israel harus memilih untuk taat. Bangsa Israel tidak bisa berdalih, bahwa perintah Allah terlalu tinggi untuk diraih dan terlalu jauh untuk dijangkau. Sebab firman-Nya dekat kepada bangsa Israel. Yang penting adalah sikap hati yang mau taat kepada-Nya (ayat 11-14). Sekali lagi Allah memperhadapkan Israel dengan pilihan (ayat 15,19-20) janji berkat untuk ketaatan mereka (ayat 15-16), atau ancaman kutuk untuk kekerasan hati mereka (ayat 17-18).
Sama seperti Israel harus memilih, kita pun diminta untuk memilih. Tuhan menginginkan agar kita memilih taat pada firman-Nya. Kita bisa menikmati segala berkat-Nya dalam Yesus Kristus. Namun kita harus memilih untuk mengasihi Dia, taat kepada firman-Nya, dan melakukan perintah-Nya untuk dapat menikmati berkat itu.
Renungkan: Berkat Tuhan dan kasih setia-Nya tersedia bagi setiap anak-Nya yang memilih untuk taat kepada firman-Nya dan melakukan perintah-Nya. Jangan sia-siakan kasih setia Allah.
Pembacaan ULANGAN 31 (hari ke 184)
Tafsiran :
Sebelum Musa dikumpulkan dengan nenek moyangnya, hal apa yang membuatnya sangat gentar sekaligus geregetan? Generasi Israel yang baru tidak mau belajar dari sejarah pemberontakan nenek-moyang mereka di padang gurun. Kedegilan dan tengar tengkuk bangsanya merupakan kelemahan terbesar mereka. Selama Musa masih hidup, bangsa Israel berulang kali melawan Allah. Berkali-kali Musa minta pengampunan dari Allah (lih. Ul. 32-34). Tidak heran Musa menegur dan memperingati dengan keras generasi Israel agar tidak lupa diri jika hidup mereka menjadi nyaman di Tanah Perjanjian (Ulangan 31:27-29).
Musa sama sekali tidak mengetahui apa yang bakal terjadi dengan bangsa Israel di kemudian hari. Allah yang membuka rahasia itu kepada Musa bahwa orang-orang Israel akan mengikuti jejak nenek moyangnya (Ulangan 31:14-16). Bahkan hukuman yang akan mereka terima disingkapkan Allah kepada Musa, yaitu: Pertama, murka Allah akan menimpa umat-Nya dengan pelbagai malapetaka dan kesusahan (Ulangan 31:17). Kedua, Allah menyembunyikan wajah-Nya kepada bangsa Israel (Ulangan 31:18). Artinya, Allah mencabut pemeliharaan dan penyertaan-Nya atas orang-orang Israel. Mereka tidak hidup dalam anugerah Allah, melainkan hidup dalam kutukan Allah. Sebagai buktinya, Allah memerintah Musa menuliskan sebuah nyanyian yang menceritakan diri bangsa Israel (Ulangan 31:19-22). Lagu ini wajib dinyanyikan oleh semua orang tanpa memandang usia, golongan, latar belakang sosial dan ekonomi (Ulangan 31:22, 30). Tujuannya, untuk mengingat identitas mereka sebagai budak di Mesir dan mawas diri atas kecenderungan mendua hati terhadap Allah. Dengan demikian, nyanyian itu dijadikan sebagai alat bukti dan saksi hidup antara Allah dengan bangsa Israel (Ulangan 31:24-26).
Kenyataan ini harus diterima oleh Yosua. Masa depan bangsa Israel terletak di pundak kepemimpinannya. Untuk itu, Musa menguatkan Yosua agar tidak gentar dan takut (Ulangan 31:23). Sebab Allah Israel akan menyertai kepemimpinan Yosua.
Hidup benar dan jadilah saksi Kristus bagi dunia ini.
Pembacaan ULANGAN 32 (hari ke 185)
Tafsiran :
Allah yang menghukum karena cemburu-Nya, Allah juga yang membela umat kepunyaan-Nya. Namun, Ia menantikan saat-saat umat-Nya sadar akan kesalahan mereka, lalu berpaling dan bertobat. Saat itulah Ia bertindak menyatakan penyelamatan-Nya sekali lagi.
Bagian terakhir nyanyian Musa ini sekali lagi menunjukkan belas kasih dan kasih setia Allah yang tidak pernah memudar dari umat-Nya. Kalau sepertinya Allah membiarkan mereka menderita di dalam dosa, itu bukan karena Ia membenci mereka. Bukan pula karena Ia sudah habis akal dan habis sabar. Semua penderitaan dimaksudkan agar Israel sadar bahwa mereka sudah berdosa kepada-Nya. Allah sengaja membiarkan mereka 'tenggelam' dalam pergumulan kesesakan dosa-dosa mereka, supaya mereka mencari kelepasan. Tatkala mereka menyadari bahwa kelepasan tidak akan mereka temukan pada ilah-ilah yang mereka sembah, barulah mereka berpaling kepada Dia (ayat 36-37).
Saat itulah Ia akan bangkit kembali menebus umat-Nya dari tangan para musuh yang mencengkeram mereka. Dengan keperkasaan Allah menghancurkan lawan-lawan-Nya, supaya umat-Nya dibebaskan, Nama-Nya kembali dipuji bukan hanya oleh Israel, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain yang melihat kebesaran-Nya (ayat 39-43).
Dengan berakhirnya nyanyian itu, tuntas sudah segala nasihat yang harus disampaikan Musa kepada umat Israel. Musa akan segera meninggalkan mereka, karena Tuhan tidak mengizinkan Musa masuk ke tanah perjanjian (ayat 48-52).
Buat umat Tuhan masa kini, nyanyian peringatan Musa ini seharusnya menolong kita untuk mawas diri. Allah setia dan mengasihi kita, tetapi kita tidak boleh mempermainkan kasih setia-Nya. Mempermainkan kasih setia-Nya akan mendatangkan penghukuman Allah bagi kita. Maukah kita dipukul dahulu oleh tangan penghukuman-Nya agar kita bertobat sungguh-sungguh?
Doaku: Tuhan, aku tidak mau bermain-main dengan dosa. Karena aku tahu Engkau membenci dosa. Tolong aku untuk hidup setia kepada-Mu, karena Engkau senantiasa setia dan mengasihiku.
Pembacaan ULANGAN 33 (hari ke 186)
Tafsiran :
Di zaman yang materialistis, manusia mengejar kelimpahan materi karena adanya asumsi bahwa kelimpahan tersebut menentukan kebahagiaan hidup seseorang. Sebaliknya tanpa kecukupan secara materi maka kebahagiaan tidak mungkin diraih. Benarkah kecukupan materi menjadi sumber kebahagiaan yang sejati? Mari kita bersama mencermati apa yang diungkapkan bagian ini mengenai kebahagiaan (ayat 26-29).
Melanjutkan perikop sebelumnya, Musa memberkati suku-suku lainnya (ayat 13-25). Penutup dari berkat-berkat ini ditujukan kepada bangsa Israel keseluruhan (ayat 26-29). Pada bagian penutup ini, Musa menyebut bangsa Israel berbahagia. Ia menjelaskan alasan bangsa Israel berbahagia serta apa arti kebahagiaan itu.
Pertama, Musa abdi Allah itu menyebut mereka dengan sebutan "Yesyurun" yang berarti bangsa yang benar. Dengan demikian bangsa Israel adalah orang-orang yang dibenarkan, bukan hanya benar di hadapan manusia tapi terutama di hadapan Allah.
Kedua, mereka memiliki Allah yang tiada duanya. Allah Israel adalah Allah yang hidup, tidak seperti ilah-ilah yang disembah oleh bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Dia juga Allah yang kehadiran-Nya nyata di tengah-tengah bangsa Israel sebagai penolong dan tempat perlindungan yang abadi terhadap musuh-musuh di sekeliling mereka (ayat 26-27).
Ketiga, yang paling membahagiakan adalah bahwa di atas muka bumi ini tidak ada bangsa seperti bangsa Israel, suatu bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saluran datangnya keselamatan bagi dunia ini (ayat 29).
Dengan demikian kita belajar bahwa kebahagiaan tidak hanya bergantung kepada materi atau hal-hal fisik saja, melainkan pada kehadiran Allah dalam hidup ini. Bagaimanakah Anda memberi arti bagi "kebahagiaan" dalam hidup Anda? Apakah yang menjadi tolok ukur dalam menyebut Anda berbahagia? Berdasarkan uraian di atas dapatkah Anda mengukur kebahagiaan hidup Anda saat ini?
Renungkan: Sudahkah Anda memiliki harta yang terindah dan tidak ternilai yaitu Allah sendiri?
Pembacaan ULANGAN 34 (hari ke 187)
Tafsiran :
Tidak jarang ada orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk menikmati semua hasil jerih payah atau apa yang telah mereka usahakan.
Musa telah berusaha dengan segala kekuatannya untuk memimpin dan membawa Israel keluar dari perbudakan menuju ke tanah perjanjian. Tetapi ketika tujuan itu hampir diraih, ia harus kembali kepada Tuhan. Musa hanya dapat menyaksikan tanah perjanjian itu dari jauh, dari atas gunung Nebo (Ulangan 34:1-3). Tuhan menegaskan bahwa ia hanya diijinkan untuk melihat dengan matanya sendiri, tetapi tidak boleh menyeberang ke sana; akibat ketidaktaatannya (Ulangan 34:4, band. Bil. 20:2-13). Sesudah melihat seluruh perbatasan tanah itu, Musa pun mati pada umur 120 tahun dalam kondisi yang masih kuat dan belum rabun. Kondisi fisik Musa menunjukkan bahwa ia sebenarnya masih sanggup untuk memimpin Israel merebut dan menduduki tanah perjanjian, tetapi TUHAN tidak mengijinkannya (Ulangan 34:7). Ia dikuburkan oleh TUHAN sendiri di suatu lembah di Moab. Tempat itu hanya TUHAN yg tahu (Ulangan 34:5-6). Orang Israel berkabung selama 30 hari atas kematian Musa (Ulangan 34:8). Musa adalah satu-satunya orang yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka. Hanya melalui Musa TUHAN menyatakan kuasa dengan mukjizat-mukjizat-Nya yang sangat besar atas orang Mesir dan atas umat-Nya (Ulangan 34:10-12).
Musa mati, tidak bisa ke Kanaan, apalagi mengantarkan umat. Tetapi TUHAN telah memerintahkan Musa mempersiapkan Yosua untuk memimpin Israel memasuki Kanaan (Ulangan 34:9). Musa tidak marah kepada TUHAN. Dia tidak merasa usahanya sia-sia atau protes karena tidak menikmati hasil jerih payahnya.
Terkadang TUHAN memanggil seseorang hanya untuk membuka pelayanan, tetapi tidak dapat melihat atau menikmati hasilnya. Pelayanan itu milik TUHAN dan seturut kehendak-Nya. Hanya taati perintah-Nya dalam ketaatan agar dapat melakukan pelayanan dengan setia hingga akhir kehidupan kita. Kesulitan dalam pelayanan memang tanggungjawab kita, tetapi TUHAN yang berotoritas menyelesaikannya. [JL]
Belajar Ulangan 1
"Israel sebagai suatu peringatan"
Di dalam 1 Korintus 10:11 (TB) Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
Jangan lupa !, Itu pesan Musa sampaikan kepada generasi baru itu. Kegagalan para pendahulu mereka jangan dilupakan supaya kesalahan yang sama tidak terjadi di masa mendatang. Hukum dan aturan Tuhan harus selalu diingat agar mereka tahu mana jalan yang harus ditempuh ketika menjalani kehidupan di tanah perjanjian. Kepada kita punya pesan yang sama. Namun, bukan hanya kitab Ulangan saja, tapi seluruh Alkitab itu harus selalu kita baca. Mengapa ? Agar kita jangan sampai lupa akan aturan Tuhan, juga supaya kita bisa mendapat kekuatan dan jawaban saat kita menghadapi rintangan dan godaan.
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 2
"Tuhan Membantu Bangsa Lain"
Ulangan 2:5 (TB) janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberikan kepadamu setapak kaki dari negeri mereka, karena kepada Esau telah Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya.
Hari ini, kita membaca pernyataan Tuhan bahwa Ia sudah menyerahkan wilayah yang sebelumnya dihuni bangsa Ar, Hori, Awi, dkl, kepada bangsa-bangsa seperti Esau, bani Lot, bani Amon dll. Nah, bagaimana cara Ia menyerahkan mereka, kita tidak tahu. Alkitab tidak mencatatnya. Namun dari sini kita bisa melihat bahwa Allah pun memperhatikan mereka, bahkan membantu dan membela mereka juga dengan cara yang ajaib. Adalah sangat keliru jika kita berfikir di zaman Alkitab, Tuhan hanya peduli pada umat Israel saja. Israel memang umat pilihan-Nya, tapi Ia tetap menjaga dan memperhatikan mereka yang di luar Israel.
Firman Tuhan berkata, Tuhan menertibkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar (Mat. 5:45) ?. Kasih Tuhan bahkan tidak kurang untuk seperti Niniwe yang begitu jahat (Yun 3:4)
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 3
"Tuhan Kejam pada Musa ?"
Ulangan 3:26 (TB) Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku.
Dalam bacaan hari ini kita bisa merasakan nada kesedihan penulisnya, yaitu Musa. Di sini, Musa mengingat kembali bagaimana ia harus menerima kenyataan pahit, yaitu tak diizinkan masuk ke tanah Kanaan yang ia impikan puluhan tahun, tanah yang ia janjikan kepada umat Israel sejak di Mesir. Tinggal sedikit Musa akan masuk ke Kanaan, tapi akibat emosinya karena sikap orang Israel, ia bertindak tak sesuai perintah Tuhan. Musa pun dihukum tidak boleh masuk tanah Kanaan.
Yang tak kalah penting adalah bahwa peristiwa Musa dilarang masuk tanah Kanaan juga menunjukkan hakekat seorang pemimpin. Ya, pemimpin dituntut menjadi teladan. Ketika Musa tak memberikan teladan dalam ketaatan, ia gagal. Hal ini juga menunjukkan bahwa keberhasilan bangsa Israel yang lain (notabene hatinya tidak selembut Musa, bahkan dosanya lebih besar dari Musa) masuk tanah Kanaan adalah semata anugerah Tuhan saja. Pada akhirnya, Tuhan tidak kejam, tapi Ia adalah Allah yang konsisten dan punya cara sendiri untuk menyatakan kasih -Nya.
Tuhan punya begitu banyak cara untuk menunjukkan kasih-Nya.
Selamat berkarya dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 4
"Tuhan dan Kita"
Ulangan 4:40 (TB) Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya."
Sesudah berkali-kali Musa mengingatkan hal ini. Karakter bangsa Israel yang keras kepala dan begitu mudah melupakan Tuhan, khususnya saat sedang dalam keadaan nyaman, adalah alasannya.
Seperti halnya ikrar perkawinan, perjanjian antara Allah dengan umat-Nya juga sangat penting dan harus dijaga agar jangan sampai dikhianati. Bagi Tuhan, kekudusan kita sebagai umat-Nya untuk tidak menyembah ilah lain adalah sangat penting (ay.23-29), karena Tuhan adalah Allah yang pencemburu. Namun, di sisi lain, Tuhan juga penuh kasih sayang, yang tidak akan meninggalkan umat-Nya (ay.30-31).
Firman Tuhan yang kita baca hari ini hendaknya juga bisa kita renungkan sebagai peringatan bagi kita. Inilah hidup yang Tuhan mau kita lakukan sebagai umat-Nya. Dengan mentaati perintah-Nya dan setia pada Tuhan, maka janji Tuhan adalah akan baik keadaan kita dan anak-anak kita, dan supaya lanjut umur kita di kehidupan yang diberikan Tuhan (ay.40).
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 5
"Sabat Setiap Hari"
Ulangan 5:12 (TB) Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
Mengapa perintah mengenai hari Sabat begitu detail ? Karena Allah serius dan benar-benar bangsa Israel, umat pilihan-Nya, memiliki waktu khusus dengan-Nya.
Kedatangan Yesus Kristus ke dunia membawa paradigma yang baru mengenai hari Sabat. Hari Sabat bukan cuma berbicara soal boleh atau tidak boleh, justru dikaitkan soal hati dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan. Di zaman modern seperti sekarang ini, hari Minggu kerap dianggap sebagai hari Sabat, yaitu hari dimana kita datang dan beribadah kepada Tuhan. Jika kita belajar dari Tuhan Yesus, Sabat justru bukanlah penyakralan hari tertentu. Sabat bukanlah mengagungkan satu hari lebih dari hari yang lain. Setiap hari seharusnya menjadi "sabat" bagi kita, yaitu menjadikan hari itu untuk memuliakan Tuhan. Ya, Sabat bukan soal hari tapi soal apakah kita memuliakan Tuhan dalam hidup kita.
Selamat pagi, selamat berkarya dan tetap semangat serta jaga kesehatan jasmani dan rohani kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 6
"Allah Cemburu"
Ulangan 6:15 (TB) sebab TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengah-tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Allahmu, terhadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi.
Kecemburuan Allah dalam perikop yang kita baca hari ini layaknya kecemburuan yang dimiliki seorang istri atau suami yang melihat pasangannya memiliki wanita atau lelaki lain. Jelas, cemburu yang seperti ini sangat beralasan bukan? Justru kasih seseorang harusnya dipertanyakan saat ia tidak berespons saat melihat pasangannya memiliki hubungan khusus dengan pihak lain. Ketika Tuhan menyatakan Diri-Nya sebagai Allah yang cemburu, hal itu justru menyatakan bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Tuhan tidak pernah rela melihat umat-Nya terlibat penyembahan berhala, sebab itu akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan sendiri.
Kecemburuan Tuhan justru menyatakan kasih Tuhan dalam hidup kita.
Selamat pagi, selamat berkarya dan berjuang serta tetap semangat dalam Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 7
"Merobohkan Berhala"
Ulangan 7:5 (TB) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.
Untuk bisa masuk ke Tanah Perjanjian dan menerima semua janji Allah, kita harus melepas dan memutuskan hal-hal yang tidak berkenan dengan Tuhan. Melalui renungan hari ini, marilah kita introspeksi diri, adakah mezbah asing, tugu berhala, tiang berhala, dan patung-patung yang selama ini kita sembah? Jika kita ingin hidup dalam perkenanan-Nya, kita harus berani menyingkirkan semua berhala dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Tuhan dalam hidup kita. Berhala modern bisa berwujud macam-macam, bisa berupa uang, kekayaan, pekerjaan, popularitas, kedudukan, hobi, bahkan pelayanan pun bisa jadi berhala. Pastikan Tuhan menjadi Satu-satunya Tuhan dalam kehidupan kita.
Selamat pagi, selamat berkarya jadikan Allah sumber hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 8
"Reframing Padang Gurun"
Ulangan 8:4 (TB) Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.
Jika kita melihat masa padang gurun sebagai penderitaan, kita pun akan menggerutu dan mengeluhkan beratnya hidup. Jika kita melihat masa padang gurun sebagai cara Tuhan menyatakan pemeliharaan dan mukjizat-Nya, maka kita pun akan melihat mukjizat setiap hari.
Lebih dari itu, kita akan menjalani padang gurun dengan penuh sukacita, bukan persungutan. Masa padang gurun memang membawa kita kepada berbagai-bagai penderitaan, namun kita bisa membingkainya (reframing) dengan cara pandang Tuhan sehingga kita bisa memaknai masa padang gurun secara positif. Ingatlah mujizat Tuhan paling banyak terjadi justru ketika bangsa Israel ada di padang gurun, bukan setelah masuk Kanaan !
Selamat pagi, selamat menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 9
"Bangsa Musa, Adakah ?"
Ulangan 9:14 (TB) Biarkanlah Aku, maka Aku akan memunahkan mereka dan menghapuskan nama mereka dari kolong langit; tetapi dari padamu akan Kubuat suatu bangsa yang lebih berkuasa dan lebih banyak dari pada bangsa ini.
Tuhan sudah menyatakan pertolongan, pemeliharaan, mukjizat, dan kasih setia-Nya di depan bangsa Israel, Sayangnya, mereka tidak mensyukuri hal itu, sebaliknya mereka justru bermain-main dengan illah asing, yaitu membuat anak lembu emas untuk mereka sembah. Itu menimbulkan murka Tuhan, sehingga Tuhan pun untuk berencana dan menghapuskan bangsa Israel dari kolong langit. Sebagai gantinya, Tuhan akan membuat Musa sebagai bangsa yang lebih besar, lebih banyak, dan lebih berkuasa dari pada bangsa Israel.
Bukankah itu tawaran yang sangat menarik? Bukankah bangsa yang tegar tengkuk ini memang pantas dihapuskan dari kolong langit ? Bagaimana jika kita jadi Musa ? Kemungkinan besar kita akan akan mengiyakan rencana Tuhan itu ! Namun Musa tidak melakukan itu, sebaliknya justru memohon ampun atas bangsa Israel ? Peristiwa seperti ini kembali terulang di Tibera, di Masa, di Kibrot-Tawa dan Kadesy-Barnea (ay. 22-23). Berulang kali juga Musa minta Tuhan mengampuni bangsa Israel. Bahkan, Musa mempertaruhkan hidupnya demi memintakan pengampunan bagi bangsa yang tegar tengkuk itu ! "Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskan kiranya namaku dari dalam kitab yang Kautulis" (Kel.32:32). Bukankah ini sebuah teladan hidup yang luar biasa? Di zaman egosentris seperti ini, orang berlomba-lomba untuk mengambil keuntungan sendiri.
Jangan sampai virus ini juga menjangkiti orang percaya. Sebagai mana Musa memilih untuk melepaskan haknya melahirkan sebuah bangsa, demikian juga marilah kita bersedia melepaskan hak kita demi tujuan yang lebih mulia.
Selamat pagi & selamat mempersiapkan ibadah hari Minggu dengan keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 10
"Bangsa Yang Besar"
Ulangan 10:22 (TB) Dengan tujuh puluh orang nenek moyangmu pergi ke Mesir, tetapi sekarang ini TUHAN, Allahmu, telah membuat engkau banyak seperti bintang-bintang di langit."
Jika kita menengok sejarah bangsa Israel, sesungguhnya umat pilihan Allah itu memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang mencengangkan. Leluhur mereka yang hanya tujuh puluh orang itu diam di negeri Mesir sebagai orang asing, yang tentu saja mengalami berbagai macam penindasan & tekanan. Ketika bangkit Firaun yang tidak mengenal Yusuf, umat Israel ditindas dan hendak dihambat perkembangannya. Namun Tuhan bisa pakai kedua bidan Mesir untuk menyelamatkan umat Israel (Kej. 1). Ketika umat Israel meninggalkan Mesir dan dikejar-kejar tentara Firaun, saat itulah umat Israel akan punah dari kolong langit. Namun sekali lagi Tuhan membuat mukjizat dan menyelamatkan umat-Nya dengan membelah Laut Merah (Kej.14).
Ancaman memuntahkan bangsa Israel tidak hanya terjadi saat itu saja. Beberapa ratus tahun kemudian, bangsa Israel hampir saja punah oleh muslihat Hamam, namun melalui Ester, bangsa Israel terselamatkan (Est. 3). Di abad 20, upaya dipemunahan orang-orang Yahudi dilakukan oleh Adolf Hitler dengan tentara Nazinya.
Apa yang membuat Israel menjadi bangsa yang besar ? Apa karena pada dasarnya orang Yahudi itu jenius, hebat, dan punya keahlian di atas rata-rata seperti anggapan pada umumnya? Sebenarnya tidak! Israel bisa menjadi bangsa yang besar karena Allah terikat dengan sumpah-Nya kepada Abraham, bapa leluhur Israel. Karena hati Tuhan terpikat dengan Abraham, maka Tuhan mengasihi Israel sebagai keturunannya (ay.15). Bukankah ini kebenaran yang indah? Ketika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati (ay.12), sesungguhnya kita tidak akan pernah kehilangan sesuatu yang baik dari pada-Nya.
Percayalah !!, Berkat kepada orang benar akan terus diturunkan dari generasi ke generasi
Selamat memasuki Pekan Suci : Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung & Pesta Paskah, selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 11
"Kanaan vs Mesir"
Ulangan 11:10 (TB) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
Pesona Mesir tidak bisa hilang begitu saja dalam memori orang-orang Israel. Terbukti, setiap kali mereka menghadapi kesulitan, mereka langsung membayangkan seandainya saja mereka masih tinggal di Mesir. Ini terjadi ketika bangsa Israel masih di Pi-Hahirot, sebelum menyebrangi Laut Merah (Kel. 14), pada saat mereka menyebrangi padang gurun Sin (Kel.18), pada saat mereka tidak mendapatkan air di Masa dan Meriba ( Kel. 17). Bahkan, ketika mereka hendak masuk ke tanah Kanaan yang penuh dengan susu madu itu, mereka masih saja membandingkan keadaannya dengan Mesir ( Bil. 14:2 )
Sebenarnya ini sangat aneh. Jika negeri Kanaan itu lebih buruk dari Mesir, sangat wajar kalau mereka bersungut-sungut.
Namun bukankah Tuhan sendiri menyatakan bahwa Kanaan bukanlah negeri seperti Mesir ? Lalu, mengapa mereka tetap memilih Mesir daripada Kanaan yang ekstra subur ini ?
Alasannya sederhana: karena mereka tidak bersedia menderita dan bayar harga! Mereka tidak tahan terhadap penderitaan di padang gurun. Mereka tidak mau menghadapi penduduk asli Kanaan yang notabene keturunan raksasa! Jangan sampai kita memiliki sikap seperti bangsa Israel ini. Ketika kita diizinkan Tuhan melewati padang gurun kehidupan ataupun menghadapi raksasa masalah, jalani proses itu dengan ucapan syukur sebab kita tahu bahwa "berkat Kanaan" sudah menanti di depan kita. Penderitaan yang kita alami saat ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita semua.
Selamat berjuang dalam setiap pergumulan kita masing-masing sebab berkat Kanaan sudah menanti kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 12
"Jerat Illah Asing"
Ulangan 12:30 (TB) maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Aku pun mau berlaku begitu.
Jika kita membaca ayat yang ke 29-30, terlihat begitu rentannya bangsa Israel untuk terlibat dalam penyembahan berhala. Coba kita renungkan. Tuhan sudah melenyapkan dan memusnahkan penduduk Kanaan, tapi justru ingin menyembah Allah mereka dan beribadah seperti mereka (ay.30). Bukankah dewa-dewa orang Kanaan tidak bisa menolong dan menyelamatkan orang-orang Kanaan dari kekalahan ? Pernahkah kita melihat orang yang menang sujud menyembah kepada orang yang kalah ? Inilah yang dilakukan bangsa Israel. Mereka tidak beribadah kepada Allah yang memberikan kemenangan, tapi mereka beribadah kepada berhala-berhala Kanaan yang telah dikalahkan.
Hal yang sama bisa terjadi dalam hidup kita. Bukankah kita berulang-ulang kali menyaksikan pertolongan Tuhan, mukjizat Tuhan, dan kemenangan demi kemenangan yang Tuhan berikan kepada kita ? Jangan sampai kita berpaling dari Tuhan dan menyembah kepada ilah-ilah tersebut. Langkah yang paling bijak adalah dengan menghancurkan dan memusnahkan semua ilah-ilah dunia itu, sehingga kita tidak sampai terpikat olehnya.
Selamat hari Minggu & beribadah, tetap semangat, selalu sehat. Jadikanlah Allah sebagai sumber dalam setiap kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 13
"Nabi Palsu"
Ulangan 13:2 (TB) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
Hati-hati dengan mukjizat !, mukjizat yang menyertai pelayanan seorang nabi tidak bisa dijadikan ukuran mutlak bahwa nabi tersebut melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Lebih penting melihat buahnya, daripada melihat mukjizat-mukjizatnya yang dilakukannya. Tapi ini sulit dilakukan. Manusia kerap silau dan dibutakan dengan mukjizat yang menyertai pelayanan seorang hamba Tuhan. Daripada melihat seperti apa karakter hamba Tuhan itu, kita kerap terpesona dengan berbagai macam tanda-tanda ajaib yang dilakukannya. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk mewaspadai pengajaran yang sesat. Yesus menekankan bahwa dari buahnya - bukan dari mukjizat-mukjizatnya yang dilakukannya - kita bisa mengenal seperti apa sesungguhnya hamba Tuhan itu (Mat.5:15-23).
Waspada dan berjaga-jagalah terhadap nabi palsu ini, sebab ia akan menyamar seperti domba tapi sesungguhnya ia adalah serigala yang buas (Mat. 5:15). Bagaimana supaya kita tidak mudah disesatkan ? Jangan silau dengan mukjizat dan milikilah pengenalan semakin dalam tentang Firman Tuhan.
Selamat malam, selamat istirahat dan terus membangun relasi yang lebih intim melalui doa, pembacaan Firman Tuhan secara teratur dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 14
"Dianjurkan Untuk Mabuk ?"
Ulangan 14:26 (TB) dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apa pun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.
Kita akan menjumpai ayat-ayat yang tampaknya kontradiktif dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab dalam Ulangan pasal 14. Bukankah anggur yang memabukkan membuat Nuh tidur dalam keadaan telanjang (Kej. 9). Bukankah anggur yang memabukkan membuat Lot tidur dengan kedua anaknya perempuan ? ( Kej. 19). Bukankah firman Tuhan dalam Amsal 20:1 mengatakan, " Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidak bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya". Bagaimana mungkin Tuhan justru mengizinkan umat-Nya membelanjakan uangnya untuk anggur atau minuman yang memabukkan dan apapun diinginkan hatinya (ay.26) ?.
Jika kita mempelajari konteksnya, maka kita tahu bahwa bukan seperti itu yang dimaksudkan Tuhan. Konteks ayat-ayat itu adalah bagaimana umat Tuhan membelanjakan uangnya pada hari-hari raya. Pertanyaan hari-hari raya harusnya dilakukan dengan sukacita, dan salah satu perlambang atau pelengkap sukacita itu adalah anggur. Mengapa ayat 26 bukanlah ajakan Tuhan untuk pesta pora dalam kemasukkan ? Ada dua alasan penting yang perlu kita ketahui.
▪︎Pertama, setiap bentuk perayaan yang ditetapkan Tuhan bertujuan agar umat Israel belajar untuk selalu takut akan Tuhan (ay 23).
▪︎Kedua, orang-orang Lewi sebagai imam pasti dilibatkan dalam hari-hari raya itu (ay.27). Dalam Imamat 10:9 dikatakan bahwa orang Lewi tidak boleh minum anggur saat bertugas. Jelas tidak mungkin dalam perayaan diisi dengan pesta pora yang memabukkan. Jika tidak mungkin dalam perayaan diisi dengan pesta pora yang memabukkan. Jika demikian, apa maksud dari ketetapan Tuhan dalam Ulangan 14 ini ? Setiap peringatan hari raya hendaknya dilakukan dengan penuh sukacita.
Selamat hari Senin, berkarya dan berjuang serta tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 15
"Blessed to Bless"
Ulangan 15:11 (TB) Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu."
Tuhan begitu murah hati terhadap umat-Nya. Dalam Ulangan 15 ini, Musa berkali-kali menyebutkan tentang berkat Tuhan. Dalam ayat 4, 6,10,14,18, dinyatakan bahwa Tuhan akan memberkati segala sesuatu yang dikerjakan umat-Nya sehingga umat-Nya menjadi berkelimpahan. Namun dalam Ulangan 15 ini juga berkali-kali Tuhan memerintahkan umat Israel untuk peduli dan bermurah hati kepada sesama, khususnya mereka yang membutuhkan pertolongan. Pokok dari Ulangan 15 ini diberkati untuk memberkati! atau biarlah kita juga bisa menjadi saluran berkat bagi sesama
Tuhan sudah sangat murah hati kepada kita, sudah sepatutnya kita juga bermurah hati kepada sesama. Jangan sampai kita menjadi orang yang menutup mata terhadap penderitaan sesama. Jangan sampai kita menegarkan hati dan menggenggam tangan erat-erat terhadap orang miskin (ay.7). Lebih parah lagi, tak sedikit umat Tuhan yang memiliki pikiran dursila, yaitu menimbang-nimbang untung ruginya mengulurkan tangan kepada sesama yang membutuhkan pertolongan (ay.9). Blessed to bless ! Bukankah ini sebuah prinsip kehidupan yang indah ? Sesungguhnya setiap sen dari berkat yang kita miliki adalah sebuah tanggung jawab. Kita bertanggung jawab menjadikan setiap sen itu berkat bagi diri kita dan sesama.
Kita diberkati dengan berlimpah supaya kita membuka tangan lebar-lebar bagi sesama.
Selamat malam & istirahat bersama keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Ami
Belajar Ulangan 16
"Matinya Keadilan"
Ulangan 16:19 (TB) Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar.
Tidak semua hakim mengawali tugasnya dengan niat untuk mengemukkan diri sendiri. Ada banyak petugas keadilan yang mengawali tugasnya dengan niat hati yang benar. Mereka memiliki idealisme yang tinggi, yaitu menjunjung kebenaran dan menegakkan keadilan. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa mereka tidak bisa berubah? Uang bisa mengubah karakter seseorang ! Uang bisa membunuh idealisme petugas keadilan. Benarlah kata Firman Tuhan, uang bisa membutakan orang bijak, uang bisa membuat orang benar memutarbalikkan fakta ! Nasihat ini ditujukan kepada kita semua agar bisa jaga hati dari kecintaan akan uang. Jika kita sudah cinta uang, maka kita akan kehilangan karakter Kristus. Jika cinta uang sudah menguasai, semua bisa diperjualbelikan, termasuk karakter dan keadilan.
Selamat pagi, selamat berkarya & bekerja kembali. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Bilangan 17
"Raja Yang Ditolak"
Ulangan 17:14 (TB) "Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku,
Ketetapan hukum yang Tuhan buat soal hukum tentang raja ini justru menyadarkan kita tentang betapa kasih Tuhan terhadap umat Israel. Saul diangkat sebagai raja, Tuhan dilengserkan. Tentang ini, Tuhan sendiri berkata,"......sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku yang menjadi raja atas mereka." ( 1 Sam.8:7). Meski umat Israel menolak Tuhan sebagai raja atas mereka, Tuhan memberikan ketetapan tentang raja. Untuk apa Tuhan membuat hukum tentang raja itu? Agar raja tidak memerintah secara semena-mena sehingga rakyat tidak menderita oleh karena raja tersebut.
Tuhan sudah ditolak, tapi Tuhan tetap memikirkan apa yang baik bagi umat yang telah menolak-Nya ! Itulah kasih Tuhan. Bukankah kita mengalami kasih Tuhan seperti itu ? Di saat kita tidak setia, Tuhan tetap menyatakan kesetiaan-Nya. Namun demikian, hendaknya kita tidak menyalahgunakan kebaikan dan kesetiaan Tuhan itu untuk hidup menjauh dari kehendak-Nya.
Selamat pagi, selamat menjalankan ibadah Kamis Putih, berjuanglah terus dalam iman & bersyukur kepada Tuhan krn kita telah diselamatkan Oleh-Nya melalui sengsara-Nya di kayu salib. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 18
"Berkat Terbaik"
Ulangan 18:2 (TB) Janganlah ia mempunyai milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya; TUHANlah milik pusakanya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya.
Secara kasat mata, kaum Lewi memang tidak dapat bagian milik pusaka, namun apakah itu membuat suku Lewi menjadi miskin? Tidak, suku Lewi justru menjadi suku yang diberkati Tuhan, sebab suku-suku yang lain dengan penuh kesadaran memberikan berbagai macam persembahan bagi suku Lewi (ay. 3-4).
Banyak orang mengukur berkat itu dengan sesuatu yang bersifat materi dan kasat mata. Kita orang percaya harusnya melihat berkat dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu Sumber Berkat jelas lebih penting daripada berkat. Berkat bisa habis, tapi jika kita mendapatkan Sumber Berkat, maka berkat-berkat itu akan selalu mengalir tanpa ada habisnya.
Meski suku Lewi tidak dapat bagian pusaka, tapi mereka mendapat bagian yang terbaik, yaitu Tuhan sendiri.
Selamat malam selamat menikmati libur akhir pekan, jangan lupa bersyukur dalam doa serta berelasi lebih intim dengan Tuhan di Sabtu sunyi ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 19
"Mata Ganti Mata"
Ulangan 19:21 (TB) Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki."
Prinsip "mata ganti mata, gigi ganti gigi" kerap disalahtafsirkan. Seolah-olah setiap orang diperbolehkan membalas dendam jika ia merasa dilukai atau dirugikan.
Konteks ayat tersebut jelas dalam pengadilan, bukan dalam urusan pribadi. Maksudnya, ketika hakim mengadili perkara umat Tuhan maka pengadilan haruslah memberikan hukuman yang setimpal dengan kesalahan orang yang diadili. Jadi, tidak boleh seseorang main hakim sendiri dan melakukan balas dendam karena merasa Tuhan memberikan ketetapan bahwa mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Dalam Imamat 19:18 jelas dikatakan, " Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihlah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Akulah Tuhan."
Dalam Keluaran 21:22 dijelaskan bahwa jika seseorang telah dirugikan orang lain, maka hakim bisa memberikan keputusan untuk menjatuhkan denda berupa uang sebanyak kerugian yang telah ditimbulkan. Inilah sebenarnya maksud dari prinsip mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Dengan penjelasan seperti ini, masihkah kita berfikir bahwa Tuhan memberikan ketetapan yang kejam dan barbar ?
Selamat malam dan istirahat, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 20
"Mengapa Perang ?"
Ulangan 20:10 (TB) Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya.
Apakah kekerasan merupakan satu-satunya cara untuk merebut tanah perjanjian itu ? Tidak. Bangsa Israel memberikan tawaran perdamaian lebih dahulu kepada kota itu. Jika mereka menolak perdamaian itu, barulah bangsa Israel memeranginya (ay. 10-11). Apakah memang harus membunuh dan menumpas semua penduduk asli orang Kanaan ? Ya. Tujuannya bukan untuk memuaskan nafsu kekerasan pasukan Israel, tapi untuk melindungi umat Israel dari pengaruh-pengaruh buruk orang-orang Kanaan itu soal penyembahan kepada allah-allah asing.
Jika kita melihat latar belakang peradaban yang lazim terjadi pada masa itu dan jika kita melihat tujuan di balik perintah Tuhan untuk berperang, justru nyata bahwa Tuhan selalu ingin menyatakan kasih dan perlindungan kepada umat yang dikasih -Nya. Jangan lihat perang sebagai isu soal kekerasan, tapi lihat juga mengapa Tuhan mengizinkan itu terjadi.
Selamat menikmati relasi dengan Allah dalam kehidupan kita hari ini. Tetap semangat dan tersenyum. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar Ulangan 21
"Tuhan Itu Kasih"
Ulangan 21:14 (TB) Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya, maka haruslah engkau membiarkan dia pergi sesuka hatinya; tidak boleh sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia."
Sebenarnya bangsa Israel dilarang untuk mengawini perempuan-perempuan asing, supaya mereka tidak berpaling dari Tuhan dan terseret kepada dewa-dewa asing (Ul.7:3-4).
Di tengah kelaziman yang terjadi pada zaman itu, sungguh sangat kontras melihat Tuhan memberikan ketetapan kepada bangsa Israel soal bagaimana mereka harus memperlakukan tawanan perempuan yang akan mereka jadikan istri. Bukannya membiarkan atau mengizinkan umat Israel memperlakukan perempuan asing itu semau-maunya, Tuhan justru memberikan perintah untuk memperlakukan perempuan-perempuan itu secara terhormat.
Belajar Ulangan 22
"Kekudusan Hidup"
Ulangan 22:15 (TB) maka haruslah ayah dan ibu gadis itu memperlihatkan tanda-tanda keperawanan gadis itu kepada para tua-tua kota di pintu gerbang
Seperti di dalam 1 Petrus 1:16 (TB) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Sesungguhnya keadaan moralitas pada zaman Alkitab ditulis tidak jauh lebih baik dibandingkan dengan zaman sekarang. Sodom dan Gomora dengan jelas menunjukkan hal itu. Demi membentengi umat Tuhan dari kebiasaan bangsa-bangsa asing soal dosa seksualitas, maka Tuhan memberi ketetapan bahwa orang harus benar-benar menjaga kekudusan di hadapan Tuhan dengan menjaga keperawanan dan keperjakaannya. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa perkawinan itu kudus di hadapan Tuhan. Di zaman sekarang mereka yang tidak menjaga kekudusan tentu tidak akan dirajam sampai mati. Namun bukan berarti Tuhan kompromi dan memberikan toleransi kepada percabulan atau perzinahan itu. Mereka yang tidak hidup kudus barangkali tetap hidup, namun hidupnya pasti di luar berkat Tuhan.
Bagi anak muda Kristiani, kita harus hidup kudus di tengah-tengah angkatan yang bengkok ini. Bagi orang tua Kristiani, kita punya tanggung jawab untuk membantu dan menjaga anak-anak kita untuk hidup dalam kekudusan (ay.15).
Bukan hal yang mudah untuk kehidupan tetap bersih, namun dengan pertolongan Tuhan kita pasti dimampukan untuk hidup kudus di hadapan-Nya.
Selamat malam & istirahat. Mohon bimbingan-Nya agar kita bisa menjaga kekudusan hidup kita di hadapan-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 23
"Tabur Tuai"
Ulangan 23:3 (TB) Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluh pun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya,
Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Prinsip ini terlihat jelas dari ketetapan Tuhan tentang bagaimana Israel harus memperlakukan orang Amon, orang Moab, orang Edom maupun orang Mesir. Orang Amon tidak diizinkan masuk ke jemaah TUHAN karena nenek moyang mereka tidak mau memberikan roti dan air pada saat bangsa Israel berada di padang gurun. Orang Moab juga dilarang masuk jemaah TUHAN karena nenek moyang mereka telah mengupah nabi Bileam mengutuki bangsa Israel.
Amin dan Moab adalah bangsa asing yang jahat di mata Tuhan. Namun jika kita berbicara soal kejahatan, Edom dan Mesir juga tidak kalah jahatnya. Namun demikian, mengapa Tuhan seolah-olah memberikan pengecualian bagi Edom dan Mesir ? Lagi-lagi karena hukum tabur tuai ! Bagaimanapun juga Edom adalah saudara Israel. Bagaimanapun juga Mesir pernah menampung mereka di Gosyen dalam waktu yang lama.
Prinsip tabur tuai ini terus berlaku hingga saat ini. Jika kita menabur kebaikan, bukan hanya kita saja yang menuainya, tapi anak cucu kita dan keturunan kita pun akan menikmatinya juga. Sebaliknya, jika kita melakukan hal yang jahat di mata Tuhan, maka bukan kita saja yang harus menanggung akibatnya. Anak cucu dan keturunan kita pun akan menanggung akibatnya. Tidak perlu mempertanyakan keadilan hukum tabur tuai ini, sebab hukum tabur tuai ini seharusnya mendorong kita semua untuk melakukan apa yang baik, yang benar dan yang berkenaan di hadapan Tuhan.
Sudahkah kita menabur benih yang baik dalam hidup kita ?
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati
Belajar Ulangan 24
"Berbagi Berkat"
Ulangan 24:19 (TB) Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda — supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu.
Tuhan jelas memperhatikan penderitaan orang miskin, anak yatim dan janda. Hal ini tampak sekali dari ketetapan tentang mengumpulkan hasil panen. Mereka hanya boleh melakukan sekali petik, sedangkan sisanya menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda.
Ketetapan itu menjelaskan mengapa Rut bisa memungut bulir-bulir jelai yang jatuh dari hasil panen perkebunan Boas. Karena Rut termasuk janda miskin. Inti dari semuanya ini, sekalipun semua hasil panen itu merupakan hak pemilik sepenuhnya, tapi pemilik kebun itu harus ingat terhadap orang lain yang menderita dan butuh pertolongan. Pada saat kita menyatakan kepada orang miskin, sesungguhnya kita sedang melakukannya untuk Tuhan.
Di dalam pelayanan -Nya, Yesus juga kerap memperhatikan nasib orang miskin. Yesus kerap memerintahkan Yudas untuk mengeluarkan uang dari kas bendahara agar diberikan kepada orang miskin (Yoh. 13:29). Sesungguhnya, inilah prinsip kehidupan yang harus kita pegang. Blessed to bless. Diberkati untuk memberkati.
Selamat berkarya dan berjuang serta terus hati kita diberikan kepekaan untuk melihat orang-orang disekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Tuhan Yesus Memberkati.
Belajar Ulangan 25
"Lembu Saja Butuh Keadilan"
Ulangan 25:4 (TB) Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik."
Secara garis besar, Ulangan 25 ini memiliki tema keadilan. Ketika ada perselisihan, mereka harus membawanya ke pengadilan. Yang benar harus dinyatakan benar, yang salah harus diganjar (ay.1-3). Dalam ayat 13-16, Tuhan memberikan ketetapan tentang sukatan dan timbangan yang benar. Harus jujur dan tidak boleh curang. Demikian juga dalam ayat 4 Tuhan memberikan perintah yang cukup unik " Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik.
Lembu yang sedang bekerja harus menerima makanan yang cukup serta diperlukan dengan baik untuk setiap pekerjaan yang telah dilakukannya. Melalui ayat itu sebenarnya Tuhan sedang memberi pesan kepada umat Israel agar memperhatikan para pekerja dan memberikan upah yang adil. Paulus pernah mengutip ayat itu untuk mengingatkan jemaat Korintus bahwa setiap orang sesungguhnya berhak menerima upah dari jerih lelah yang telah dikerjakannya (1Kor. 9:8-10). Mengabaikan upah yang menjadi hak pekerja adalah dosa di mata Tuhan. Bukankah lembu yang diberi makan dengan cukup bisa terus bekerja ? Terlebih manusia !
Selamat berkarya dan tetap semangat. Hargai setiap orang yang ambil bagian dalam setiap bagian hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati.
Belajar Ulangan 26
"Mempersembahkan Hasil Pertama"
Ulangan 26:2 (TB) maka haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana.
Ketika umat Israel masuk ke tanah Kanaan, maka Tuhan memberikan perintah agar umat Israel membawa hasil pertama mereka dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Ada makna yang begitu dalam di balik perintah itu.
♡Pertama, supaya umat Tuhan mengakui bahwa tanah subur yang penuh dengan susu dan madu itu merupakan pemberian Tuhan semata (ay.3).
♡Kedua, agar umat Tuhan datang beribadah kepada-Nya (ay.2). Persembahan hasil pertama selalu disertai dengan ibadah. Jika diterapkan dalam kehidupan kita, maka kita pun harus ingat bahwa bekerja dan beribadah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jangan sampai kita disibukkan dengan pekerjaan sehingga kita tidak memiliki waktu untuk beribadah.
♡Ketiga, agar umat Tuhan menjadikan persembahan itu sebagai ungkapan rasa syukur. Ketika kita mempersembahkan harta kita kepada Tuhan, maka sesungguhnya itu merupakan ungkapan syukur atas berkat, tuntutan dan penyertaan-Nya dalam kehidupan kita.
Mempersembahkan harta kepada Tuhan merupakan penyertaan bahwa tanpa Tuhan kita tidak bisa apa-apa.
Selamat pagi, selamat berkarya dan berjuang, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 27
"Sebuah Ujian Ketaatan"
Ulangan 27:2 (TB) Dan pada hari kamu menyeberangi sungai Yordan ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka haruslah engkau menegakkan batu-batu besar, dan mengapurnya,
Alangkah indahnya jika kita mengawali segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel itu, yaitu dengan menyerahkan hidup kita pada tuntunan Tuhan dan menjadikan Firman Tuhan sebagai landasan hidup kita.
Sementara banyak orang yang mengawali bisnisnya, kariernya, pernikahannya dengan mengandalkan kekuatan sendiri, baiklah kita melakukannya dengan cara yang berbeda, yaitu mengandalkan Tuhan dalam segala usaha kita. Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga (Maz. 127:1). Pada saat kita mengawali segala sesuatunya bersama Tuhan maka Tuhan akan menolong, memberkati, menyertai kita.
Awali segala sesuatu yang kita lakukan bersama Tuhan.
Selamat pagi, selamat menjalani kehidupan ini. Dan jangan lupa awali dengan membangun relasi bersama-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 28
"Berkat dan Kutuk"
Ulangan 28:15 (TB) "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:
Pasal ini kiranya menyadarkan kita bahwa pelanggaran dan dosa adalah hal yang serius di mata Tuhan. Kita tidak bisa meremehkan dosa seolah jika kita melakukan dosa, maka konsekuensinya adalah kita "hanya" berada di luar Tuhan saja (meski ini pun adalah akibat yang serius juga). Konsekuensi dosa dan sikap kita yang tidak mau bertobat juga nyata, yaitu ada hukum untuk hal itu. Tuhan memang Maha Pengampun, tapi jangan pernah mempermainkan kemurahan hati Tuhan ini sehingga kita memandang rendah atau menanggapi enteng konsekuensi dosa. Berkat adalah janji Tuhan, tapi hukuman atas dosa juga adalah janji-Nya.
Selamat pagi, selamat berkarya dan berjuang. Tetap semangat dan jangan lupa terus jadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar Ulangan 29
"Ada Bagian Kita & Ada Bagian Tuhan"
Ulangan 29:29 (TB) Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Sebuah perjanjian selalu melibatkan setidaknya dua pihak. Dalam sebuah perjanjian pula, kedua belah pihak tersebut akan selalu memiliki kewajiban yang harus mereka lakukan dan hak yang harus mereka dapatkan. Tuhan beberapa kali mengadakan perjanjian dengan manusia, terkhusus dengan bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya. Dengan Abraham, Ia mengadakan perjanjian bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa.
Untuk umat Israel, bagian mereka sudah sangat jelas, yaitu bahwa mereka harus hidup taat pada Tuhan sebagai Allah mereka dan melakukan perintah-Nya. Itulah kewajiban umat Israel. Jika sampai ini dilanggar, maka konsekuensinya adalah murka Allah akan menyala-nyala atas mereka. Namun, jika hal ini ditaati, Allah akan memberikan berkat-Nya pada mereka.
Allah akan memberkati, melindungi, dan memenangkan Israel. Lalu apa hak Tuhan ? Disinilah kita membaca satu bagian yang menarik di antara perjanjian ini, yaitu bahwa Allah memang masih menyembunyikan bagian-bagian tertentu dari manusia. Itulah masa depan. Masa depan adalah hak Tuhan. Namun, hukum-Nya adalah bagian kita.
Ironisnya, kadang orang Kristen, sebagai keturunan rohani, masih berupaya mencari-cari cara untuk mengetahui masa depan. Firman Tuhan sudah jelas, masa depan bukanlah bagian kita. Bagian kita adalah untuk melakukan perintah Tuhan. Menyerahkan masa depan itu kepada Tuhan bukan hanya menyerahkan sesuatu di tangan yang tepat, tapi juga tanda iman kita.
Selamat pagi & menikmati libur lebaran. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 30
"Pilihlah Kehidupan"
Ulangan 30:19 (TB) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Kehidupan dan berkat adalah dampak dari ketaatan pada Tuhan. Kematian dan kutuk adalah dampak dari pemberontakan. Di masa itu, ini adalah hukum sebab akibat. Karena itulah sesungguhnya yang Musa nasehatkan adalah supaya bangsa Israel jangan sampai berpaling dan memberontak dari Tuhan, karena itulah cara memperoleh hidup dan berkat. Sesungguhnya inilah yang sering kali membuat Israel jatuh bangun. Musa memberikan penegasan untuk mengingatkan resiko nyata dari ketidaktaatan mereka. Tapi, jika melihat yang terjadi di bagian-bagian Alkitab berikutnya, bangsa Israel toh tetap jatuh dalam ketidaktaatan dan lebih memilih kematian, kutuk, dan hukuman itu. Kita memang tidak lagi hidup di masa Taurat, di mana perbuatan kita yang menentukan keselamatan. Tapi, pesan firman hari ini tetap berlaku: jika kita tidak mau mengindahkan perintah Tuhan dan tetap hidup dalam dosa, maka upah dosa adalah maut.
Selamat pagi, selamat beraktifitas dan mempersiapkan ibadah besuk hari Minggu. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 29
"Ada Bagian Kita & Ada Bagian Tuhan"
Ulangan 29:29 (TB) Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Sebuah perjanjian selalu melibatkan setidaknya dua pihak. Dalam sebuah perjanjian pula, kedua belah pihak tersebut akan selalu memiliki kewajiban yang harus mereka lakukan dan hak yang harus mereka dapatkan. Tuhan beberapa kali mengadakan perjanjian dengan manusia, terkhusus dengan bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya. Dengan Abraham, Ia mengadakan perjanjian bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa.
Untuk umat Israel, bagian mereka sudah sangat jelas, yaitu bahwa mereka harus hidup taat pada Tuhan sebagai Allah mereka dan melakukan perintah-Nya. Itulah kewajiban umat Israel. Jika sampai ini dilanggar, maka konsekuensinya adalah murka Allah akan menyala-nyala atas mereka. Namun, jika hal ini ditaati, Allah akan memberikan berkat-Nya pada mereka.
Allah akan memberkati, melindungi, dan memenangkan Israel. Lalu apa hak Tuhan ? Disinilah kita membaca satu bagian yang menarik di antara perjanjian ini, yaitu bahwa Allah memang masih menyembunyikan bagian-bagian tertentu dari manusia. Itulah masa depan. Masa depan adalah hak Tuhan. Namun, hukum-Nya adalah bagian kita.
Ironisnya, kadang orang Kristen, sebagai keturunan rohani, masih berupaya mencari-cari cara untuk mengetahui masa depan. Firman Tuhan sudah jelas, masa depan bukanlah bagian kita. Bagian kita adalah untuk melakukan perintah Tuhan. Menyerahkan masa depan itu kepada Tuhan bukan hanya menyerahkan sesuatu di tangan yang tepat, tapi juga tanda iman kita.
Selamat pagi & menikmati libur lebaran. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Ulangan 30
"Pilihlah Kehidupan"
Ulangan 30:19 (TB) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Kehidupan dan berkat adalah dampak dari ketaatan pada Tuhan. Kematian dan kutuk adalah dampak dari pemberontakan. Di masa itu, ini adalah hukum sebab akibat. Karena itulah sesungguhnya yang Musa nasehatkan adalah supaya bangsa Israel jangan sampai berpaling dan memberontak dari Tuhan, karena itulah cara memperoleh hidup dan berkat. Sesungguhnya inilah yang sering kali membuat Israel jatuh bangun. Musa memberikan penegasan untuk mengingatkan resiko nyata dari ketidaktaatan mereka. Tapi, jika melihat yang terjadi di bagian-bagian Alkitab berikutnya, bangsa Israel toh tetap jatuh dalam ketidaktaatan dan lebih memilih kematian, kutuk, dan hukuman itu. Kita memang tidak lagi hidup di masa Taurat, di mana perbuatan kita yang menentukan keselamatan. Tapi, pesan firman hari ini tetap berlaku: jika kita tidak mau mengindahkan perintah Tuhan dan tetap hidup dalam dosa, maka upah dosa adalah maut.
Selamat pagi, selamat beraktifitas dan mempersiapkan ibadah besuk hari Minggu. Tuhan Yesus Memberkati. Amin