BUNGA MELATI
1 PASAL SEHARI
1. Nama : Rachmat Yulianto--- Tafsiran
+62 813-8454-4246
2.Nama : P.Wisnu Budiwijaya ---Judul
+62 812-9661-4411
3. Nama : Cahyo EN
+62 858-1029-0085
4. Nama : Herlina (HSH)
+62 817-6567-432
5. Nama : Lieingwong
+62 812-9262-800
6. Nama : Wiwik Kristanto
+62 852-8454-4246
7. Nama : Iman
+62 813-1593-4466
Pembacaan HAKIM-HAKIM 1 (hari ke 212)
Tafsiran :
Bersandar pada Tuhan adalah kunci kemenangan di dalam hidup. Formula ini berlaku sepanjang masa, baik pada masa sekarang juga masa lalu.
Bangsa Israel pernah dipimpin Musa, seorang pemimpin besar yang hidupnya bersandar pada Tuhan. Musa digantikan Yosua, yang juga hidup bersandar pada pimpinan Tuhan. Dengan matinya Yosua, bangsa Israel harus belajar bersandar pada Tuhan tanpa diperantarai seorang pemimpin, seperti Musa atau Yosua.
Bangsa Israel memang mengikuti teladan Musa dan Yosua dalam hal bertanya kepada Tuhan (1), tetapi mereka kurang setia dalam menaati perintah-Nya. Sehingga keberhasilan Israel memasuki tanah perjanjian, tidak diiringi keberhasilan memusnahkan bangsa Kanaan seperti yang Tuhan inginkan (Kel. 23:23, 24; Ul. 12:2). Ketika bertemu Adoni Bezek, mereka tidak membunuh dia, melainkan hanya memotong ibu jari tangan dan kakinya saja (4-6). Ketidaktaatan yang seakan remeh ini kemudian menjadi semacam pola bagi upaya pembasmian bangsa Kanaan di daerah lain.
Satu demi satu suku Israel gagal memenuhi perintah Tuhan untuk memusnahkan bangsa Kanaan yang merupakan pemuja berhala. Malah ada suku Israel yang memanfaatkan orang Kanaan untuk keuntungan mereka (28), ada pula yang hidup bersama-sama dengan orang Kanaan itu (29, 32, 33). Semangat penaklukan yang dulu dibawa oleh Yosua kini telah jauh melunak dan bangsa Israel pun tampaknya sudah melupakan perintah Tuhan yang dinyatakan kepada Abraham untuk memiliki tanah Kanaan. Kitab Hakim-hakim ini kemudian memberi kesaksian bahwa kegagalan bangsa Israel kemudian membawa berbagai kesulitan bagi mereka sendiri.
Ada kalanya kita pun memiliki semangat mula-mula yang begitu besar untuk mengasihi Allah dan taat pada-Nya. Namun seiring dengan perjalanan kehidupan yang penuh tantangan dan cobaan, kita sering kali jadi terlalu takut atau menjadi terlalu tertarik pada cobaan yang ada di depan kita. Kitab Hakim-hakim mengajar kita tentang pentingnya selalu bersandar pada Tuhan dalam segala situasi.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 2 (hari ke 213)
Tafsiran :
Kegagalan serta berbagai ketidaktaatan Israel tentulah tidak menyenangkan hati Tuhan. Kasih Allah yang begitu besar pada umat-Nya telah membuat Dia mengambil inisiatif untuk menegur bangsa Israel.
Dalam teguran Allah pada bangsa Israel terkandung beberapa hal yang menjadi perhatian Allah. Pertama, janji yang pernah dibuat antara Allah dengan bangsa Israel. Sebagai Allah yang setia, Ia tidak akan membatalkan janji tersebut, sekalipun bangsa Israel sendiri melanggar janji kepada Allah (1).
Kedua, Allah menekankan bahwa yang paling berbahaya dari bangsa ini adalah kebiasaan mereka menyembah allah palsu. Allah Israel tidak ingin bangsa yang telah Ia selamatkan dari Mesir akhirnya jatuh ke dalam penyembahan yang keliru pada allah-allah palsu yang dimiliki oleh bangsa Kanaan (2).
Ketiga, Allah menjadikan kegagalan bangsa Israel menghalau bangsa Kanaan sebagai pelajaran pahit karena bangsa itu yang kemudian menjadi duri dalam daging sehingga terus menyusahkan Israel (3).
Dari teguran Allah pada bangsa Israel ini kita kembali diingatkan bahwa Allah pun menganugerahkan keselamatan jika kita mau percaya kepada Yesus Kristus. Kita tahu bahwa Allah pasti setia pada janjinya, tetapi adakah kita juga setia dalam iman kita kepada Kristus?
Allah-allah palsu bukanlah suatu kekuatan yang hanya ada pada masa hakim-hakim. Di zaman sekarang pun, allah-allah palsu tetap ada dalam berbagai rupa dan bentuk. Bagaimana kita dapat mengenali allah-allah palsu ini? Apa pun di dalam hidup ini yang membuat kita menjauh dari Yesus Kristus dapat dikategorikan sebagai allah palsu, dan hal-hal seperti itu haruslah kita hindari.
Dalam segala kegagalan kita menaati Tuhan, kita pun akan menemui berbagai kesulitan sebagai buah dari kegagalan tersebut. Tuhan tidak begitu saja mengangkat kesulitan itu dari jalan hidup kita karena Ia ingin kita mengingat betapa pentingnya belajar taat dan betapa kelirunya menyimpang dari jalan Tuhan. Kiranya teguran Allah kepada bangsa Israel ini menjadi peringatan bagi kita.
Hari ke 214 pembacaan HAKIM-HAKIM 3
Tafsiran :
Secara naluriah, setiap manusia mencari kesenangan serta kenyamanan dan akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari berbagai kesusahan. Namun naluri manusia yang telah jatuh ke dalam dosa belum tentu dapat dijadikan pedoman. Allah, Pencipta manusia, lebih memahami apa yang sesungguhnya penting bagi kita serta kehidupan macam apa yang sepatutnya kita miliki.
Sesuai dengan perkataan yang telah disampaikan oleh Malaikat Tuhan (Hak. 2:1-5), Tuhan memang membiarkan orang Kanaan tetap berdiam di tempat mereka. Selain sebagai sebuah bentuk hukuman (Hak. 2:3), Tuhan ingin menguji kesetiaan dan kasih Israel (Hak. 2:22) serta ketaatan mereka kepada Dia (4). Ia juga ingin mengajarkan pengalaman dalam peperangan kepada generasi baru itu (2). Namun bukan tentang bagaimana cara berperang, melainkan pada signifikansi peperangan melawan Kanaan.
Sebab kegagalan bangsa Israel dalam menyingkirkan bangsa Kanaan bukan karena mereka tidak mampu. Karena jika berbicara tentang kemampuan, sebenarnya bangsa Israel memiliki kisah penaklukan bangsa asing bersama Tuhan. Generasi muda Israel yang masuk ke tanah perjanjian tidak memahami bahwa perintah Tuhan harus ditaati dengan sungguh-sungguh. Meskipun perintah itu kelihatan susah, Allah pasti akan memampukan mereka menaatinya. Maka dalam kebaikan-Nya, Tuhan memakai penghukuman sebagai alat pendewasaan bagi generasi muda yang tidak berpengalaman itu. Dan kenyamanan yang dicari oleh Israel dipakai Tuhan untuk melatih iman mereka (2).
Dari pengalaman bangsa Israel bersama Tuhan kita belajar bahwa jika kenyamanan atau kesenangan berarti mengabaikan kehendak Tuhan, maka tidak seharusnya kita menghalalkan segala cara demi tercapainya kenyamanan atau kesenangan itu. Karena ketidaknyamanan atau kesusahan bisa saja merupakan ajang pembentukan dari Tuhan agar kita terlatih sehingga menjadi dewasa di dalam iman serta memiliki ketergantungan penuh kepada Tuhan.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 4 (hari ke 215)
Tafsiran :
Tuhan bekerja menolong umat-Nya secara unik. Ia bisa memakai pahlawan perkasa, tetapi juga orang biasa-biasa untuk mencapai maksud-Nya. Tuhan bisa memakai peperangan biasa, ataupun strategi tipu daya ala Ehud, juga lewat peristiwa yang sepintas tidak masuk akal.
Tuhan memakai Debora, yang saat itu menjadi hakim dan sekaligus 'ibu' bagi orang Israel yang datang mencari pertolongan (band. Hak. 5:7). Sebagai pemimpin rohani bagi umat-Nya, ia peka akan hati Allah. Ia tahu persis waktu pembebasan Tuhan akan segera tiba. Ia sadar bahwa sebagai wanita ia memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan perang. Namun ia tahu siapa yang tepat untuk memimpin perang. Maka ia memanggil Barak (ayat 6-7).
Sebaliknya, Barak ternyata tidak berani maju tanpa dukungan Debora (ayat 8). Apakah ketidakberanian Barak maju sendiri semata kerendahan hatinya, menghormati Debora yang lebih berkharisma, ataukah karena ia kurang beriman? Yang jelas, sikap Barak seperti itu membuat kehormatan dalam memenangkan perang akan jatuh ke tangan seorang wanita (ayat 9). Benar saja, Tuhan memakai duet Debora-Barak untuk membuat tentara Yabin kocar kacir. Yang sangat tidak terduga, kemenangan yang menuntaskan peperangan ini justru datang dari seorang ibu rumah tangga sederhana, Yael, istri Heber, orang Keni.
Di balik kemenangan Israel atas Yabin dan panglimanya Sisera, kita tahu bahwa Tuhan yang berkarya (ayat 15). Debora yang peka, Barak yang bimbang, maupun Yael yang tidak pernah bermimpi akan terlibat, merupakan alat-alat Yang Mahakuasa. Saat mereka peka pimpinan Tuhan dan bersedia untuk Dia pakai, maka kemenangan pun tidak lagi mustahil.
Laskar Kristus biasanya terdiri dari orang-orang yang tidak sempurna, sederhana, penuh kelemahan, bahkan sering pula kurang beriman. Namun, kemenangan melawan musuh bukan ditentukan oleh siapa orang-orangnya, melainkan siapa Panglimanya.
Hari ke 216 pembacaan HAKIM-HAKIM 5
Tafsiran :
Ketika umat Tuhan memenangkan peperangan maka nyanyian pujian selalu dikumandangkan, yaitu pujian atas kuasa Allah yang telah memberikan kemenangan kepada mereka (3-5). Ya, bagaimana orang Israel tidak bersukacita, mereka sudah sekian lama berada di bawah penindasan Kanaan (6-8). Begitu parah penindasan itu, sampai-sampai tidak ada satu senjata pun yang mereka miliki lagi.
Nyanyian ini juga menyatakan pengucapan syukur atas pahlawan-pahlawan yang siap berperang bagi Israel, yang menawarkan diri dengan sukarela (2, 9). Mereka berasal dari suku Efraim, Benyamin, Makhir (bagian dari suku Manasye), Zebulon, dan Isakhar. Sungguh berbeda dengan Zebulon dan Naftali, yang bahkan berani mempertaruhkan nyawa mereka dalam peperangan ini. Yael, istri Heber, juga dipuji atas tindakannya (24-27). Tidak ada rasa takut di dalam dirinya, ia hanya melihat kesempatan untuk membinasakan musuh Israel.
Akan tetapi, ada juga suku-suku yang menolak untuk ikut berperang yaitu Ruben, Gilead, Dan, dan Asyer (15-17). Suku Ruben terlalu banyak pertimbangan, orang Gilead tidak merasa perlu bergabung dalam konflik itu karena mereka tinggal di seberang Sungai Yordan, suku Dan tampaknya sibuk dengan bisnis mereka, dan suku Asyer enggan meninggalkan rumah mereka. Keengganan untuk ikut berperang ternyata dimurkai Tuhan, karena Tuhan sampai mengutuk kota Maros (23) yang tidak bersedia terlibat dalam karya Tuhan, yaitu dalam peperangan melawan musuh. Mereka dikutuk karena tidak mau menunjukkan kepedulian kepada saudara-saudara mereka yang sedang berjuang menggenapi rancangan Tuhan bagi saudara-saudara mereka.
Sibuk, pasif, malas, dan banyak hal lain dapat menjadi alasan bagi orang-orang yang mau menghindari keterlibatan dalam karya Allah di dunia ini. Sebab itu penghargaan jatuh hanya kepada orang-orang yang mau peka dan taat mendengar panggilan Allah.
Adakah panggilan Tuhan untuk terlibat dalam karya-Nya menghampiri Anda? Bagaimana jawaban Anda?
Pembacaan Hakim-Hakim 6 (hari ke 217)
Keberanian tinggi nilainya.
Memang untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, besar risikonya bagi Gideon. Namun Gideon telah berhasil mengusir "hantu" risiko itu dan menggantinya dengan bayangan kemenangan sebagaimana Tuhan telah janjikan. Gideon yang penakut menjadi pahlawan yang mantap dan berani (ayat 12). Imannyalah yang membuat ia dituntun Tuhan menapaki perubahan tersebut. Keberaniannya itu sangat tinggi nilainya. Ada kalanya kita harus meluruskan sesuatu yang bengkok. Misalnya, adat istiadat yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Tradisi yang sia-sia, dan lain sebagainya. Beranikah kita menanggung risikonya? Berani saja, dengan memperhitungkan penyertaan dan janji Tuhan.
Tuhan memberi tanda. Gideon membutuhkan tanda dan Tuhan memberi. Oleh kebaikan Tuhan, diberikan-Nya tanda sebagaimana Gideon pinta. Tanda itu berfungsi sebagai penguat hati dan pengobar semangat. Hati yang demikian sangat perlu sebelum seorang bertenaga dan menang. Bila Tuhan pun memanggil kita, jangan ragu akan penyertaan-Nya dan akan peneguhan yang dari-Nya.
Renungkan: Keperkasaan dimulai dari keberanian beriman dan mempertaruhkan diri ke tangan Tuhan.
Hari ke 218 pembacaan HAKIM-HAKIM 7
Tafsiran :
Cara pandang manusia memang berbeda dari cara pandang Allah. Jumlah tentara Israel sebenarnya sangat sedikit, tetapi ternyata masih terlalu banyak bagi Allah. Setelah Gideon mengetahui panggilan Tuhan agar dia memimpin bangsa Israel untuk menyerang musuh (Hak. 6:14) dan ia mendapat konfirmasi bahwa Tuhan menyertai dia (Hak. 6:16, 21, 34, 36-40), dengan segera Gideon mempersiapkan bala tentaranya. Ia mengumpulkan orang Abiezer, orang-orang dari suku Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali (Hak. 6:34-35).
Berdasarkan perhitungan manusia, menghadapi musuh dengan jumlah seperti belalang banyaknya (12), tentu perlu jumlah tentara dengan perbandingan seimbang. Saat itu jumlah tentara Israel hanya 32.000 (3) sementara Midian dan sekutunya punya 135.000 prajurit (Hak. 8:10). Namun menurut Allah, kemenangan 32.000 prajurit bisa membuat Israel membanggakan diri, padahal kemenangan itu dari Tuhan. Sebab itu Tuhan menyuruh Gideon untuk memulangkan mereka yang takut perang. Tak disangka, 22.000 orang kembali ke rumah, lebih dari dua pertiga jumlah mereka yang ikut! Ini mengejutkan karena tinggal 10.000 orang. Tentu jumlah ini membuat nyali Gideon menciut. Namun jumlah ini pun masih terlalu besar bagi Tuhan (4)!
Lalu Allah menyuruh Gideon untuk memisahkan tentaranya berdasarkan cara mereka minum. Tak ada penjelasan mengenai hal ini, tetapi berdasarkan ketentuan Allah terpangkas jumlah 9.700 orang. Berapa yang tinggal? Hanya 300 orang! Ini membuat rasio tentara Israel dan Midian menjadi 1:450. Namun kekuatan Tuhan tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan manusia. Dengan cara-Nya sendiri, Allah akan menghancurkan musuh umat-Nya. Allah memerintahkan Gideon bersiap berperang malam itu (9). Allah memberikan tanda bahwa Ia menang (13-14).
Ternyata Allah tidak tertarik untuk memberikan kemenangan begitu saja kepada umat-Nya. Jika kemenangan membuat umat jadi bergantung pada diri sendiri, itu justru membuat umat melupakan Allah. Padahal yang Tuhan inginkan adalah iman dan ketergantungan pada-Nya.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 8 (hari ke 219)
Tafsiran :
Kemenangan supranatural yang dialami Israel melalui kepemimpinan Gideon membuat orang Israel menyanjung dia. Bahkan mereka ingin mengangkat Gideon dan anak cucunya menjadi raja atas mereka (22). Dengan bijaksana, Gideon menolak tawaran mereka karena bagi Dia, hanya Tuhanlah yang layak menjadi Raja untuk memerintah bangsanya (28).
Akan tetapi, tampaknya mabuk dalam sanjungan sedikit melanda Gideon. Ia memutuskan untuk membuat efod (lihat Kel. 28:6-35) dari perhiasan emas yang merupakan jarahan dari orang Midian (24). Karena masih dalam suasana sanjungan terhadap Gideon, maka dengan senang hati, orang Israel menyumbangkan perhiasan emas mereka hingga kemudian terkumpul dalam jumlah yang cukup besar (25-26). Gideon tidak menyadari bahwa efod ini kemudian akan menjadi perangkap bagi Israel. Benar saja, setelah efod itu jadi dan ditempatkan di Ofra, banyak orang datang dan menyembah efod itu (27). Gideon tidak lagi mempertimbangkan kehendak Allah dalam pembuatan efod itu.
Selain itu, Gideon tampak menikmati buah dari tindakan heroiknya dalam sisa hidupnya. Tampaknya ia cukup kaya untuk membiayai hidup banyak istri yang melahirkan tujuh puluh anak laki-laki bagi dia serta gundik yang melahirkan seorang anak laki-laki (30-31). Meskipun Gideon menolak untuk menjadi raja Israel, tetapi sikapnya seperti raja-raja di wilayah sekitar yang mengawini banyak istri dan gundik serta memiliki banyak anak (bdk. Ul. 17:17). Ia mengikuti tradisi orang-orang yang tidak mengenal Allah dan mengabaikan kehendak Allah (Kej. 2:24).
Melihat kehidupan Gideon, dapat disimpulkan bahwa lebih mudah menaati Allah dalam suatu tindakan heroik daripada menaati Dia secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Gideon yang lulus dalam ujian iman ternyata tidak lulus dalam ujian kesuksesan dan kemakmuran. Hal yang sama juga dapat terjadi pada kita. Ingatlah bahwa yang Tuhan inginkan bukanlah taat sesekali, tetapi taat sehari-hari. Dan itu bisa kita lakukan, bila tiap hari kita hidup berpaut pada Tuhan.
Pembacaan Hakim-Hakim 9 (hari ke 220)
Bukankah orang suka menonton adegan berdarah, dendam kesumat, kekerasan dan sejenisnya?
Kekuasaan manusia ada batasnya. Tiga tahun Abimelekh memerintah sebagai raja. Kemudian muncullah cerita perang yang panjang. Pembangunan ke arah masyarakat sejahtera, adil dan makmur tidak disebut sama sekali. Mungkin pembangunan itu ada, tetapi tidak seberapa. Agaknya yang perlu bagi dia adalah kekuasaan demi kekuasaan, tetapi kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Ini peringatan telak bagi saya, Anda dan setiap penguasa. Untuk menopang kekuasaan, diperlukan ketulusan, kejujuran, hikmat ilahi, sistem yang baik.
Pembalasan adalah hak Allah. Allah dapat membiarkan berlakunya hukum sebab-akibat terhadap penguasa dan rakyat. Bukan Allah yang jahat, tetapi dalam hal apa pun selalu ada akibat dari kejahatan. Itu dapat kita simak dengan gamblang dalam kisah Kain yang membunuh Habel. Kisah itu adalah bapa dari semua kisah pembunuhan, pembantaian, dan kekerasan lain. Allah yang membalas kejahatan Abimelekh yang tak menghormati ayahnya dan membunuh saudara-saudaranya, bukan pendendam. Allah bertindak adil, memberi yang setimpal dengan yang telah dipilih Abimelekh sendiri.
Pembacaan Hakim-hakim 10 (hari ke 221)
Tinggalkan Tuhan: Celakalah!
Hal yang jahat di mata Tuhan ialah bila manusia beribadah kepada apa saja yang bukan Tuhan. Akibat penyembahan berhala selalu sama hasilnya: Allah murka (ayat 7). Ia memakai tangan orang-orang kafir untuk menghajar umat-Nya sehingga mereka terdesak, tertindas, menderita, celaka, hancur, dan berteriak minta tolong. Bukankah hal itu bisa saja saya dan Anda alami juga? Ketika kita berganti setia terhadap Kristus Yesus, bukankah semuanya menjadi tidak beres? Sungguh! Upah dosa selalu adalah maut! (Rm. 3:23a).
Kembali kepada Tuhan: Selamatlah! Israel berseru kepada Tuhan, mengakui dosa secara rinci (ayat 10-15). Lalu mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, untuk beribadah lagi kepada Allah yang benar. Akibat pertobatan yang benar orang mengalami janji pengampunan Allah. Itulah langkah menuju pemulihan. Apakah Anda mengalami berbagai kesukaran sesudah meninggalkan Tuhan? Apakah Anda kehilangan sukacita dan sejahtera yang dahulu pernah Anda miliki? Kembalilah dari petualangan dosa itu. Bertobat dan mohon ampun serta penyucian dari-Nya.
Renungkan: "Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita" (Rm. 6:23b).
Pembacaan Hakim-hakim 11 (hari ke 222)
Prajurit Tuhan yang perkasa
Biasanya orang yang telah dirubah Tuhan memiliki kepribadian yang berpendirian dan sifat istimewa. Persis kata Paulus: menjadi ciptaan baru!
Roh Tuhan menjadikan perkasa. Inilah yang diperlukan setiap pahlawan iman. Roh itu menyebabkan orang gagah berani, berserah kepada Tuhan, bahkan berani bernazar kepada-Nya. Keperkasaan rohani menyebabkan orang jadi perkasa jasmani. Di medan perang, dalam usaha, dalam pelayanan, dalam perjuangan rohani, terutama dalam peperangan rohani masa kini kita perlu kuasa dari Roh Tuhan. Bukankah kita ingin berkemenangan?
Yefta bertindak konsekuen. Yefta bersikap konsekuen terhadap Allah. Dalam keadaan yang sangat mengharukan dan memilukan, ia tega bersikap ksatria. Ia membayar nazarnya. Jelas ada hal yang sulit kita pahami dalam peristiwa ini dalam konteks kita sekarang. Terutama dalam terang bahwa Allah menolak pengorbanan manusia dari manusia. Mungkinkah nazar Yefta itu harus kita anggap gegabah? Paling tidak sikap Yefta yang konsekuen yang patut kita kagumi.
Renungkan: Jangan tergesa mengucap janji atau nazar. Allah menginginkan hati yang terbuka pada kehendak-Nya bukan yang meluap-luap oleh semangat diri sendiri.
Doa: RohMu lebih besar dari roh dalam dunia ini maupun dari roh kami sendiri.
Belajar Hakim-Hakim 11
Hakim-hakim 11:30-31 (TB) Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."
Nazar memang istimewa. Janji yang dibuat oleh manusia kepada Tuhan itu, sekali dikatakan, maka tidak boleh ditarik kembali. Bagaimanapun keadaannya, ia telah bernazar harus melakukan apa yang telah ia nazarkan. Dalam kasus Yefta, Allah sebenarnya dapat saja turut campur. Ia bisa saja memberikan pengecualian kepada Yefta. Tapi sekali lagi, dalam kediaman -Nya untuk memberikan pelajaran bagi kebaikan generasi selanjutnya di masa depan. Bayangkan jika nazar Yefta ini dikecualikan, orang-orang lain mungkin akan menjadikan nazar sebagai sesuatu yang remeh. Banyak orang akan menjadi tidak bertanggung jawab apa yang sudah diucapkannya. Banyak orang akan menjadi sembarangan dan asal saja bernazar.
Selamat berkarya dan berjuang dalam pergumulan hidup kita hari ini bersama Tuhan Yesus. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 12
"Sibolet"
Hakim-hakim 12:6 (TB) maka mereka berkata kepadanya: "Coba katakan dahulu: syibolet." Jika ia berkata: sibolet, jadi tidak dapat mengucapkannya dengan tepat, maka mereka menangkap dia dan menyembelihnya dekat tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan itu. Pada waktu itu tewaslah dari suku Efraim empat puluh dua ribu orang.
Logat atau gaya bahasa sangat ditentukan oleh orang-orang dan lingkungan di mana seseorang tinggal. Makin lama ia tinggal di suatu daerah, maka logatnya pun akan mengikuti, hingga ia kesulitan untuk ke luar dari logat tersebut. Nah jika logat atau gaya bicara pada saat itu benar-benar menentukan hidup mati Efraim, hal yang sama juga berlaku dalam gaya hidup kita. Sedikit banyak, bagaimana kita hidup juga akan menentukan mati atau bertumbuhnya hidup kita secara rohani.
Kalau mau jujur, kita pun juga sebenarnya terjebak dalam banyak Sibolet yang membuat hidup kita menjadi mati. Sibolet ini begitu mendarah daging dalam hidup kita karena kita membiarkan diri terus hidup dekat dengannya. Sibolet-sibolet itu adalah keegoisan, kesombongan, ketamakan, kepahitan, iri hati dsb. Jadi sebelum terlambat, mari berusaha menekuni gaya hidup yang jauh dari sibolet-sibolet di atas. Niscaya, hidup rohani kita tidak akan pernah mati, tapi justru dapat terus hidup dan bertumbuh
Selamat malam dan isitrahat, mari kita bersama sama melakoni hidup yang berkenan kepada Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 13
"Ketaatan Mendatangkan Anugerah"
Hakim-hakim 13:6 (TB) Kemudian perempuan itu datang kepada suaminya dan berkata: "Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya, dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku.
Ketaatan mendatangkan anugerah. Pada masa kini, tidak bijak rasanya jika kita lantas berharap malaikat Tuhan datang sendiri kepada kita sambil memberitahukan bahwa kita akan mendapatkan apa yang selama ini kita nanti-nantikan. Tapi kita boleh sangat yakin bahwa kalau selama ini kita sudah hidup taat, maka anugerah Tuhan itu akan turun mendatangi kita pada waktunya nanti. Memang tidak ada jaminan pasti. Memang Tuhan sering kali bekerja dengan cara yang tidak kita duga-duga. Tapi manakah lebih baik: hidup taat dan berpeluang menerima anugerah-Nya sesuai dengan yang kita harapkan, atau hidup tidak taat dan jelas mendapatkan kebinasaan ?
Tuhan lebih senang bekerja dan berkomunikasi dengan orang-orang yang hidup dekat dan taat pada-Nya.
Selamat malam & istirahat.Tuhan Yesus Memberkati. Amin
.
Hari ke 226 pembacaan HAKIM-HAKIM 15
Tafsiran :
Sebuah keputusan yang salah bisa berdampak panjang. Walau tindakan ayah mertua Simson tidak dapat dibenarkan, tetapi akar permasalahan yang sesungguhnya ialah keputusan Simson yang salah dalam menikahi seorang perempuan yang tidak seiman.
Meski demikian, Tuhan memakai kemarahan Simson kepada ayah mertuanya ?secara khusus- dan kepada bangsa Filistin- secara umum. Hal ini bukan hendak membenarkan kemarahan Simson, melainkan untuk memperlihatkan kuasa Allah dalam memakai segala sesuatu untuk menyelamatkan umat Tuhan dari belenggu kekuasaan Filistin. Karena memang untuk itulah Simson dipanggil.
Tak terima hasil pertanian mereka dibakar Simson (4-5), orang Filistin kemudian membalas dengan membakar istri dan mertua Simson (6). Simson tidak mau tinggal diam, ia balik memukul mereka (7-8). Namun sebagai bangsa yang sedang menguasai Israel, tentu saja Filistin tidak mau berhenti sampai di situ. Mereka berencana menyerang dia (10). Bangsa Israel yang ketakutan kemudian mencari Simson dan menangkap dia untuk diserahkan kepada bangsa Filistin (11-13). Sungguh tragis, umat pilihan Tuhan ketakutan menghadapi bangsa lain dan bahkan rela menyerahkan seorang anggotanya demi keselamatan mereka. Tampaknya Israel sudah tidak memiliki harga diri lagi sebagai sebuah bangsa.
Sayangnya Simson, yang mendapat kehormatan dipilih Allah guna menyelamatkan umat-Nya, hidup dengan ketidaktaatan kepada Allah. Karena itulah Simson harus membayar harga yang sangat mahal. Padahal ia adalah hakim dengan panggilan khusus yang sangat istimewa dibanding para hakim lainnya, tetapi ia menghabiskan hidupnya hanya untuk melakukan urusan-urusannya sendiri yang sia-sia dan tidak memuliakan Allah.
Bagaimana dengan kita? Adakah kita peduli pada panggilan Allah dan sudah hidup sesuai dengan panggilan itu? Jangan habiskan waktu kita hanya untuk menyelesaikan kepentingan-kepentingan kita sendiri, tetapi urusilah kepentingan-kepentingan Allah.
Hari ke 227 pembacaan HAKIM-HAKIM 16
Tafsiran :
Secercah harapan muncul di kegelapan sel penjara. Rambut Simson tumbuh setelah dicukur (Hak. 16:22). Ini adalah kasih karunia Allah, sebagai simbol dari dimungkinkannya pembaruan komitmen kepada Allah. Bersamaan dengan tumbuhnya rambut, penyerahan diri Simson kepada Allah juga kembali (bdk. ayat 28). Inilah penyebab kembalinya kekuatan Simson.
Berada di sebuah gedung besar bersama raja-raja kota orang Filistin yang tengah beribadah kepada dewa Dagon, Simson tampil untuk melawak sesuai permintaan para petinggi itu (23-25, 27). Di situlah ia menyadari sebuah kesempatan yang mendorong dia berdoa, memohon kekuatan kepada Allah (28-30). Inilah satu-satunya kisah Simson berdoa sebelum ia menggunakan kekuatannya. Ini memperlihatkan bahwa masa-masa kesendirian di penjara mengarahkan Simson pada pertobatan. Hidup Simson pun berakhir dengan pahit dan manis. Pahit karena tragis, manis karena Allah menjawab doanya yang terakhir, hingga ia mencapai kemenangan terbesar dalam hidupnya untuk melawan Filistin. Walaupun kematian tiga ribu orang Filistin harus dibayar dengan hidupnya sendiri.
Kisah hidup Simson merupakan gambaran tentang orang percaya yang hidupnya tidak taat kepada Allah. Allah memang masih memakai dia, tetapi dia tidak mendapat manfaat sama sekali dari hal itu. Hidupnya berakhir dalam tragedi karena ia menyia-nyiakan potensi besar, yang Allah karuniakan kepadanya.
Kisah Simson juga mengajar kita tentang betapa berbahayanya mengganggap dosa sebagai sesuatu hal yang sepele. Simson membiarkan hasratnya akan wanita menghancurkan hidupnya. Bahkan daripada memutuskan hubungan dengan Delila, Simson tampak lebih rela bila hubungannya dengan Allah terputus. Dengan kekuatannya, ia mengalahkan musuhya, tetapi di sisi lain ia juga mengalahkan dan menyingkirkan Allah dari dalam hidupnya.
Tragisnya kisah hidup Simson menjadi peringatan bagi kita untuk tidak menyia-nyiakan hidup dan karunia Allah pada kita. Pakailah hidup dan karunia-Nya itu untuk memuliakan Dia.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 17 (hari ke 228)
Tafsiran :
Ironis! Nama Mikha berarti "Yang seperti Yahweh". Namun kisah hidupnya tidak memperlihatkan karakter seperti Yahweh. Ia mencuri uang ibunya (ayat 2). Nilai uang yang dicurinya tidak kecil, cukup untuk biaya hidup seorang Israel seumur hidup (band. ay. 10). Lalu mengapa ia mengembalikan uang itu? Mungkin ia takut kena kutuk ibunya. Akan tetapi, tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya. Mikha telah melanggar Hukum Taurat yaitu "Jangan mencuri" dan "Hormatilah ayahmu dan ibumu" (Kel. 20:15, 12).
Yang aneh, si ibu tidak memarahi anaknya. Ia justru memberkati dia. Mungkin ia berharap berkat itu membatalkan kutuk yang terlanjur dia ucapkan. Kemudian ia mau mempersembahkan uang itu kepada Tuhan. Nyatanya, hanya 200 dari 1.100 uang perak yang dia berikan. Si ibu telah mencuri 900 uang perak dari jumlah yang ia ingin persembahkan pada Tuhan. Rupanya Mikha belajar ketidakjujuran dari ibunya.
Kesalahan semakin fatal karena ibu dan anak memakai uang itu untuk membuat patung sesembahan (ayat 3-5). Ini juga melanggar Hukum Taurat, yaitu "Jangan membuat bagimu patung...." (Kel. 20:3). Namun kesesatan masih belum berhenti. Selain menyembah patung yang telah dibuat, Mikha menetapkan seorang Lewi menjadi imam (ayat 9-12). Padahal ia tidak punya otoritas untuk melakukan hal itu. Ia malah mengira bahwa Tuhan berkenan atas semua itu (ayat 13).
Apa komentar kita terhadap Mikha dan ibunya? Memang tidak tampak adanya maksud jahat di sini. Ia tampak tulus. Namun ketulusan saja tidak cukup, bila dilakukan tanpa landasan kebenaran. Bila kita lihat situasi dan kondisi pada masa itu, memang semua orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (ayat 16). Tak ada tuntunan dan tak ada yang memimpin. Sungguh bersyukur kita, yang memiliki Alkitab sebagai penuntun hidup kita. Melalui Alkitab, kita bisa mendengar suara Tuhan. Maka jangan sia-siakan Alkitab kita. Sediakan waktu untuk menyelidiki apa yang berkenan di hati Tuhan, dan lakukan!
Hari ke 229 pembacaan HAKIM-HAKIM 18
Tafsiran :
Tuhan menuntut kita fokus kepada-Nya. Namun hati kita mudah berdalih, "Ah, ini kan cuma ?." Kita sering abai bahwa berawal dari retakan kecil, robohlah sokoguru dan bersamanya, robohlah seluruh bangunan.
Orang Lewi yang hari ini kita ketahui adalah cucunya Musa begitu terikat pada patung dan peralatan ibadah buatan Mikha yang tidak sejalan dengan firman Tuhan. Ia juga mengutamakan ketenaran sehingga "gembiralah hati[nya]" (20) ketika ditawari posisi yang lebih glamor. Ia mengabaikan keluarga Mikha yang telah menganggapnya seperti keluarga sendiri ketika ia masih terlunta-lunta (Hak. 17:9-11). Sebagai orang Lewi, ia telah mengabaikan panggilan untuk hidup sebagai wakil Tuhan.
Bilangan 26:43 mencatat ada 64.400 orang dari suku Dan yang sanggup berperang. Maka, 600 orang bersenjata dari Dan di kisah ini tampaknya bukanlah seluruh suku, melainkan hanya satu keluarga besar sehingga mereka hanya memerlukan satu kota. Dari sikap mereka, kita memiliki gambaran bagaimana orang Israel hidup pada masa "tanpa raja dan tanpa Tuhan" ini. Masih ada sisa-sisa pengajaran Musa sehingga mereka masih menghargai posisi suku Lewi sebagai imam, tetapi mereka tidak peduli bagaimana Tuhan sesungguhnya ingin disembah di dalam kekudusan-Nya, dengan tata cara yang dengan jelas telah Ia gariskan melalui Musa. Mereka mencari Tuhan, tetapi dengan cara mereka sendiri dan bukan mengikuti apa yang Tuhan firmankan kepada generasi pendahulu mereka.
Kisah ini kelihatan tidak signifikan karena hanya melibatkan orang-orang kecil pada masa yang tak jelas pula. Namun kelak kita akan melihat bahwa orang-orang ini, perilaku ini, dan kota ini menebarkan bayang-bayang kelam yang panjang ketika Raja Yerobeam memimpin sepuluh suku Israel memisahkan diri dari Yehuda, membuat lembu emas, dan meletakkannya di kota Dan ini (25-29). Ini mengawali satu masa kelam lainnya yang berakhir dengan runtuhnya Kerajaan Israel (22-23)!
Masih adakah kompromi dalam hidup Anda? Jika ya, minta pengampunan Tuhan dan minta Dia kembali bertakhta di hati, selagi ada kesempatan.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 19 (hari ke 230)
Tafsiran :
Kisah ini dibuka kembali dengan frasa yang mengingatkan kita pada konteks terjadinya peristiwa brutal yang terjadi pada masa kekelaman Israel, ketika generasi tua satu per satu meninggal dan tidak ada pemimpin yang bangkit untuk menggantikan Yosua.
Orang Lewi dalam kisah ini mencoba menghindari Yebus karena ia berpikir orang-orang Yebus tidak mengenal Tuhan. Maka, walaupun hari sudah malam, ia tetap meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di Gibea Benyamin. Ia mengira lebih aman menginap di antara sesama orang yang beribadah kepada Tuhan. Namun ia salah duga. Tidak ada orang Benyamin yang menawarinya tempat bermalam. Mereka malah berlaku seperti orang Sodom yang hendak memperkosa pria malang itu (bdk. Kej. 19). Rupanya sebagian orang Israel mengadopsi gaya hidup bangsa-bangsa yang tidak kenal Allah.
Kekejian yang lain juga tampak dari reaksi orang Lewi itu. Ia "menangkap gundiknya" yang baru dijemputnya dan disodorkannya kepada orang-orang Gibea Benyamin yang gila seks sehingga diperkosa semalam suntuk hingga pagi, sementara dikesankan bahwa ia sendiri beristirahat dengan baik pada malam itu. Pada pagi hari, dengan santainya ia keluar dari rumah tempat ia menumpang dan mengajak gundiknya untuk melanjutkan perjalanan. Baru di situlah disadarinya bahwa si gundik telah mati. Tindakan mengerikan berikut adalah mutilasi yag dilakukan si orang Lewi kepada mayat gundiknya sebagai semacam ajakan berperang dan ancaman kepada mereka yang tidak merespons ajakan itu.
Kita lihat bahwa tanpa kehadiran Tuhan, manusia benar-benar tak punya harapan. Setelah puluhan tahun mengalami periode gemilang di bawah pimpinan Musa dan Yosua, sekejap ditinggalkan pemimpinnya bangsa Israel langsung jatuh ke dalam keterpurukan sehingga tak ada bedanya dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Kita perlu insaf bahwa bila manusia, dibiarkan sendirian, tidak akan tiba kepada Allah. Karena itulah Kristus harus datang dan menebus kita supaya akhirnya kita memiliki jalan agar tiba pada keselamatan yang dari Allah.
Pembacaan Hakim-hakim 20 (hari ke 231)
Bukan sekadar kemarahan.
Suku-suku Israel memerangi suku Benyamin bukan sekadar bermodalkan kemarahan. Mereka maju melawan suku Benyamin dengan strategi yang matang. Mula-mula mereka memancing Benyamin untuk keluar kota (ayat 31). Kemudian mereka berbuat seolah mereka kalah (ayat 33). Karena lengah dan karena merasa sudah menang, Benyamin menjadi tidak siaga, akhirnya terpencar dan terpukul kalah. Tetapi kekalahan Benyamin bukan saja disebabkan oleh strategi perang suku-suku Israel tetapi karena Tuhan menghukum mereka (ayat 35).
Mengalahkan dunia ini. Bila perang secara fisik memerlukan strategi dan keandalan kekuatan yang tinggi, lebih lagi perang rohani. Tentu saja kita tidak dipanggil untuk memusnahkan orang yang melakukan kejahatan. Kita dipanggil untuk mengalahkan kecenderungan jahat dalam diri kita sendiri, baru melalui kehidupan yang benar kita mempersempit ruang gerak dan pengaruh kejahatan dalam dunia sekitar kita. Namun perang moral dan spiritual itu sangat berbahaya. Itu sebabnya kita harus dikuduskan oleh Roh Allah dan memanfaatkan semua kekuatan rohani yang telah Allah sediakan.
Renungkan: Perang rohani sekecil apapun tak dapat kita menangkan tanpa Tuhan.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 21 (hari ke 232)
Tafsiran :
Setelah badai kekerasan berlalu, hari ini kita disuguhi satu kenyataan yang mengerikan: bahwa di bawah permukaan aktivitas sehari-hari bangsa Israel yang sudah kita amati beberapa hari terakhir ini, berakar sebuah pola pikir yang tidak kalah rusaknya. Bukan saja di kalangan rakyat, tetapi juga di kalangan para pemimpin Israel.
Dalam keadaan emosional dan tidak bisa berpikir panjang, orang Israel membuat sumpah yang gegabah. Setelah hingar-bingar emosional reda, mereka kebingungan karena satu suku Israel akan lenyap. Mereka menangis dan seolah menyalahkan Tuhan, "Mengapa, ya Tuhan ??" Lalu apa solusinya? Mereka menumpuk perbuatan keji yang satu di atas serangkaian perbuatan keji lain: untuk mencegah satu suku binasa, mereka melakukan satu pembantaian lainnya terhadap sesama orang Israel. Bahkan anak-anak pun ikut mereka bantai. Mendapati jumlah gadis yang mereka culik belum cukup, mereka pun merancang serangkaian penculikan kedua, kali ini secara eksplisit melibatkan para tua-tua dalam proses pengambilan keputusannya. Pesta perayaan yang seharusnya sakral bagi Tuhan di Silo, di mana Tabut Perjanjian saat itu berada, berubah menjadi ajang penculikan massal yang secara resmi disetujui pemimpin umat.
Perikop ini adalah akhir dari narasi pasal 17-21 yang menggambarkan kondisi bangsa Israel yang karut-marut secara rohani, moral, dan sosial. Pengenalan mereka terhadap Allah begitu tergantung kepada individu-individu pemimpin mereka. Walaupun mereka perkasa dan kehidupan semakin mapan, ternyata iman dan sikap hidup mereka ?rakyat maupun pemimpin? masih sangat impulsif. Kita bersyukur Allah sudah mencurahkan Roh Penolong kepada setiap anak-Nya; Roh yang hidup di dalam setiap orang beriman (Yoh. 14:16-17). Kita tidak akan ditinggalkan sendirian dan tidak akan pernah harus membuat keputusan "menurut apa yang benar menurut [pandangan] sendiri, " karena Allah senantiasa beserta kita. Syukurilah kehadiran dan tuntunan Allah dalam hidup kita; berdoalah agar kita diberikan kepekaan mendengar suara-Nya.
Belajar Hakim-hakim 1
"Ibu Jari"
Hakim-hakim 1:6 (TB) Tetapi Adoni-Bezek melarikan diri, lalu mereka mengejarnya, menangkapnya dan memotong ibu jari dari tangannya dan dari kakinya.
Ya jika kita kehilangan ibu jari maka kita sulit untuk melakukan hal yang sederhana sekalipun, seperti memegang bolpoin untuk menulis, memegang handphone, mengendarai sepeda motor, mengangkat atau memegang barang-barang lainnya. Tanpa ada ibu jari, tangan kita tidak akan memiliki kekuatan di maksimal. Apa makna rohaninya bagi kita? Ibu jari mungkin bagian kecil dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain. Meski kecil bukan berarti tidak berperan. Bahkan, meski kecil tapi perannya sangat besar. Inilah gambaran kita sebagai tubuh Kristus. Tidak ada yg terlalu kecil dalam anggota tubuh Kristus, sebab setiap anggota tubuh Kristus memiliki peran dan fungsi yang penting.
Selamat malam, biarlah setiap kehadiran kita akan membawa terang dan garam di mana kita masing-masing ditempatkan Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-hakim 2
"Putusnya Rantai Generasi"
Hakim-hakim 2:10 (TB) Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
Sepanjang membaca sejarah bangsa Israel, tidak dimungkiri bahwa Yosua adalah salah satu pemimpin yang memberi pengaruh besar bagi bangsa Israel. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, Yosua tidak hanya mengenyangkan bangsa Israel kebutuhan fisik, seperti makanan, minuman dan bahkan tanah untuk mereka tempati, tetapi juga ia memberi dan membawa mereka untuk hidup menurut ketetapan Allah.
Tetapi hal yang mengecewakan dalam pasal 2 dalam kitab Hakim-Hakim ini adalah bagaimana kehidupan bangsa Israel ketika ditinggal oleh Yosua. Alkitab berkata bahwa bangsa Israel hidup di luar ketetapan Firman Allah, mereka melakukan yang jahat di hadapan Allah, bahkan mereka beribadah kepada para Baal. Mengapa ini bisa terjadi? Ayat 10 menunjukkan dengan jelas.
Mengapa sampai bangkit angkatan yang tidak mengenal Tuhan ataupun perbuatan besar yang telah dilakukan Tuhan kepada bangsa Israel ? Inilah yang disebut putusnya rantai generasi. Mengapa bisa rantai generasi yang takut akan Allah bisa terputus ? Karena umat Tuhan lalai memperkarakan dan mengajarkan Taurat secara berulang-ulang kepada anak-anak mereka seperti yang telah diperintahkan Tuhan (Ul. 6:6-9). Karena tidak pernah menceritakan perbuatan-perbuatan Allah Israel yang diwaktu lalu, wajar saja generasi Israel setelah Yosua tidak memiliki pengenalan yang benar terhadap Allah Israel. Jangan sampai rantai generasi ini putus dari kehidupan keluarga kita. Mari kita didik dan bawa anak-anak kita kepada Kristus.
Selamat bekerja & berkarya. Selamat libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 3
"Si Kidal dan Si Gendut"
Hakim-Hakim 3:16 (TB) Dan Ehud membuat pedang yang bermata dua, yang panjangnya hampir sehasta, disandangnyalah itu di bawah pakaiannya, pada pangkal paha kanannya.
Delapan belas tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kekuatan Moab tentu juga amat kuat sehingga Israel bisa ditaklukkan demikian lama ditaklukkannya. Tapi, jika Tuhan sudah berkehendak, melalui seorang kidal, yang mendapat keuntungan dari kekidalannya itu, dan dengan memanfaatkan kelemahan Eglon yang gendut, Israel pun bisa dibebaskan. Jangan pernah kita membatasi kuasa Tuhan. Allah kita adalah Allah yang kreatif. Pertolongan-Nya sering jauh di luar pemikiran kita. Amin ?
Allah bisa menolong dengan berbagai cara yang mungkin tak terpikirkan oleh kita.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 4
"Mengapa Debora?"
Hakim-hakim 4:8 (TB) Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju."
Seperti yang sudah dijanjikan Tuhan, pasukan Sisera berhasil dikalahkan. Namun, Barak tetapi Barak tetap bukan yang disebut pemimpin kemenangan. Pemimpin kemenangan itu adalah Debora dan yang membinasakan Sisera adalah Yael, seorang wanita. Barak agaknya tipe orang yang masih mengandalkan manusia. Ia baru maju jika Debora ikut. Padahal bukan Debora tapi Tuhan yang memenangkannya. Apakah kita juga seperti itu? Kita baru percaya Tuhan akan mengabulkan doa kita asal kita didoakan oleh Pastur, Pendeta ataupun Biarawan² Kristiani tertentu, misalnya. Kita baru mau mendengarkan dan melakukan firman-Nya asalkan disampaikan oleh hamba Tuhan tertentu. Tentunya ada upah bagi mereka yang melakukan firman-Nya. Tapi kita sendiri yang rugi karena kita tidak segera melihat pertolongan-Nya.
Selamat berjuang dan berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 5
"Diam-Diam Saja"
Hakim-hakim 5:7 (TB) Penduduk pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu di Israel.
Apa yang membedakan Debora dan Yael dengan Barak atau orang-orang (khususnya para pria) Israel saat itu hanya satu : inisiatif. Ayat 7 menggambarkan ketika penduduk Israel diam-diam saja , Debora bangkit sebagai Ibu Israel. Ayat 15-18 juga menggambarkan bagaimana suku Efraim, Benyamin, Zebulon, dan Naftali maju berperang, suku Ruben masih banyak pertimbangan, orang Gilead diam saja, demikian suku Dan serta Asyer tidak mau ikut serta. Mereka bukannya tidak mampu, tapi mereka tidak mau berinsiatif, mereka tidak mau bergerak. Apakah kita sedang menghadapi pergumulan atau sudah berdoa atas sesuatu, tapi tidak kunjung jawaban-Nya ? Mungkin saja, itu hanya soal inisiatif. Allah sudah menyediakan, tapi kita sendiri tidak mau bergerak mengambilnya. Jika ini terjadi di hidup kita, ini sangat tragis. Berani beriman dan beranilah melangkah !
Selamat berkarya dan mengambil keputusan dalam hidup. Tuhan Yesus Menyertai langkah kita hari ini. Amin
Belajar Hakim-Hakim 6
"Tuhan Mengutus Penakut"
Hakim-hakim 6:15 (TB) Tetapi jawabnya kepada-Nya: "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku."
Sekali lagi bangsa Israel melakukan yang jahat di mata Tuhan. Sekali lagi, mereka ditindas oleh bangsa asing, kali ini oleh bangsa Median. Selama 7 tahun, membuat mereka melarat karena hasil panen mereka selalu dirampas orang Median, Amelek, dan bangsa lain. Ketika mereka berseru kepada Tuhan, melalui nabi-Nya, Tuhan justru berkata bahwa itu adalah akibat kesalahan Israel sendiri. Di masa seperti itulah Gideon hidup. Gideon sendiri tidaklah beda dengan mereka. Ia pun takut.
Tapi, penakut itulah yang Tuhan utus menjadi pembebas Israel. Pemuda pekakut itulah yang disebut malaikat sebagai pahlawan perkasa (ay 12).
Kisah Gideon sesungguhnya menunjukkan bahwa kadang kala justru orang yang takut l, yang merasa dirinya kecil dan tak punya kekuatan inilah yang bisa dipakai Tuhan luar biasa. Orang seperti inilah yang bisa benar-benar berserah pada Tuhan dan lantas merasa bahwa jika berhasil, maka itu karena kekuatannya. Takut yang dimiliki Gideon berbeda dengan takut karena dosa, tapi Gideon takut karena sadar bahwa dirinya tidak punya apa-apa. Namun, dengan percaya pada Tuhanlah maka ketakutan itu justru bisa menjadi iman yang luar biasa.
Selamat berjuang dan terus berkarya untuk sesama. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 7
Dalam Matius 17:20 (TB) Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Menghadapi 135.000 pasukan Median, awalnya terkumpul 32.000 orang. Secara jumlah, inipun sudah tidak berimbang. Tapi, Tuhan justru berkata jumlah itu terlalu banyak harus disaring. Akhirnya dari 32.000, terkumpul 300 orang. Ya tidak sampai 1 %. Jika dibandingkan lawannya, ini artinya 1 orang menghadapi 450 orang! Sungguh mustahil !
Sudah kalah jauh dari jumlah, yang dibawa justru sangkakala dan buyung serta suluh/obor ? Di sini kita bisa melihat bahwa ujian iman sesungguhnya bukan hanya dihadapi Gideon saja, tapi 300 orang tersebut. Bukan skill berperang, badan yang badan tegap bahkan bukan juga keberanian diri saja yang Tuhan cari, tapi orang-orang yang punya iman total dan mau percaya kepada-Nya. Nyatanya, Tuhanlah yang berperang sehingga bangsa Median dan sekutunya itu saling bunuh.
Dengan mengingat apa yang diucapkan Yesus : iman sebiji sawi saja sudah cukup untuk memindahkan gunung (Mat.17:20). Bukan iman kita yang hebat, tapi kepada Siapa iman kita diarahkan, itulah yang punya kuasa melakukannya. Jangan sombong dan tetap rendah hati jika kita dimampukan menjadi alat-Nya melakukan hal-hal hebat. Jangan juga buru-buru minder, saat kemungkinan bisa dikatakan nol. Tuhanlah yang bisa melakukannya.
Selamat bekerja & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Yosua 8
"Jerat Gideon"
Hakim-hakim 8:27 (TB) Kemudian Gideon membuat efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya.
Membaca kisah Gideon, kita bisa melihat sosok pahlawan perang yang begitu luar biasa.
Gideon memberi usul. Ia meminta umat Israel mengumpulkan sumbangan perhiasan emas yang kemudian terkumpul sedikitnya 1700 syikal emas (lebih dari 19 kg). Emas itu kemudian dijadikan sebuah baju efod (baju yang dipakai imam) dan ditempatkan di Ofra. Alkitab mencatat baju efod itu justru menjadi jerat bagi Gideon dan keluarganya. Ini terjadi ketika bangsa Israel justru menyembah efod emas tersebut. Gideon memang tidak membuat berhala, tapi Alkitab pun tidak mencatat bahwa Gideon melarang saat bangsa Israel mulai menyembah efod yang ia buat itu. Efod itu memang menjadi jerat bagi Gideon karena tanpa sadar ia justru membuat bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala.
Di sini kita belajar hal penting. Segala sesuatu bisa jadi berhala. Bahkan sesuatu yang mungkin dimaksudkan untuk hal baik pun bisa menjadi berhala.
Selamat berkarya dan berjuang waspada dan mohon hikmat terus kepada Tuhan Yesus agar kita diberikan kepekaan dalam menilai segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 9
"Semak Duri Menjadi Raja"
Dalam Filipi 1:22 (TB) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Sepeninggal Gideon, Alkitab mencatat bahwa orang Israel tidak menghormati Allah dan menyembah berhala. Mereka bahkan tidak menghormati keturunan Gideon yang mempunyai lebih dari 70 anak itu. Disinilah muncul kisah yang menarik tentang salah satu anaknya, Abimelekh. Sosok satu ini sebenarnya adalah anak dari gundik Gideon yang berasal dari Sikhem.
Apa yang terjadi dengan Abimelekh dengan baik digambarkan oleh Yotam yang sempat menyatakan nubuat kepada penduduk Sikhem. Melalui penghambatan pohon-pohon (zaitun, ara, anggur). Abimelekh yang digambarkan sebagai semak duri itu hanya akan menindas mereka karena ambisi besarnya.
Pesan yang Yotan sampaikan ini sesungguhnya juga ditunjukan untuk kita. Banyak orang berebut menjadi pemimpin, nomor satu, diutamakan, dihormati dll tanpa menyadari mereka hanyalah semak duri! Ironisnya, justru orang-orang yang benar-benar berbuah, yang tahu bahwa tujuan hidupnya adalah untuk memuliakan Tuhan dan berbuah bagi-Nya (bandingkan Flp 1:22) biasanya tidak memiliki satu ambisi pribadi seperti itu.
Apakah kita sudah hidup seperti gambaran pohon anggur, Ara, dan zaitun yang sadar bahwa jika kita bisa hidup memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan memberi manfaat bagi sesama, itu jauh lebih baik daripada sekadar mengejar ambisi minta dihormati manusia ?
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 10
"Mberat-Mberot"
Hakim-hakim 10:16 (TB) Dan mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, lalu mereka beribadah kepada TUHAN. Maka TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka.
Dari kekekalan hingga kekekalan, Allah tetaplah seorang Bapa. Bagaimanapun keadaannya, Ia tetap saja tidak akan tega ketika melihat anak-anak-Nya kembali minta digendong. Ia akan tetap terharu (ay.16) ketika anak-anak -Nya minta tolong. Tetapi dari bacaan hari ini kita menyadari bahwa masalah yang sebenarnya itu terletak pada diri kita sendiri. Sesungguhnya, lamanya kita berada dalam kesusahan akibat kemauan dan dosa sendiri benar-benar ditentukan oleh kesadaran kita. Mau semenit, mau sebulan, mau setahun berada dalam kesusahan karena dosa dan kesalahan sendiri, semuanya itu benar-benar ditentukan oleh sikap kita. Yang jelas, sebagai Bapa, Allah akan selalu bersedia menggendong kembali anak-anak-Nya yang akhirnya memutuskan mengaku dosa dan mengangkat tangan dengan penuh kerendahan hati untuk kembali dalam pelukan -Nya
Selamat berkarya & bekerja, terus doakan untuk Indonesia tercinta dalam perjalanan menuju PEMILU 2024. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan HAKIM-HAKIM 12 (hari ke 223)
Tafsiran :
Ada kecenderungan pada sebagian orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang membuat mereka dihargai. Bila pekerjaan itu tidak dipandang orang lain, maka akan sedikit orang yang bersedia melakukannya.
Kemenangan Yefta atas bani Amon ternyata tidak membuat semua orang senang. Ada orang Efraim yang merasa diabaikan karena tak disertakan dalam peperangan. Mereka marah karena tidak mendapat peranan penting dalam peperangan itu. Bahkan mereka sampai mengancam akan membakar Yafet dan rumahnya (1). Bagi orang Efraim, suksesnya peperangan itu tidak sepenting keterlibatan mereka di dalamnya. Suku yang sombong itu ingin dihormati oleh saudara mereka. Sebaliknya, mereka menganggap orang Gilead sebagai pelarian (4).
Menurut Yefta, ia sudah meminta pertolongan mereka, tetapi mereka tidak merespons (2). Jadi Allah memberikan kemenangan melalui dia. Orang Efraim sebenarnya memiliki kesempatan untuk menolong, tetapi mereka diam saja. Setelah perang usai dan Allah dipermuliakan, barulah mereka komplain. Maka Yefta merespons komplain orang Efraim dengan perang. Lalu orang Gilead menutup perbatasan dengan menduduki tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan (5). Untuk mengenali orang Efraim, mereka memakai kata sandi "syibolet" yang harus diucapkan oleh setiap orang yang menyeberang. Orang yang menjawab "sibbolet" adalah orang Efraim, karena itu harus dibunuh. Sebab orang Efaim tidak bisa menyebut "sy" (6)
Akhir perang memperlihatkan bahwa orang Efraim lebih bisa komplain daripada berperang. Terbukti orang Gilead dapat mengalahkan mereka dengan mudah sehingga empat puluh dua ribu orang Efraim tewas dalam kesia-siaan karena gila hormat. Berbeda dengan Yefta. Meski semula ia menjadi orang terbuang, tetapi kesediaan untuk dipakai Allah membuat hidupnya berarti, walau ada banyak hal yang harus ia pelajari dari kesalahan-kesalahannya. Kematian setelah masa enam tahun melayani sebagai hakim (7), tidaklah sia-sia. Kita harus menarik pelajaran dari Yefta.
Pembacaan HAKIM-HAKIM 13 (hari ke 224)
Tafsiran :
Siklus dosa, pertobatan, kelepasan, berkat, dan dosa lagi berlangsung terus dalam sejarah umat Israel. Karena dosa dan pemberontakan Israel, Allah kembali membiarkan mereka ditundukkan oleh bangsa Filistin. Dalam masa seperti itulah Simson lahir sebagai hakim Israel yang berikutnya. Berbeda dengan hakim-hakim yang lain, penulis kitab Hakim-hakim mengisahkan pilihan atas Simson telah dinyatakan sejak Simson belum dilahirkan.
Simson lahir dari seorang perempuan yang tadinya mandul (3). Perempuan itu mendapat pemberitahuan khusus dari Malaikat Tuhan bahwa ia akan memiliki anak yang akan menjadi nazir Allah (5) karena Allah akan melepaskan Israel dari tangan Filistin melalui Simson. Pemberitahuan ini begitu penting karena sejak mengandung bayinya, si ibu pun harus menjauhkan dirinya dari minuman yang memabukkan dan makanan yang haram (4). Simson harus kudus bahkan sejak masih menjadi janin.
Manoah, suami perempuan itu, kemudian meminta konfirmasi dari Tuhan. Untuk memenuhi permintaan Manoah, Malaikat Tuhan pun datang lalu berbicara mengenai anak yang akan dilahirkan (8-9). Malaikat Tuhan itu pun kemudian menunjukkan siapa diri-Nya yang sesungguhnya dengan naik dalam nyala api mezbah yang tengah membakar seekor anak kambing dan korban sajian yang dipersembahkan Manoah (20). Baru pada saat itulah Manoah dan istrinya sadar bahwa Malaikat Tuhan itu bukan manusia biasa dan bukan juga malaikat biasa. Mereka baru sadar bahwa mereka baru saja berbicara dengan Allah sendiri (21-23).
Sungguh ajaib peristiwa yang dialami Manoah dan istrinya. Namun tidak semua orang akan mengalami peristiwa ajaib seperti ini dalam kehidupan imannya. Tentu Allah memiliki pertimbangan dan rencana tersendiri sehingga ia memberi pengalaman-pengalaman ajaib itu kepada orang-orang tertentu. Bila kita tidak mengalaminya, tidak perlu berkecil hati karena bukan berarti kita tidak hidup benar atau tidak diperkenan Tuhan. Yang perlu kita kejar adalah pertumbuhan di dalam iman menuju kedewasaan di dalam Kristus.
Hari ke 225 pembacaan HAKIM-HAKIM 14
Tafsiran :
Sekali pun dikandung, dilahirkan, dan ditentukan untuk hidup sebagai nazir Allah, Simson tidak menjadi pahla-wan bagi Israel dengan sendirinya. Sepak terjangnya sebagai hakim diawali oleh pernyataan: "Mulailah hatinya digerak-kan oleh Roh TUHAN ..." (Hak. 13:25). Terjemahan yang lebih tepat adalah: "Mulailah Roh TUHAN menggerakkannya ...". Kata Ibrani patsam berarti "mendorong" atau "memaksa." Kata ini menyatakan bahwa seluruh perjalanan hidup Simson berada di bawah kendali Roh Allah. Itu berarti setiap sepak terjangnya, sekali pun tidak sesuai dengan panggilan kena-zirannya, digunakan Allah untuk merealisasikan segala rencana-Nya bagi umat-Nya.
Ini terlihat melalui kekerasan hati Simson untuk meng-ambil seorang gadis Filistin sebagai isterinya (ayat 1-3). Tindakan ini menunjukkan bahwa ia tidak menghargai panggilan kenazirannya. Meskipun Allah mengatur hal itu terjadi sebagai jalan untuk menghukum orang Filistin (ayat 4), bukan berarti Simson tidak bersalah. Apa yang terjadi berikutnya pun masih merupakan rangkaian tindakan yang berlawanan dengan panggilan kenazirannya. Ia bersentuhan dengan bangkai (ayat 5-9), dan mengadakan pesta yang biasanya menyajikan anggur (ayat 10). Tindakannya membunuh 30 orang Filistin, walau sesuai dengan keinginan Allah untuk menghukum Filistin, dilakukan dengan alasan yang salah. Namun kita tidak melihat adanya penyesalan dalam diri Simson, meski ia melakukan sesuatu yang dapat meretakkan hubungannya dengan Allah. Simson benar-benar tidak menghargai Allah, dan hak istimewa sebagai nazir yang Allah berikan kepada dia.
Masalah mendasar yang terdapat dalam diri Simson ada-lah bahwa ia tidak pernah tunduk pada otoritas Allah. Ini termanifestasi juga dalam ketidaktaatannya kepada orang-tuanya (ayat 3). Sebagai nazir ia tidak memiliki disiplin diri yang baik. Ia membiarkan hasrat menguasai dirinya (band. 1Kor. 9:27). Padahal disiplin dan penaklukan diri mengindikasikan penyerahan diri seseorang pada otoritas Allah
Belajar Hakim-Hakim 14
"Allah Kok Begitu ?"
Hakim-hakim 14:4 (TB) Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel.
Pernyataan pada ayat keempat (yang membuat kita bingung) tidak lantas menunjukkan bahwa Allah-lah membangkitkan keinginan Simson untuk menikahi seorang yang tidak percaya. Sebab awalnya Simson sebenarnya didorong oleh keinginannya sendiri untuk mencari seseorang pendamping dari mereka yang bukan umat Allah (bandingkan Yak 1:13-14). Niatnya itu bukan dari Allah, tapi dari dirinya sendiri. Tetapi, Allah kemudian memang menggunakan niat dosa Simson itu sebagai kesempatan untuk mencapai maksud-Nya terhadap orang Filistin bagi kebaikan Israel ( Hak.15).
Allah sebenarnya sering memanfaatkan orang yang berkarakter buruk dan peristiwa yang nampak buruk menjadi alat untuk melaksanakan rencana-Nya. Apakah Yudas "dibuat" Allah sebagai seseorang yang tamak ? Sama sekali tidak. Ketamakan itu benar-benar dari hatinya sendiri, sehingga akhirnya ia secara tidak langsung "membantu" mewujudkan kejadian penyaliban Yesus. Lalu Pontius Pilatus. Apakah Allah yang membuatnya takut mengambil keputusan sesuai dengan hati nuraninya? Sama sekali tidak. Ketidakberaniannya itu benar-benar berasal dari hatinya sendiri hingga ia menjadi alat di tangan Allah untuk membawa Yesus ke bukit Golgota guna memenuhi misi penebusan dosa umat manusia. Ya, faktanya di balik tindakan-Nya yang mungkin tidak masuk akal bagi kita -- dan terkesan kontradiktif menurut pemikiran manusia -- selalu ada rencana-Nya yang baik.
Selamat libur akhir pekan saudara2ku. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 15
"United VS Untied"
Hakim-hakim 15:4 (TB) Maka pergilah Simson, ditangkapnya tiga ratus anjing hutan, diambilnya obor, diikatnya ekor dengan ekor dan ditaruhnya sebuah obor di antara tiap-tiap dua ekor.
Sadarkah kita bahwa kata "united" sebenarnya sangat dekat posisinya dengan makna sebaliknya? "Untied" (tidak terikat alias terpisah). Nah, bukannya united, bukankah gereja-gereja sekarang ini lebih cenderung united ? Bukannya berfikir dan bekerja bersama-sama sehingga kabar baik dapat mencapai segala penjuru dunia, bukankah kita malah cenderung saling bersaing dan bahkan menjatuhkan ? Agar sebuah pesan tersampaikan dengan jelas, menyeluruh, dan efektif -- seperti halnya Simson yang menyampaikan pesan pada orang Filistin melalui serigala-srigala yang ditangkapnya -- maka namanya kesatuan sangat diperlukan. Ya, bukannya terpisah-pisah dan melakukannya sendiri-sendiri, gereja yang mengaku mengasihi Kristus idealnya bekerja bersama-sama dan bekerja sama untuk memberitakan kabar baik dari-Nya.
Selamat malam dan istirahat, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 16
"Bagaimana jika Simson Botak"
Dalam Yohanes 15:5 (TB) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Simson tidak menjadi lemah karena rambutnya-- yang dianggap sebagai sumber kekuatannya itu -- dipotong. Ia menjadi lemah karena Tuhan telah meninggalkannya. Pemotongan rambut adalah simbol terputusnya komitmen yang ada antara ia dan Tuhan, yang terjalin sejak ia menjadi Nazir ketika bayi.
Kita memang tidak bisa berharap memiliki kekuatan seperti Simson, tapi pada kenyataannya Tuhan sumber kuat kita. Tanpa-Nya, kita ibarat ranting yang tidak menempel pada pokoknya. Hanya tunggu waktu saja sebelum akhirnya mengering dan mati.
Penyertaan Tuhan, inilah yang kita perlukan dalam menjalani segala musim kehidupan. Dari mana penyertaan ini didapat? Dari komitmen untuk senantiasa hidup dekat dengan-Nya. Saat kita hidup jauh dari-Nya (baca: kita meninggalkan-Nya), maka hilang pula kekuatan kita dalam menjalani hidup.
Selamat hari Minggu & beribadah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 17
"Hidup Tanpa Panduan"
Dalam 2 Timotius 3:16 (TB) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Nama Mikha memang mengandung arti "Yang seperti Yahweh", tapi kisah hidup Mikha yang berasal dari pegunungan Efraim ini ternyata sama sekali tidak memperlihatkan karakter Yahweh. Hidupnya benar-benar bobrok secara moral dan rohani. Ia mencuri uang dari ibunya sendiri. Di sisi lain, ibunya juga sama. Perilakunya sangat tidak mendidik. Bukannya mendisiplin sang anak, ia malah memberkatinya. Sudah begitu, ia malah minta seseorang untuk membuat patung sesembahan.
Kehidupan moral dan rohani benar-benar rusak. Ibu dan anak ini seolah-olah sama sekali tidak pernah mengenal firman Tuhan. Segala tindakan mereka berlawanan dengan hukum Taurat; hormatilah ayah dan ibumu, serta jangan membuat patung untuk disembah. Mengapa keadaan seperti ini dapat tercipta? Ayat yang keenam menjawabnya. Semua itu terjadi karena tidak adanya pemimpin atau panduan.
Karena itu, kita semestinya bersyukur karena memiliki firman Tuhan, yang bahkan sudah dapat kita bawa ke mana -mana dengan mudah karena terinstal di handphone. Bayangkan jika Tuhan tidak pernah memberikan panduan ini, akan jadi bagaimana hidup dan sikap kita? Kehidupan pekerjaan, keluarga, dan sosial akan penuh dengan damai sejahtera dan berkat saat kita berkomitmen untuk menjalani dengan panduan yang benar, yaitu firman Tuhan. Sayangnya, bukankah kita justru sering kali tak mengindahkannya ? Mari bertobat.
Belajar Hakim-Hakim 18
"Bobroknya Kehidupan Rochani Orang Israel"
Ibrani 10:25 (TB) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Bobroknya kehidupan kerohanian orang Israel pada waktu itu ternyata masih terus berlanjut. Jika berhala yang dibuat oleh keluarga Mikha berada di kediaman Mikha, kini dikisahkan direbut dan dipelihara oleh suku Dan. Kisah ini seakan semakin menegaskan betapa rusaknya kehidupan rohani bangsa Israel pada waktu itu.
Dan lagi-lagi sebabnya adalah sama, yakni karena tidak adanya pemimpin, yang mampu memberikan arahan rohani kepada bangsanya. Fakta ini menegaskan betapa pentingnya seorang pemimpin rohani. Betapa tidak, bukankah sebenarnya mereka adalah orang-orang yang melihat sendiri penyertaan dan mukjizat Tuhan ketika memasuki negeri Kanaan ? Mereka pun terserak dan bertindak menurut keinginan mereka sendiri.
Firman Tuhan, seperti yang telah dikatakan pada renungan sebelumnya memang sangat penting. Meski demikian, kita tidak bisa mengesampingkan dua faktor lain yang juga sangat penting dalam menentukan sikap dan hidup rohani kita.
▪︎Yang pertama adalah pemimpin rohani. Ia adalah gembala gereja di mana kita bergereja, atau mungkin pastor, pendeta, atau mungkin kakak² rochani biarwan/biarawati. Bagaimanapun kita membutuhkan mereka untuk mengarahkan kita.
▪︎Yang kedua adalah saudara-saudara seiman. Kita dibentuk oleh lingkungan kita. Kita bisa saja sudah memiliki Firman sebagai panduan dan pembimbing rohani sebagai pengarah, tapi tidak bisa disangkal bahwa tingkah laku dan pola pikir kita pada akhirnya juga akan dipengaruhi oleh orang-orang yang berada disekitar kita. Jadi jangan pernah sekali-kali menjauhkan diri dari persekutuan dengan saudara-saudara seiman. Bukankah dengan mereka kita dapat saling membangun dan menasehati, mengingatkan dan menjaga ?
Selamat hari minggu dan terus bertumbuh dalam iman. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Selamat malam dan tetap berjuang untuk hidup mau diubahkan oleh Roh Kudus melalui berkomitmen membaca firman Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 19
"Saudara Seiman Apanya ?"
Hakim-hakim 19:12 (TB) Tetapi tuannya menjawabnya: "Kita tidak akan singgah di kota asing yang bukan kepunyaan orang Israel, tetapi kita akan berjalan terus sampai ke Gibea."
Tetapi pemikiran yang benar itu tidak di barengi dengan fakta yang sesuai dengan harapannya. Orang-orang sebangsanya justru berbuat yang tidak semestinya. Bukannya memberikan tempat bermalam (perhatikan bahwa yang akhirnya memberi tempat bermalam adalah pendatang; ay 16) dan menerimanya dengan baik, mereka malah menunjukkan sikap yang benar-benar bejat. Peristiwa mengerikan ini mungkin tidak akan terjadi andai saja orang Lewi dan selirnya itu memutuskan untuk bermalam di Yebus.
Kita bisa saja mengutuki apa yang suku Benyamin di Gibea lakukan pada orang sebangsanya itu. Jangan-jangan -- meski tidak separah mereka -- kita melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Tanpa sadar, apa yang kita ucapkan atau apa yang kita lakukan mungkin membuat saudara seiman telah berfikir: "Aku telah salah memutuskan untuk menjadi Kristiani" atau "Aku telah salah memutuskan untuk datang beribadah di gereja". Atau sebaliknya, tindakan dan ucapan dan tindakan kita membuat mereka berfikir "Saya telah mengambil keputusan yang tepat. Inilah tempat yang kita cari-cari"? Biarlah orang Lewi ini menjadi yang terakhir yang mengalami perlakuan yang ironis semacam itu.
Selamat malam dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 20
"Do Right in Right Way"
Hakim-hakim 20:18 (TB) Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana mereka bertanya kepada Allah: "Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju berperang melawan bani Benyamin?" Jawab TUHAN: "Suku Yehudalah lebih dahulu."
Melakukan hal yang benar memang harus, tapi jangan lupa bahwa kita juga harus melakukan hal yang benar itu dengan cara yang benar. Bangsa Israel memang melakukan hal yang benar, tapi karena melakukannya dengan cara yang tidak benar (tidak bertanya terlebih dahulu pada Tuhan), maka kekalahanlah yang harus mereka cicipi. Nah, semoga apa yang mereka alami ini dapat menjadi pelajaran yang berarti bagi kita semua. Jangan mentang-mentang merasa melakukan hal yang benar, lantas dapat berbuat menurut cara kita sendiri.
Lakukan yang benar dengan cara yang benar.
Selamat pagi, selamat berkarya dan bekerja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Hakim-Hakim 21
"Patokan Baik & Buruk"
Hakim-hakim 21:16 (TB) Kemudian berkatalah para tua-tua umat itu: "Apakah yang dapat kita lakukan kepada yang tinggal ini dalam hal mencarikan isteri? Sebab perempuan-perempuan telah punah dari antara suku Benyamin."
Pasal ini akhir dari narasi pasal 17:21 yang menggambarkan kondisi bangsa Israel yang begitu carut-marut secara rohani, moral, dan sosial karena pengenalan mereka terhadap Allah begitu tergantung kepada individu pemimpin yang juga bobrok secara rohani, moral dan rohani.
Bukankah sebagai pembaca kita dapat dengan mudah memahami tindakan mereka itu salah besar ? Tapi mengapa peristiwa yang semudah itu dinilai baik buruknya justru membuat Israel pada waktu itu benar-benar buta secara akhlak ?
Ukuran baik buruk ternyata tidak hanya dapat diukur dari akhlak (kata hati), tapi dalam kasus tertentu bisa juga dari adat istiadat. Nah, besar kemungkinan pada waktu itu bangsa Israel mengukur baik dan buruk atas segala sesuatu menurut aliran adat istiadat ini, di mana baik dan buruk ditentukan oleh adat istiadat yang berlaku dan dipegang oleh masyarakat.
Lalu bagaimana dengan kita? Bagaimana kita menentukan baik dan buruknya sesuatu ? Adat istiadat tentunya tidak boleh menjadi patokan. Di sisi lain akhlak atau kata hati boleh saja, tapi hati-hati sebab kita bisa terjebak dalam kesalahan yang sama yang dibicarakan dalam renungan sebelumnya.
Terlebih dari itu semua, kita harus menggunakan patokan iman kita kepada Tuhan, yakni menilai baik dan buruknya sesuatu berdasar apakah itu yang Tuhan mau, Tuhan ingin kita lakukan atau Tuhan tidak mau, yang Ia tidak ingin kita lakukan.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin