BUNGA MELATI
1 PASAL SEHARIHari ke pembacaan 1 Raja-raja 1
Belajar 1 Raja-raja 1
"Aku Mau ..."
1 Raja-raja 1:5 (TB) Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya.
Adonia tidak menghormati Daud sebagai ayahnya sekaligus raja yang masih hidup. Adonia mengangkat dirinya menjadi raja. Ia sudah mempersiapkan rencana dengan matang. Membujuk dan merekrut orang-orang kunci dalam kerajaan, yaitu Yoab dan imam Abyatar (ay. 6). Namun sejarah mencatat, orang yang berambisi akhirnya dikalahkan oleh ambisinya sendiri. Adonia gagal menjadi raja, sebagai gantinya Daud justru memilih Salomo menjadi raja.
Jangan mempromosikan diri kalau Tuhan tidak mengangkat kita. Kata-kata yang paling berbahaya adalah: Aku mau..." Adonia berkata, "Aku mau menjadi raja." Akhir hidup Adonia pun menyedihkan. Lucifer berkata, "Aku hendak naik ke langit. Aku hendak mendirikan takhtaku. Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi." Malaikat sombong itu pun jatuh dari langit. Melalui Firman Tuhan ini, baiklah kita menjaga hati kita. Jangan berkata, "Aku mau ..." Tapi biarlah hidup kita menurut apa yang Tuhan mau bagi kita. Bukan kehendak kita, tapi biarlah kehendak Tuhan yang terjadi.
Selamat menjalani kehidupan hari ini terus tetap rendah hati. Tuhan Yesus akan terus menopang pergumulan hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin🙏🏻
Belajar 1 Raja-raja 2
"Daud Masih Dendam ?"
1 Raja-raja 2:5 (TB) Dan lagi engkau pun mengetahui apa yang dilakukan kepadaku oleh Yoab, anak Zeruya, apa yang dilakukannya kepada kedua panglima Israel, yakni Abner bin Ner dan Amasa bin Yeter. Ia membunuh mereka dan menumpahkan darah dalam zaman damai seakan-akan ada perang, sehingga sabuk pinggangnya dan kasut kakinya berlumuran darah.
Mengapa Daud memberi pesan kepada Salomo untuk memperhitungkan dosa-dosa lama Yoab dan Simei ? Apakah hal ini merupakan balas dendam Daud ? Tentu saja tidak ! Kalau mau, sebenarnya bisa saja Daud langsung menghukum Yoab dan Simei dengan tangannya sendiri. Hanya saja, waktu itu Daud mungkin berfikir bahwa ia masih mampu menangani Yoab dan Simei dengan tangannya sendiri. Lagi pula situasi politik yang belum stabil bisa menjadi salah satu pertimbangan Daud untuk menunda melakukannya.
Namun kini ketika Salomo naik takhta, Daud benar-benar ingin memastikan Salomo aman dari Yoab dan Simei. Melihat track recordnya, Yoab sama sekali tidak bisa dipercaya. Apalagi saat Yoab lebih memihak kepada Adonia. Sedangkan Simei, sebagai keturunan Saul, masih saja mendendam dengan Daud.
Perintah Daud yang terdengar kejam itu sebenarnya bentuk lain dari kasih Daud kepada Salomo. Persis seperti ketika Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menghalau dan membunuh semua orang Kanaan. Terlihat kejam, tapi itu ekspresi kasih Bapa untuk melindungi anaknya. Dengan sudut pandang yang tepat kita bisa memahami kasih bapa kepada anaknya.
Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkat. Amin
Pembacaan 1 Raja-raja 1 (hari ke 292)
Kehendak Allah, situasi dunia, dan peran Kristen.
Kristen sering diperhadapkan pada kenyataan bahwa situasi dunia cenderung menentang kehendak Allah. Kekuatan penguasa sangat kuat hingga membuat Kristen cenderung berpikir bahwa perlu mujizat atau keajaiban besar agar kehendak-Nya jadi di bumi. Benarkah demikian? Bagaimana dengan perealisasian kehendak Allah mengenai suksesi Daud?
Keadaan fisik Daud semakin lemah dan kemampuan memimpin negara pun nampaknya pudar. Para pegawainya malah membuat Daud 'sibuk' dalam buaian Abisag, sehingga ia melupakan sama sekali mengenai 'suksesi'. Ini berarti kerajaan terancam vakum atau akan terjadi perang saudara, jika Daud mati sebelum mengumumkan penggantinya. Adonia melihat dan menggunakan kesempatan itu untuk menjadikan dirinya raja. Ia memiliki segala peluang: kasih sayang Daud, anak tertua, perawakan yang elok, dukungan dari orang-orang ahli yang pernah menjadi pembantu setia Daud, salah satunya Yoab. Nampaknya Adonia pasti akan menjadi pengganti Daud dan itu berarti kehendak Allah tidak terealisasi di kerajaan Israel (lih. 2Sam. 12:24-25). Siapa yang berani menentang Adonia menjadi raja?. Di samping resiko terlalu besar, kesempatan pun langka.
Dalam krisis yang demikian, Natan muncul. Ia adalah nabi yang selalu tampil sebagai manusia biasa, seperti tanpa kuasa untuk membuat mujizat. Walau demikian, apa yang ia lakukan menunjukkan seorang manusia berkualitas tinggi, berhikmat, berstrategi, berencana, dan tidak terburu nafsu. Ia tahu bahwa menentang Adonia langsung sangat berbahaya dan tidak efektif. Satu-satunya cara untuk menggagalkan 'manuver' Adonia adalah Daud sendiri harus menyatakan siapa penggantinya. Untuk mendorong Daud berbicara, Natan menggunakan strategi dan pendekatan yang sangat cerdik, tepat, dan tulus. Ia melibatkan Batsyeba, istri Daud tercinta dan mempersiapkan apa yang harus diucapkan oleh Batsyeba. Ia juga telah merencanakan kapan harus menghadap Daud dan apa yang harus ia katakan kepada Daud.
Renungkan: Untuk merealisasikan kehendak-Nya, Allah mengizinkan peran Natan yang menggunakan hikmat, strategi, dan rencana yang matang untuk mengingatkan Daud tentang janji Tuhan. Hai Kristen Indonesia teladanilah Natan dalam berperan bagi terealisasinya kehendak Allah di bumi Indonesia. Keterlibatan nyata apakah yang akan Anda wujudkan?
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 2 (hari ke 293)
Mental, firman, dan tidak setengah-setengah.
Dalam masyarakat Indonesia, program asuransi mulai menjamur. Salah satu program asuransi yang paling diminati adalah asuransi bersifat tabungan bagi masa depan anak-anak. Artinya, orangtua membeli sebuah program asuransi yang dapat memberikan bekal bagi masa depan anaknya, baik untuk sekolah maupun keperluan lainnya. Sesungguhnya ini bukan tindakan yang berdosa atau meragukan pemeliharaan Allah. Namun jika yang diutamakan adalah bekal uang bagi masa depan anak-anak, itu berarti menempatkan anak-anak kita pada jalur yang licin dan mengarah kepada jurang kehancuran, karena bekal uang saja tidaklah cukup. Anak-anak perlu sesuatu yang lebih penting daripada sekadar uang, yang mampu menjamin bahwa masa depan mereka menuju kepada kebahagiaan sejati.
Daud pasti juga meninggalkan kekayaan yang besar kepada Salomo. Namun dalam perikop ini hanya nasihat-nasihat Daud kepada Salomo yang dicatat. Hal ini menekankan bahwa nasihat-nasihat Daud jauh lebih berharga dan bermakna bagi Salomo, dibandingkan kekayaan. Di dalam nasihat Daud terdapat sebuah kunci untuk membuka sumber kebahagiaan dan keberhasilan di dalam pemerintahannya dan dinasti selanjutnya (ayat 3-4). Ini menandakan bahwa pemilihan Allah atas Salomo adalah tanpa syarat, namun berkat Allah selanjutnya bersyarat. Berkat ini jauh melebihi harta kekayaan, karena di dalamnya Allah terlibat untuk merealisasikan kebahagiaan dan keberhasilan.
Kunci itu secara khusus terdapat di dalam sikap mental yang kuat dan kokoh dalam mengikut Dia, tidak mudah terombang-ambing dan tergoda (ayat 2), ketaatan terhadap firman Tuhan dalam kehidupannya (ayat 3), dan menuntaskan perkara-perkara yang dapat mengganggu masa depan (ayat 5-10). Dengan kata lain kunci itu meliputi 3 area penting yaitu mental, firman, dan tidak setengah-setengah.
Renungkan: Sudahkah ketiga area di atas menjadi fokus utama bagi kita dalam mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus, agar mereka memiliki masa depan yang terjamin dan menuju kebahagiaan sejati? Contoh: untuk taat pada firman selalu diperlukan mental yang kuat, namun mental yang kuat juga memerlukan firman. Kemudian mental yang kuat akan membuat tindakan kita tidak setengah-tengah dalam menaati firman-Nya.
Hari ke 294 pembacaan 1 RAJA-RAJA 3
Tujuan Menghalalkan Prioritas.
Prioritas yang diambil dalam kehidupan seseorang sudah dapat menggambarkan kehidupan macam apakah yang akan dipunyainya kelak. Dengan kata lain penentuan prioritas adalah sangat vital bagi kehidupan seseorang. Dalam perikop ini kita bisa melihat bahwa prioritas yang diambil oleh Salomo merupakan preseden yang buruk walaupun karunia Allah tetap menyertainya.
Setelah tindakan pembersihan musuh-musuh dari dalam tahta dan pemerintahan Salomo menjadi kuat dan kokoh (2:13-46). Namun demikian, Salomo terus memprioritaskan untuk terus memperkokoh tahta dan pemerintahannya. Karena itulah seluruh keputusan dan tindakannya selalu bermotivasikan hal itu. Hubungan luar negeri yang baik penting untuk memperkokoh tahta karena itu ia menggalang aliansi dengan Mesir dengan menjadi menantunya. Lalu sesuai dengan 'kunci' yang diberikan Daud, Salomo juga menunjukkan kehidupan kerohanian yang indah di mana kasihnya kepada Tuhan dimanifestasikan lewat hidup yang taat kepada-Nya. Kemudian, menyadari bahwa ia mendapat tahta karena kasih karunia-Nya, ia masih sangat muda dan betapa kompleksnya memimpin bangsa yang besar, maka ia pun memprioritaskan untuk meminta hikmat untuk memimpin bangsa ini yang kemudian dengan sendirinya tahta dan pemerintahannya semakin kokoh.
Sangat jelas terlihat bahwa prioritas Salomo adalah campur aduk antara bergantung kepada keterlibatan Allah dan manusia sebagai faktor yang sama-sama dominan. Ia bergantung kepada manusia ketika menjalin aliansi dengan Mesir karena firman Allah telah melarangnya untuk mempunyai banyak istri (Ulangan 17:17) mengingat bahwa putri Firaun bukanlah istri pertama Salomo. Disamping itu ia juga melupakan kerohanian bangsanya karena mereka dan ia sendiri masih mempersembahkan di bukit-bukit pengorbanan. Walau kasih karunia Allah masih menyertai Salomo terbukti dengan dikabulkannya permohonan Salomo dan bahkan diberkati oleh banyak hal yang tidak ia minta, namun tindakan Salomo ini merupakan suatu awal yang buruk. Karena setelah itu Salomo cenderung mempunyai lebih banyak istri yang akhirnya membawa pada kehancurannya.
Belajar 1 Raja-raja 3
"Doa Yang Tidak Egois"
1 Raja-raja 3:13 (TB) Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang pun seperti engkau di antara raja-raja.
Mengapa Tuhan tidak hanya mengabulkan apa yang Salomo minta, melainkan menambahkan kekayaan, kemuliaan, dan panjang umur kepadanya ? Karena sesungguhnya itulah doa yang menyenangkan hati Tuhan. Doa yang tidak mementingkan diri sendiri atau meminta sesuatu untuk dirinya sendiri, melainkan doa yang mendatangkan kebaikan bagi orang banyak.
Mari belajar seperti Salomo yang meminta sesuatu justru untuk kepentingan umat Tuhan. Berkatnya sungguh luar biasa, sebab apa yang tidak diminta Salomo justru ditambahkan oleh Tuhan. Ya, Tuhan senang jika kita selalu menaikan doa-doa syafaat. Sebab jangan pernah berhenti mendoakan orang lain, pekerjaan Tuhan, ataupun bangsa dan negara kita. Tuhan suka kepada doa yang tidak egois.
Selamat malam dan istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 4
"Hikmat Salomo"
1 Raja-raja 4:34 (TB) Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.
Kebesaran Salomo berawal dari hikmat Salomo. Hikmat Salomo berasal dari Tuhan, Sumber Hikmat. Jika kita ingin menjadi orang yang berhasil, kuncinya adalah apakah kita memiliki hikmat Tuhan.
Bagaimana kita bisa mendapatkan hikmat dari Tuhan ? Dalam Amsal 1:7 menyatakan dengan jelas bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan atau hikmat. Jika dirunut lebih dalam lagi, kunci keberhasilan sesungguhnya bagaimana hidup takut akan Tuhan. Jika kita hidup takut akan Tuhan dan menghormati Tuhan, maka Tuhan pun tidak segan-segan melimpah-limpahkan hikmat -Nya kepada kita. Miliki hikmat Tuhan dan lihatlah bagaimana Tuhan akan mengangkat kita, memperluas daerah kita, dan menjadi kita besar di tangan-Nya.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Jangan lupa untuk selalu bersyukur. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 5
"Bait Suci : Ide Tuhan ?"
1 Raja-raja 3:3 (TB) Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan.
Mengapa Allah menerima ide Daud untuk membangun Bait Suci ? Allah menyetujui pembangunan Bait Suci bukan untuk kepentingan dan keuntungan Tuhan. Sebab semegah-megahnya Bait Suci yang didirikan Salomo, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan takhta Allah di Sorga. Allah menyetujui pembangunan Bait Suci semata-mata untuk kebaikan umat Tuhan. Sebelum Bait Suci dibangun, umat Israel beribadah dan mempersembahkan korban kepada Allah di bukit-bukit pengorbanan (1 Raja-raja 3:3). Bahayanya, umat Israel bisa terjebak melakukan penyembahan di bukit-bukit pengorbanan seperti halnya yang dilakukan oleh orang-orang Kanaan yang menyembah berhala di bukit-bukit pengorbanan juga. Dengan adanya Bait Suci, umat Tuhan bisa menyembah Allah Israel dengan benar, seperti yang dikehendaki Tuhan.
Hal yang sama berlaku soal bagaimana membangun gedung gereja. Tuhan tidak pernah memerintahkan kita membangun gedung gereja. Namun itu bukan berarti kita tidak perlu membangun gedung gereja. Bukan mutlak, tapi memang penting bagi berkumpulnya umat Tuhan untuk beribadah. Yang penting justru seperti apa orang percaya yang ada di dalam gereja itu.
Selamat berkarya, tetap semangat dan andalkan Tuhan dalam setiap pergumulan hidup kita. Pasti Tuhan tolong. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 6
"Hal yang Lebih Penting"
1 Raja-raja 6:12 (TB) "Mengenai rumah yang sedang kaudirikan ini, jika engkau hidup menurut segala ketetapan-Ku dan melakukan segala peraturan-Ku dan tetap mengikuti segala perintah-Ku dan tidak menyimpang dari padanya, maka Aku akan menepati janji-Ku kepadamu yang telah Kufirmankan kepada Daud, ayahmu,
Jika pelajaran dalam pasal 6 itu kita tarik di zaman sekarang, maka kita harus memiliki pemahaman yang benar bahwa gedung gereja yang megah, indah, dan mewah bukanlah segala-galanya. Tuhan lebih tertarik kepada orang percaya yang ada di gedung itu, daripada tertarik kepada gedung itu sendiri. Alangkah bodohnya kita, jika kita menyangka Tuhan akan kesengsem dengan hal-hal materi yang kita persembahkan bagi-Nya. Tuhan kesemsem justru ketika kita hidup dalam ketaatan dan mengikuti kehendak-Nya. Hidup kita adalah persembahan terbaik (Roma 12:1). Kalaupun kita membangun gedung gereja yang megah beserta fasilitas yang lengkap, itu hanya akspresi kasih kita kepada-Nya
Selamat berkarya dan jadikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup atas kasih-Nya yang telah mati di Kayu Salib untuk menebus dosa-dosa kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 7
"Delegasi"
1 Raja-raja 7:14 (TB) Dia adalah anak seorang janda dari suku Naftali, sedang ayahnya orang Tirus, tukang tembaga; ia penuh dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan untuk melakukan segala pekerjaan tembaga; ia datang kepada raja Salomo, lalu melakukan segala pekerjaan itu bagi raja.
Mempercayakan sebuah tugas kepada orang lain yang dianggap memiliki kompetensi yang mumpuni itulah yang di dalam dunia manajemen disebut delegasi. Justru dengan mempercayakan pekerjaan tembaga kepada Hiran, terlihat jelas betapa pintarnya Salomo. Dengan demikian Salomo memiliki cukup banyak waktu untuk mengurus hal-hal lain.
Kita sering menjumpai hal seperti ini: semakin pintar atau ahli seseorang, semakin ia takut mempercayakan tugas kepada orang lain. Barangkali ia berfikir bahwa kualitas kerja yang dihasilkan tidak sempurna jika ia mengerjakannya sendiri.
Dengan mendelegasikan sebuah tugas kepada orang lain maka kita akan memiliki cukup waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih penting, dan pada saat yang sama kita memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Selamat berkarya, selamat mensyukuri hari² yang Tuhan berikan kepada kita hingga saat ini serta selamat menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 4
Tafsiran :
Apa yang paling Anda inginkan dari Anda untuk diingat orang lain, setelah Anda meninggal nanti? Mungkin akan muncul berbagai jawaban: kebaikan, kesalehan, kepandaian ataupun kekayaan. Setelah Salomo meninggal, yang paling diingat oleh manusia sepanjang zaman adalah kebesarannya, kekayaannya, kepandaiannya, istri dan gundik yang banyak.
Wilayah kekuasaan Salomo begitu besar, mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir. Tidak hanya itu, bangsa-bangsa lain pun memberi upeti kepada Salomo seumur hidupnya. Karena begitu besar kerajaannya, Salomo mempekerjakan banyak staf, ini berarti ia memerlukan jumlah makanan yang besar setiap harinya. Kedamaian mewarnai seluruh kerajaannya seumur hidupnya. Ia pun memiliki kuda yang begitu banyak dengan makanan yang terjamin. Bahkan kepandaian Salomo melebihi siapa pun dari bangsa-bangsa lain dan ia pun menguasai ilmu pengetahuan (ayat 32-34).
Secara singkat kebesaran Salomo dalam hal-hal di atas jauh melebihi Daud ayahnya. Namun sepanjang sejarah raja-raja Israel yang selalu menjadi tolok ukur di hadapan Allah adalah Daud. Allah tidak pernah menggunakan kebesaran yang dimiliki oleh Salomo sebagai tolok ukur bagi raja-raja selanjutnya. Tolok ukur yang Allah gunakan adalah kesetiaan dan ketaatan raja-raja Israel kepada perintah Allah. Daud sudah membuktikan kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah Israel dan tidak pernah menyimpang daripada-Nya. Sebaliknya, Salomo di dalam kebesarannya telah menjauh dari apa yang digariskan Tuhan. Misalnya, seorang raja tidak boleh mempunyai banyak kuda (Ul. 17:16), tetapi Salomo melanggarnya; seorang raja harus menyuruh menulis salinan hukum-hukum Allah dan membacanya siang malam, tetapi Salomo tidak melakukannya. Artinya kebesaran dan kejayaan Salomo tidak mengandung nilai-nilai kekal dan illahi yang sesuai dengan tolok ukur Allah. Itulah sebabnya ia terkenal untuk hal yang lain.
Renungkan: Manakah yang ingin kita pilih, seperti Salomo dengan segala kebesarannya atau seperti Daud yang terkenal karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Ataukah Anda ingin seperti kedua-duanya?
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 5 (hari ke 296)
Tafsiran :
Persiapan pembangunan Bait Allah dilakukan secara teliti, cermat, dan dengan perhitungan yang matang. Untuk kayu dipilihlah kayu dari pohon aras yang terkenal sangat baik dan untuk dasar rumah dipilih pula batu-batu yang mahal. Untuk pekerja-pekerja utama dipilih orang-orang Sidon yang memang ahli menebang pohon. Persiapan ini juga melibatkan ratusan ribu pekerja termasuk di dalamnya 30.000 orang yang bekerja secara bergilir.
Tampaknya persiapan Salomo begitu sempurna sehingga segala sesuatu berjalan lancar, mulai dari pengadaan material yang dipakai sampai sumber daya manusia yang dibutuhkan. Namun bila kita amati dengan seksama, akan terlihat kekhilafan cukup fatal yang dilakukan Salomo. Untuk mendapatkan pohon aras dari raja Tirus, Salomo melakukan strategi pendekatan yang canggih terutama dalam soal pembayaran sehingga perjanjian kerja dapat disetujui dengan baik. Semua pihak disenangkan. Bahkan raja Hiram sampai memuji Tuhan sebagai pengakuan atas kehebatan Salomo. Sebaliknya ketika ia membutuhkan sumber daya manusia dari bangsanya sendiri, Salomo menggunakan pendekatan pemaksaan yaitu kerja rodi dengan sistem bergilir tanpa bayaran. Mereka tahu bahwa Bait Allah itu adalah untuk kepentingan kehidupan rohani mereka, namun demikian tak satu pun pujian keluar dari mulut bangsa Israel yang terlibat dalam kerja rodi, sebagai respons atas persiapan pembangunan Bait Allah.
Pembedaan dalam pendekatan ini menunjukkan keteledoran yang timbul dari sikap menganggap remeh dan semena-mena dari Salomo terhadap rakyat kecil. Walaupun konsekuensi secara langsung tidak dialami oleh Salomo, tindakannya itu bisa dianggap sebagai menabur suatu biji permasalahan yang nantinya akan berbuah yang menjadi pemicu perpecahan kerajaan Israel (1Raj. 12:4). Salomo sudah menabur suatu biji permasalahan yang tampaknya sepele, namun setelah kematiannya biji itu menjadi pemicu kesulitan besar dan perpecahan.
Renungkan: Dalam melaksanakan tugas pelayanan atau pekerjaan, terutama yang menyangkut manusia, pikirkan secara bijak dan untuk jangka panjang. Keteledoran sepele masa kini merupakan sebuah bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak, sehingga mengakibatkan kehancuran pelayanan atau pekerjaan yang sedang kita tekuni. Apa yang kita tabur kini, akan kita tuai kelak.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 6 (hari ke 297)
Tafsiran :
Ketika kita menikmati kemegahan sebuah gedung dengan gaya arsitektur yang menakjubkan, kita akan mengagumi keindahan dan detail bangunan tersebut. Pembangunan Bait Suci selain sebagai tempat ibadah dan mempersembahkan kurban bagi bangsa Israel, juga dimaksudkan untuk membangkitkan perasaan terpesona terhadap kemegahan dan kemuliaan Bait Suci.
Namun fokus bangsa Israel tidak tepat jika hanya diarahkan pada kemegahan Bait Suci. Ada sesuatu yang jauh lebihpenting berkaitan dengan pembangunan Bait Suci, yakni datangnya firman Tuhan kepada Salomo (11-13).
Bait Suci merupakan lambang kehadiran Tuhan, bahwa Tuhan menyertai umat-Nya. Janji penyertaan Tuhan ini berkaitan erat dengan syarat yang harus dipenuhi oleh Salomo, yakni kesetiaan untuk menaati segala ketetapan, peraturan, dan perintah Tuhan. Janji yang mana?
Pasal 2:4 menjelaskan bahwa keberlangsungan kerajaan Israel dipengaruhi oleh kesetiaan Salomo dan raja-raja Israel berikutnya. Dengan kata lain, kerajaan Israel akan runtuh dan Tuhan akan meninggalkan Bait Suci. Artinya, Tuhan tidak menyertai jika Salomo dan raja-raja berikutnya tidak setia.
Fakta sejarah kerajaan Israel membuktikannya, yakni ketika Zedekia menjadi raja (18-25:9). Kesetiaan untuk taat pada akhirnya bukan hanya meruntuhkan kerajaan Yehuda, tetapi menghancurkan Bait Suci juga. Tuhan membuang umat-Nya.
Kita sangat membutuhkan penyertaan Tuhan. Melalui penyertaan-Nya, kita dilindungi, dipelihara, dan diberkati. Pertanyaan terpenting bagi diri kita adalah sudakah kita taat pada kebenaran firman Tuhan?
Kalaupun Tuhan, di dalam Kristus dan melalui karya Roh Kudus, berkenan menyertai kita di tengah-tengah keberdosaan kita, itu semata-mata anugerah Tuhan. Namun, anugerah yang kita terima bukan berarti meniadakan tanggung jawab kita untuk taat pada firman Tuhan. Sebaliknya, anugerah seharusnya mendorong kita untuk taat kepada Tuhan. Itulah respons kasih yang seharusnya kita terima dari Tuhan.
Belajar 1 Raja-raja 9
"Tuhan Memperingatkan"
1 Raja-raja 9:6 (TB) Tetapi jika kamu ini dan anak-anakmu berbalik dari pada-Ku dan tidak berpegang pada segala perintah dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya,
Hidup ini pilihan !! Jika kita memilih hidup menurut ketetapan Tuhan, maka Tuhan akan membuat hidup kita berhasil. Sebaliknya, jika kita memilih untuk berpaling dari Tuhan, sesungguhnya itulah awal dari kehancuran kita. Bangsa Israel yang sedemikian jaya pun akhirnya hancur ketika mereka mengabaikan ketetapan Tuhan dan memilih untuk beribadah kepada ilah asing. Sesungguhnya patut disayangkan, padahal Tuhan sudah memperingatkan mereka sebelumnya. Hal yang sama jangan sampai terjadi kepada kita. Tuhan sudah memperingatkan, jadi berjaga-jagalah !!
Selamat berkarya dan berjuang, terus mengandalkan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin🙏🏻
Belajar 1 Raja-raja 10
"Tampak dari Luar"
1 Raja-raja 10:9 (TB) Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran."
Hari ini kita membaca bagaimana Ratu Syeba datang berkunjung ke istana Salomo. Bukan kebetulan datang ke sana. Ia datang karena mendengar berita tentang hikmat dan kemuliaan Salomo yang diberikan Allah. Ketika datang ke istana Salomo, Syeba bukan hanya takjub karena jawaban-jawaban yang diberikan Salomo yang menunjukkan hikmatnya, tapi juga tercengang melihat istana yang telah didirikannya, makanan di mejanya, hingga cara pakaian dan cara duduk para pelayannya. Dari situ, Syeba pun memuji Tuhan (ay.9).
Cara bersikap, pembawaan, perilaku, dan tampilan kitalah yang terutama akan dilihat dan dinilai orang. Bagaimana dengan kita? Sebagai orang Kristiani, kita juga harus memperhatikan "penampilan luar" kita. Jangan sampai hanya karena kita memberikan tampilan luar yang keliru bahkan menjadi batu sandungan, maka orang juga salah menilai tentang Tuhan kita.
Jagalah perilaku kita agar orang lain tidak salah menilai Tuhan kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 7 (hari ke 298)
Tafsiran:
Dalam dua renungan sebelumnya, kita telah melihat bahwa kerajaan Israel dan Bait Suci berkaitan erat. Kita juga mengetahui bahwa pembangunan Bait Suci sempat diinterupsi oleh pembangunan istana Salomo. Kini Salomo melanjutkan pembangunan Bait Suci dengan mengisi kebutuhan perlengkapan Bait Suci, baik yang terbuat dari tembaga (13-47) maupun emas (48-50).
Detail dimana Hiram dipekerjakan untuk membuat perlengkapan tembaga, khususnya pembuatan dua tiang tembaga yang diberi nama Yakhin dan Boas (21) memiliki makna tersendiri. Yakhin berarti "dikokohkan" (lihat 2 Sam. 7:12, 13, 16), sedangkan Boas berarti "dengan kekuatan". Yakhin berkaitan dengan kerajaan, sedangkan Boas berkaitan dengan kekuatan doa yang dipanjatkan dalam Bait Suci. Ringkasnya, kedua tiang tembaga itu bermakna bahwa dibalik kokohnya kerajaan dan Bait Suci, Tuhan Allah Israellah yang menjadi sumbernya. Dari sini kita bisa melihat betapa Tuhan dipuja dan dimuliakan.
Sekalipun Hiram yang membuat perlengkapan tembaga, subjek pembuatan perlengkapan Bait Suci tersebut sebenarnya adalah Salomo, bukan Hiram (46-48). Salomo melakukan yang terbaik, karena dia ingin mendedikasikan Bait Suci ini bagi kemuliaan Tuhan, yang akan menaungi dan hadir di dalamnya.
Yang terpenting dalam membangun sebuah karya yang agung, bukanlah karya itu sendiri, melainkan kepada siapa karya yang agung itu didedikasikan. Prinsip ini bisa juga ditarik pada berbagai karya apapun yang kita kerjakan. Satu pertanyaan yang seharusnya kita tanyakan adalah kepada siapa karya yang kita buat itu kita persembahkan? Untuk kemuliaan dan pemujaan terhadap diri, ataukah untuk kemuliaan dan pemujaan bagi Tuhan?
Sebagai orang percaya, kita ada dan bisa mengerjakan karya apapun, apalagi ketika diberkati sehingga bisa menghasilkan karya yang besar, itu semua karena anugerah Tuhan. Marilah kita memaknai karya-karya kita dengan sesuatu yang berarti dan mendedikasikan hasilnya agar melaluinya nama Tuhan saja yang dipuja.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 8 (hari ke 299)
Tafsiran:
Salah satu kebenaran yang sangat menghibur, menguatkan, dan menjamin Kristen sepanjang masa, terkandung dalam Doa Bapa Kami, yaitu Allah yang tak terhampiri adalah Allah yang beserta dan akrab dengan kita. Ini tersurat dalam pembukaan doa: "'Bapa kami yang ada di surga". Inilah paradoks Kristen yang sangat mengagumkan. Doa adalah sarana kasih karunia Allah.
Salomo pun memahami kebenaran doa ini. Ia berseru agar orang asing pun menerima hak dan kewajiban yang sama dengan bangsa pilihan Allah. (Suatu peristiwa yang bisa dikatakan tidak mungkin terjadi pada zaman Salomo, namun itulah yang didoakannya.) Ketika mereka berdoa dalam rumah Allah ini, mereka menerima berkat dari Allah sehingga mereka takut akan Allah. Melalui doa Salomo, karya Allah bagi seluruh bangsa dilaksanakan. Doa Salomo adalah sarana kasih karunia Allah.
Selain itu ia juga berseru kepada Allah bagi bangsanya. Doanya mengantisipasi apa yang akan terjadi kelak karena realita manusia Israel -- berdosa -- dan perjanjian Allah (ayat 46). Doanya mempertemukan realita umat Allah yang cenderung tidak taat dan perjanjian Allah di bawah ikatan kemurahan, kasih karunia, dan pengampunan-Nya, sehingga kedua realita itu dapat disatukan. Sekali lagi doa yang menjadi sarana kasih karunia Allah. Salomo mampu menjadi pendoa seperti ini karena pengenalannya yang benar akan Allah dan pengenalannya yang benar akan siapa bangsa Israel di hadapan Allah (ayat 52-53).
Zaman ini membutuhkan pendoa-pendoa seperti Salomo, dalam ketidakmungkinan yang begitu terpampang di depan mata, kefasikan dan kebejatan sudah menjadi bagian dari struktur yang lazim dalam setiap institusi, lembaga, atau pun departemen pemerintah maupun swasta, dan kekuatan-kekuatan yang siap melindas Kekristenan yang begitu perkasa dan menakutkan.
Renungkan: Jika kita memahami dengan benar siapakah Allah dan siapakah manusia, maka seharusnya kita menjadi pendoa-pendoa yang melaluinya paradoks Kristen terjadi, melaluinya kasih karunia Allah bisa direalisasikan di negara kita tercinta. Marilah kita menjadi pendoa-pendoa yang demikian, kita menyerahkan sepenuhnya perjalanan hidup bangsa kita di tangan Bapa, pemilik alam semesta.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 9 (hari ke 300)
Tafsiran:
Semua keberhasilan yang kita raih tidak pantas menjadi kebanggaan pribadi saja. Keberhasilan apapun yang kita raih bukan karena usaha kita semata. Mengapa demikian? Ada orang lain di sekitar kita yang berperan baik sedikit maupun banyak untuk keberhasilan kita. Dan jangan lupa, Tuhan berperan di balik kesuksesan kita. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Salomo sukses. Kesuksesan itu dicatat sejak pasal 4-8, dilanjutkan lagi dengan pasal 10. Kesuksesan Salomo dicapai karena Tuhan yang mengaruniakan berkat hikmat (pasal 3-4), mengaruniakan pekerja yang handal (ayat 7:13-51), bahkan pekerja rodi yang "gratis" (ayat 5:13-18; 9:15-22), mengaruniakan teman-teman dari penjuru dunia untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan "Rumah Tuhan" (ayat 5:1-12). Hal ini menunjukkan bahwa Salomo sukses karena Tuhan serta karena orang "besar" (=orang yang hebat, berkuasa) dan orang "kecil" (=orang yang tidak penting) di sekelilingnya. Sayang sekali justru di sini Salomo mulai gagal! Ia lupa bahwa Hiram adalah seorang teman dekat yang setia dan sudah menolongnya dalam pembangunan "Rumah Tuhan". Ia tidak menghargai jasa Hiram sepantasnya. Tidak heran Hiram kecewa kepada Salomo (ayat 9:10-14). Kegagalan ini dicatat oleh penulis kitab Raja-raja di tengah-tengah keberhasilan dan kegemilangan Salomo sebagai suatu peringatan bagi pembaca. Kegagalan Salomo ini jika tidak segera disadari akan berakibat buruk, yaitu bukan hanya ia akan kehilangan teman dan orang-orang yang mengasihinya, tetapi juga ia akan kehilangan kepekaan hikmatnya bahwa semua keberhasilannya itu adalah berkat Tuhan.
Jika kita sedang mengalami keberhasilan dalam usaha, pelayanan, keluarga, dan dalam banyak hal lainnya, jangan lupa untuk mensyukurinya. Jangan lupa berterima kasih kepada orang-orang yang berperan di balik keberhasilan kita.
Camkanlah: Lupa berkat adalah awal dari lupa teman dan lupa saluran berkat. Pada akhirnya kita lupa kepada Tuhan sang pemberi berkat!
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 10 (hari ke 301)
Tafsiran :
Sekali lagi kekayaan dan hikmat Salomo yang melebih segala raja di bumi dijabarkan dalam pasal ini. Semua raja memujinya, bahkan ratu Syeba dari Afrika pun menyempatkan diri mengunjungi untuk memuaskan rasa penasaran mengenai berita-berita yang membicarakan Salomo dan untuk menerima pengajaran hikmat dari Salomo (Mat. 12:42). Ini menandakan bahwa kebesaran dan keagungan Salomo bukanlah omong kosong, karena orang yang berada jauh di seberang benua pun mendengar kemasyhurannya. Singkat kata Salomo berada pada puncak kejayaannya.
Kejayaan yang meroket tinggi ini hanya berbatas tirai yang tipis dengan kehidupan yang berkompromi dan melupakan firman Tuhan. Dalam masa itu, tidak tercatat Salomo menaati peraturan bagi raja Israel yang diberikan oleh Allah (Ul. 17:14-20). Misalnya: tidak dicatat bahwa ia menyuruh bawahannya untuk menuliskan kembali hukum Allah dan menaruh di samping takhtanya. Sebaliknya di samping takhtanya hanya ada barang-barang yang terbuat dari emas yang menandakan bahwa ia memiliki banyak sekali emas (ayat 18-21). Ia pun berhasil mengumpulkan banyak kuda dan kereta kuda yang didatangkan dari berbagai daerah (ayat 26-29). Padahal Allah telah melarang para raja Israel untuk mengumpulkan emas terlalu banyak dan banyak kereta kuda agar mereka tidak bergantung pada kekuatan dan kekayaannya sendiri.
Dalam keadaan diberkati secara luar biasa, Salomo melakukan pelanggaran. Walaupun Allah belum menegur, tidak berarti dosa yang dilakukan Salomo dianggap remeh. Ini lebih menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan Salomo belum memberikan efek yang fatal bagi dirinya dan bangsanya. Kehidupan Salomo merupakan contoh realita paradoks yang berbahaya dari kehidupan orang percaya. Di satu sisi tampaknya Salomo menikmati penggenapan janji Allah yang sudah diberikan sejak nenek moyang bangsa Israel, di sisi lain ia telah secara nyata melanggar apa yang Allah larang, walaupun tampaknya tidak begitu kelihatan.
Renungkan: Kekudusan dan kemurnian iman seseorang tidak diindikasikan dengan keberhasilan hidupnya, walaupun itu merupakan berkat Allah secara penuh. Tolok ukur kesuksesan yang mutlak adalah firman Tuhan dan bagaimana memegang dan menaati- nya. Adakah realita paradoks kehidupan dalam hidup Anda kini?
Hari ke 302 pembacaan 1 RAJA-RAJA 11
Tafsiran :
Dalam perikop ini dosa puncak Salomo digambarkan tanpa penjabaran kejayaannya. Ia tidak hanya mempunyai banyak istri (walaupun ia tahu bahwa hal ini dilarang Allah), namun hatinya pun telah terpaut kepada allah-allah lain karena istri-istrinya. Perjalanan akhir hidupnya sangat ironis dan kemunafikan. Dahulu ia memanjatkan doa berkat untuk rakyatnya, ia mengharapkan hati seluruh umat dan dirinya dicondongkan kepada Tuhan agar hidupnya selalu menurut dan setia pada firman-Nya. Namun kenyataannya sekarang, hati Salomo condong ke allah lain.
Inilah puncak dosa Salomo. Hati adalah pusat segala kehendak manusia. Jika kehendak Salomo tidak lagi berpusat pada Allah melainkan kepada dirinya sendiri, maka bisa dipastikan segala tindakan-tindakan yang direncanakan dan dilakukan juga tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Bahkan ia sudah berani secara terang-terangan mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk semua istrinya.
Dampak dosa yang dilakukan Salomo tidak dapat dilokalisir hanya pada lingkungan istana, tetapi telah menjadi preseden yang sangat buruk bagi seluruh bangsa Israel. Akibatnya mereka pun akan melakukan apa yang dilakukan oleh rajanya. Dengan kata lain dampak dosa Salomo sudah menasional dan sudah merusak kehendak seluruh bangsa Israel juga.
Dampak terberat bagi Salomo adalah kejayaan yang telah ia bangun dengan susah payah akan memudar. Hanya karena komitmen penuh Allah kepada Daud, semua itu baru akan terjadi setelah Salomo meninggal. Dengan kata lain, jika secara penampakannya hingga akhir hidup Salomo, ia sendiri tidak mengalami hukuman atas dosanya, ini tidak berarti bahwa ia terbebas dari segala hukuman dosa atau Allah tidak tegas terhadap dosa yang sudah memuncak. Hanya anugerah Allah semata, konsekuensi itu akan dijatuhkan dan menghantam masa depan seluruh keluarga Salomo.
Renungkan: Bila kita melihat seorang yang telah melakukan dosa namun hidupnya nampak tenang dan masih menikmati kedudukan dan kekuasaannya, jangan beranggapan bahwa ia terbebas dari konsekuensi dosa. Hanya karena kasih karunia-Nya, Allah menunda hukuman-Nya, tetapi kelak pasti akan dijatuhkan setimpal dengan dosanya, sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya.
Belajar 1 Raja-raja 11
Berhikmat tapi Jatuh
1 Raja-raja 11:3 (TB) Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
Setelah 10 pasal mendeskripsikan berbagai kejayaan dan keberhasilan yang diraih Salomo, di pasal ini terjadi perubahan. Raja yang penuh hikmat dan kekayaan, disitu ia jatuh ke dalam penyembahan berhala. Bagaimana ini bisa terjadi ? Tidakkah hikmat Salomo membuatnya sadar bahwa ia sudah melakukan yang salah ? Dosa penyembahan berhala berhala yang dilakukan Salomo tidak terjadi begitu saja. Ini adalah sebuah proses yang lama. Alkitab menyatakan ini dimulai dari Salomo yang mencintai banyak wanita asing. Ayat 1 dan 2 jelas mencatat Salomo mencintai mereka.
Godaan dosa menyerang titik lemah Salomo yang mudah mencintai wanita-wanita asing. Tidak tanggung-tanggung, godaan itu berupa 1000 wanita ! Ya, seorang yang paling berhikmat sekalipun tetap bisa jatuh karena tidak waspada. Salomo mungkin menganggap remeh saat ia mulai mencintai satu atau dua wanita yang menyembah berhala. Mungkin ia menganggap dirinya cukup kuat untuk tidak jatuh. Namun, akhirnya 1000 wanita itu tidak hanya membuatnya jatuh, tapi ikut aktif melakukan dosa.
Siapapun kita, jangan pernah anggap remeh godaan dosa. Sedikit saja kita lengah, maka dosa bisa menarik kita jatuh.
Selamat libur akhir pekan & selamat mempersiapkan hati dan waktu kita untuk beribadah hari Minggu. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 12
"Kebodohan Dua Raja"
Di dalam Galatia 3:3 (TB) Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging ?
Kisah dua raja yang sama-sama baru berkuasa dan sama-sama membuat keputusan bodoh ini, kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Jika hari ini kita sudah mendengar perintah dan firman Tuhan, adalah bodoh jika kita masih saja hidup tanpa melakukannya bahkan justru melanggar segala ketetapan-Nya. Sebagai pengikut Kristus, kita tak bisa menyamakan diri kita dengan mereka yang belum percaya, yaitu yang belum pernah mendengar dan mengenal firman-Nya. Nyatanya, kita sudah tahu. Bahkan kita juga sudah tahu apa janji Tuhan bagi mereka yang mau taat pada-Nya. Jangan kita berbuat bodoh dengan hidup mengabaikan firman Tuhan.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat jadikan firman Tuhan sebagai pandu yg sempurna dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 13
"Abdi Allah yang Malang"
Dalam Matius 24:13 (TB) Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Kisah ini mengajarkan kita sebuah hal yang berharga tentang kehidupan kita sebagai orang Kristiani
▪︎Pertama, konsistensi. Sang abdi Allah memulai dengan baik, tapi ia mengakhiri dengan buruk. Ia tidak konsisten dengan panggilan dan tugasnya.
▪︎Kedua, abdi Allah itu juga tidak waspada. Bukan mustahil, secara jasmani, ia saat itu memang sangat lapar dan haus. Hal itu lalu membuatnya menerima begitu saja klaim bohong si nabi tua tanpa berdoa terlebih dulu atau minta petunjuk Tuhan.
Ya, dalam hidup sebagai orang percaya, godaan akan banyak kita temui. Banyak dari kita bahkan para hamba Tuhan jatuh dalam godaan karena mereka melakukan kesalahan yang sama dengan sang abdi Allah. Keberhasilan, kehormatan, kekayaan, atau juga penderitaan dan kesulitan bisa mengubah hati mereka menjadi tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Sama seperti abdi Allah yang terbujuk melanggar perintah Tuhan karena lebih percaya ucapan manusia itu.
Kiranya renungan ini bisa membuat kita makin waspada dan lebih bersandar pada Allah saja.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat dan terus bersandar kepada Allah
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 14
"Mau Berkat Enggan Bertobat"
1 Raja-raja 14:3 (TB) Bawalah sepuluh roti, kue kismis, dan sebuli-buli air madu, dan pergilah kepadanya. Dia akan memberitahukan kepadamu, apa yang akan terjadi dengan anak ini."
20 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Tapi, selama 20 tahun menjadi raja Israel, Yerobeam tidak dapat memanfaatkan waktu itu untuk melakukan apa yang benar di mata Allah. Dalam kehidupan pribadinya, Yerobeam tetap menyimpang dari Allah. Perikop ini mengisahkan bagaimana satu kali anak Yerobeam, Abia sakit keras. Meski sudah membawa Israel kepada berhala, Yerobeam rupanya masih percaya bahwa Tuhan bisa menyembuhkan anaknya.
Lihatlah bagaimana tindakan Yerobeam ini. Ia masih percaya pada kuasa Tuhan. Ia tahu bahwa ia juga telah berdosa kepada Tuhan. Namun ia tetap saja tidak mau bertobat. Ia bahkan hendak mengelabuhi nabi Tuhan. Tapi toh ia justru mau enaknya sendiri ! Mau kesembuhan, mau kerajaan kokoh, tapi tidak mau bertobat. Itulah Yerobeam.
Kita mengaku percaya Tuhan bisa menolong kita. Namun, kita juga enggan meninggalkan dosa, mengesampingkan ego, dan menyingkirkan nafsu keduniawian dalam hidup kita. Lebih parah lagi, kita memang mengakui Tuhan bisa menolong kita, tapi kita memperlakukan-Nya bak pembantu kita. Ia harus menolong kita jika kita mau melakukan-Nya, titik. Kita ada, itu hanyalah karena anugerah-Nya. Jangan pernah kita pernah sombong dan merasa bisa hidup tanpa Dia. Jadikan perjalanan hidup kita ini sebagai perjalanan untuk semakin hari semakin memuliakan Dia saja.
Selamat menikmati anugerah-Nya. Dan jadikan hidup kita sebagai persembahan yang harum. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 12 (hari ke 303)
Tafsiran
Sebagai pemimpin baru, Yerobeam merasa perlu memperkuat posisinya di hadapan rakyat. Karena itu, ia menjadikan Sikhem sebagai ibukota, tempat dia bertakhta (25).
Yerobeam kemudian berpikir panjang. Ia tahu bahwa bangsa Israel tunduk pada hukum Musa dan berkewajiban untuk mempersembahkan korban di rumah Tuhan di Yerusalem. Itu sebabnya, Yerobeam khawatir terhadap implikasi politis jika rakyat yang sekarang ini bersedia dia pimpin harus melakukan perjalanan tahunan ke Yerusalem (27). Bisa-bisa mereka berbalik arah, ingin kembali berada di bawah pemerintahan Rehabeam dan kemudian membinasakan dirinya. Yerobeam kelihatannya lupa akan janji Allah yang disampaikan melalui Ahia, bahwa takhtanya akan teguh bila ia taat kepada Allah dengan sepenuh hati. Artinya, tidak mengarahkan bangsa Israel pada penyembahan berhala.
Maka untuk mengantisipasi semua yang dia khawatirkan, Yerobeam membuat dua anak lembu jantan dari emas dan menempatkannya di Betel serta Dan (28-29). Kedua tempat itu memiliki arti yang penting bagi Israel. Betel adalah tempat Abraham mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 12:8). Yakub menamakannya "bet-el", yang artinya rumah Tuhan karena ia melihat Dia di sana (Kej. 28:16-19; 35:7). Sedangkan Dan merupakan kota yang letaknya paling utara Israel. Pada masa Yonatan bin Gersom bin Musa menjadi imam, suku Dan -yang mendiami kota- jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala (Hak. 18:30-31). Dengan demikian, Yerobeam menggantikan penyembahan kepada Allah yang benar menjadi ibadah kepada Baal.Yerobeam menjadi contoh pemimpin yang memanfaatkan agama bagi kepentingan politiknya. Ini memperlihatkan bahwa Yerobeam tidak menghargai firman Tuhan.
Kisah Yerobeam menjadi pelajaran bagi kita. Jangan sampai kita mengutamakan kepentingan-kepentingan kita di atas kebenaran firman Allah. Jangan juga memlintir firman Allah bagi kepentingan kita. Yang kita harus utamakan senantiasa adalah kehendak Tuhan, bukan kepentingan kita.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 13 (hari ke 304)
Tafsiran
Kita tidak tahu pasti, mengapa abdi Allah dari Yehuda yang bersikukuh tidak mau dijamu Yerobeam, ternyata hatinya luluh dan menerima tawaran makan dan minum dari nabi tua yang tinggal di Betel. Mungkin kita pun akan merasa betapa Allah begitu kejam membiarkan dia dicabik-cabik singa sepulang dari rumah nabi tersebut. Bukankah abdi Allah itu hanya korban dari penipuan yang dilakukan nabi tua itu?
Kita, pembaca masa kini, tidak pernah tahu persis mengapa Allah menghukum abdi Allah itu. Namun, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa panggilan sebagai abdi Allah adalah taat kepada Allah tanpa syarat. Memang, nabi tua itu membujuk dia dengan berkata, "Aku pun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah Tuhan seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air" (18); tetapi sebagai abdi Allah dia hanya boleh menaati perintah langsung dari Allah saja. Mungkin, dia tidak merasa enak hati akan tawaran nabi tua itu, tetapi yang penting bagi Allah adalah ketaatan.
Bagaimanapun juga, meski abdi Allah itu tidak menjalankan tugas keabdiannya dengan baik, nubuat Allah yang disampaikan melaluinya, tetap terlaksana. Itulah kesaksian dari nabi tua. Dan itu memang sungguh terjadi ketika Yosia mengadakan pembaruan kerajaan (2Raj. 22?23).
Di bagian akhir, penulis 1 Raja-raja mencatat: "Sesudah peristiwa ini pun Yerobeam tidak berbalik dari kelakuannya yang jahat itu, tetapi mengangkat pula imam-imam dari kalangan rakyat untuk bukit-bukit pengorbanan. Siapa yang mau saja, ditahbiskannya menjadi imam untuk bukit-bukit pengorbanan" (33). Tersirat emosi penulis larut berkait dengan Raja Yerobeam. Bisa dipastikan Yerobeam juga mendengarkan cara kematian abdi Allah dari Yehuda itu. Sang raja pastilah tahu betapa Allah begitu tegas bertindak terhadap abdi yang sebenarnya merupakan korban penipuan. Sayangnya, Yerobeam tak mau berubah. Dia tetap menyakiti hati Tuhan dengan menerapkan sistem keimaman yang baru. Akibatnya, ia dan keturunannya dimusnahkan. Sayang memang.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 14 (hari ke 305)
Tafsiran:
Namanya Rehabeam. Penulis merasa perlu dua kali memperkenalkan identitas dengan menyebutkan bahwa ibunya adalah Naaman, seorang perempuan Amon (21, 31). Tampaknya penulis hendak mengingatkan betapa berpengaruhnya figur ibu dalam diri anak. Meskipun Rehabeam anak Salomo, pengaruh Naama, sang ibu, sangat mewarnai jalan pikirannya.
Pada zaman Rehabeamlah Kerajaan Israel pecah menjadi dua. Ketika naik takhta menggantikan Salomo, rakyat menaruh harapan tinggi kepadanya. Yerobeam sebagai wakil rakyat memohon agar raja mengubah kebijakan Salomo yang amat memberatkan rakyat. Rehabeam menolaknya, bahkan berkata, "Ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi" (14). Mengapa Rehabeam bertindak demikian? Bisa jadi itulah ajaran yang diterima dari sang ibu -Naama- seorang perempuan Amon.
Di Kerajaan Amon, raja adalah Tuhan. Tak boleh ada yang lebih tinggi daripadanya, yang melawan harus mati. Tak heran perang antara Rehabeam dan Yerobeam terus berlangsung seumur hidup. Jika Rehabeam sadar bahwa Tuhanlah yang mengizinkan kerajaan itu menjadi dua, tentu perang yang hanya melemahkan kedua kerajaan itu tak perlu terjadi, yang membuat Sisak, raja Mesir, mudah merampok semua barang perbendaharaan rumah Tuhan di Yerusalem (26).
Uniknya, sang raja merasa aman-aman saja. Dia masih terus berbakti di dalam rumah Tuhan (27-28). Agaknya, dia tidak sadar bahwa Allah membenci sikapnya, yang tetap membiarkan orang-orang Yehuda melakukan apa yang jahat (22-24). Bisa jadi, sang raja takut ditinggalkan rakyatnya jika ia melarang penyembahan terhadap allah-allah lain. Mungkin juga karena di Kerajaan Amon, yang mengakui penyembahan kepada banyak dewa, itu merupakan hal lumrah. Jika ditelusuri, semua itu bersumber pada asuhan ibu. Tak heran, ketika menutup perikop ini, penulis menyebutkan: "Nama ibunya adalah Naama, seorang perempuan Amon" (31).
Hari ke 306 pembacaan 1 RAJA-RAJA 15
Tafsiran:
Raja ketiga dalam garis kerajaan Yehuda adalah keturunan kelima dari kerajaan Israel. Ia bertolakbelakang dari para pendahulunya. Asa, namanya berarti 'penyembuh', mendobrak "berhalaisme" yang telah dianut tiga generasi pendahulunya selama lebih dari seperempat abad. Seperti Daud, Asa berpaut kepada Tuhan sepenuh hati dan melakukan apa yang benar: pelacuran bakti disingkirkan, merobohkan, membakar patung-patung dewa. Sampai neneknya dipecat dari kedudukan sebagai ibu suri kerajaan, karena masih membuat patung Asyera yang keji. Asa memberikan persembahan-persembahan kudus ke Rumah Tuhan dan Rumah Tuhan dibenahi setelah 20 tahun terbengkalai.
Namun sayangnya reformasi yang dilakukan hanya setengah- setengah. Menurut catatan sejarah, pada tahun ke lima belas masa pemerintahannya, seluruh tatanan ibadah, pemerintahan, dan Rumah Tuhan sudah selesai direnovasi. Seluruh kerajaan kembali beribadah kepada Tuhan dan kerajaan Yehuda makin kuat. Meski peperangan terus terjadi sepanjang masa pemerintahan Asa. Tatkala Asa merasa makin terdesak oleh kerajaan Israel, apalagi raja Aram bersengkokol dengan Israel, membuat Asa merasa gentar. Meski secara fisik reformasi berhasil tetapi iman Asa kepada Tuhan tidak sungguh-sungguh. Asa gagal. Memang ia melakukan apa yang baik di mata Tuhan tetapi ia tidak bergantung penuh kepada Tuhan. Saat dalam ketakutan dan kesulitan ia tidak mencari Tuhan. Justru ia berupaya mencari Benhadad, raja Aram, untuk mengadakan kolusi dengan Benhadad dan memberi segala emas dan perak yang ada di Rumah Tuhan.
Renungkan: Jangan setengah-setengah berkomitmen kepada Allah. Allah menghargai iman dan ketergantungan kita kepada Dia. Di saat- saat yang krisis, mata kita tak melihat pengharapan, ketakutan mencekam kita, bukan kepada manusia kita datang meminta tolong, apalagi dengan cara suap. Kita harus datang kepada Allah, mencari jalan sesuai dengan petunjuk firman-Nya dan mempercayai Allah yang tidak pernah tertidur menjagai kita. Saat ini bila Anda sedang menghadapi masa krisis seperti Asa, jangan mengulang kesalahannya. Percayakan sepenuhnya kepada Allah dan Ia pasti memberikan jalan keluar dan memberikan kemampuan untuk mengatasi semua permasalahan dan kesulitan Anda.
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 16 (hari ke 307)
Tafsiran :
Bacaan Alkitab hari ini memperlihatkan kebenaran pernyataan Yesus, orang Nazaret: "Semua orang yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat. 26:42). Itulah yang terjadi: Zimri membunuh Ela, Zimri pun mati bunuh diri karena takut dibunuh Omri. Inilah yang dimaksudkan dengan spiral kekerasan. Kekerasan tidak berhenti, bahkan makin menjadi-jadi.
Namun, dalam perspektif penulis, kematian tragis Ela dan Zimri bukan hanya karena spiral kekerasan, tetapi semasa hidup kedua orang ini tidak melakukan yang benar di mata Tuhan. Penulis menilai mereka sebagai: "melakukan apa yang jahat di mata Tuhan serta hidup menurut tingkah laku Yerobeam dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula" (7, 19). Kelakuan Ela dan Zimri itu menimbulkan sakit hati Tuhan.
Yang juga menarik untuk disimak adalah pengganti Zimri pun tidak lebih baik. Untuk Omri, penulis mencatat: "Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya" (25).
Mengapa Omri melakukannya? Apakah dia tidak belajar dari sejarah bahwa Tuhan membenci para pemimpin yang mengangkat dirinya lebih hebat dari Tuhan, dan menyebabkan rakyat ikut-ikut melakukan dosa yang sama? Mungkin persoalannya, para raja itu tidak belajar dari sejarah, sehingga mereka melakukan kesalahan yang sama bahkan lebih hebat dari nenek moyangnya.
Ahab, anak Omri, bahkan melakukan tindakan yang membuat penulis menyatakan bahwa apa yang dilakukannya, yaitu membangun mezbah untuk Baal dan membuat patung Asyera, menimbulkan sakit hati Tuhan. Apa yang dilakukan Baal lebih dari semua raja-raja Israel. Kesalahan Ahab adalah dia menganggap dirinya raja segala raja yang boleh melakukan apa saja. Bisa jadi keberadaan Izebel, anak raja Sidon, selaku permaisuri sangat mewarnai semua tindakannya; bagaimanapun sang permaisuri adalah penyembah Baal. Yang pasti, Ahab telah mempermainkan kuasa yang sejatinya berasal dari Tuhan.
Hari ke 308 pembacaan 1 RAJA-RAJA 17
Tafsiran :
Elia terpana. Janda yang sangat dihormatinya -yang juga telah memberinya tempat berteduh dan makan selama ini- menuduhnya. Dalam kekalutan karena kematian anaknya, janda di Sarfat itu berkata kepada sang nabi, "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" (18).
Perkataan janda itu tampaknya mengguncang hati Elia. Betapa tidak, Elia telah merasakan kasih janda di Sarfat itu. Tanpa menghiraukan dirinya, meski hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli, sang janda membuatkan sepotong roti bundar kecil untuk sang nabi. Dan hasil dari kepercayaannya itu, gandum yang ada di tempayan tersedia setiap hari, juga minyak dalam buli-bulinya selalu tersedia (16). Nah, sekarang ini, janda itu dalam keadaan susah dan menganggap Elia biang keladi dari kematian anaknya.
Elia lalu mengambil anak itu dan bersyafaat kepada Allah. Perhatikanlah syafaat Elia: "Ya Tuhan, Allahku, mengapa Engkau mendatangkan celaka ini ke atas janda ini? Ia sudah memberi tumpangan kepadaku dan sekarang Engkau membunuh anaknya!" (20).
Elia berdoa seakan-akan dia yang kena musibah. Ia berdoa seakan dialah yang menderita. Tampaknya, Elia sungguh-sungguh merasakan kesedihan janda itu. Inilah yang dinamakan empati, dalam penderitaan orang lain. Jika simpati berarti bersama dengan penderitaan orang lain, maka empati -lebih dalam lagi- yakni dalam penderitaan orang lain. Empati Elia pun didengar Allah. Allah mengabulkan doanya: anak janda itu bangkit dari kematian.
Jelaslah, janda itu memperlihatkan wajah Allah kepada Elia ketika memberi makan Elia. Selanjutnya, Elia juga memperlihatkan wajah Allah kepada janda tersebut dengan mendoakannya. Mereka saling memperlihatkan wajah Allah. Mereka saling menyatakan kasih Allah. Mereka saling memberi kehidupan. Mereka saling menghidupkan. Akhirnya, janda itu pun percaya kepada Allah Israel.
Belajar 1 Raja-raja 15
"Keberhasilan & Kesalahan Asa"
1 Raja-raja 15:11 (TB) Asa melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya.
Ya, jika Rehabeam, Abiam ayahnya, atau Absalom, kakek buyutnya, kita kenal dengan kejahatannya. Asa berbeda. Dia raja Yehuda yang menghapus penyembahan berhala yang marak di era-era sebelumnya. Bahkan ia berani mencopot neneknya, Maakha, yang adalah penyembah berhala, dari pangkat ibu suri. Asa memerintah 41 tahun. Di sinilah kita bisa melihat bahwa nyatanya selalu ada harapan di tengah situasi yang gelap sekalipun. Inilah sebabnya, jangan pernah kita putus asa untuk berubah menjadi yang baik dan berkenan di mata Tuhan. Sekalipun keluarga dan lingkungan kita masih buruk, tetaplah berubah seturut kehendak-Nya. Tentu hal ini perlu ketegasan. Tapi, asal kita mau mengutamakan Tuhan, Ia pasti menyertai kita.
Menariknya, jika dari ayat 9 hingga 15 kita melihat tindakan-tindakan terpuji Asa. Namun mulai ayat 16, Asa saat berperang dengan Baesa, melakukan hal aneh. Ia mengambil emas dan perak di rumah Tuhan dan memberikannya kepada raja Aram. Asa tanpa sadar menomorduakan Allah dan mengandalkan manusia. Ya, lagi-lagi konsistensi. Tanpa konsistensi, awak yang baik pun bisa hancur. Hidup yang berkemenangan pun berakhir menjadi hidup dalam kesesatan. Tentu, bukan seperti itu kehidupan yang kita mau. Mari kita belajar dari kisah raja Asa.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap terus kita hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 16
"Enam Dibanding Satu"
Dalam Mazmur 91:9 (TB) Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
Enam raja Israel Nadab, Baesa, Ela, Zimri, Omri & Ahab memerintah pada zaman Asa, raja Yehuda dan oleh Alkitab semuanya melakukan yang jahat di mata Tuhan. Omri dan putranya Ahab bahkan dicatat melakukan kejahatan dari semua pendahulunya (ay. 25, 30).
Menariknya, jika kita bandingkan dengan kerajaan saudaranya, yaitu Yehuda ada kondisi yang bertolak belakang. Lima raja yang diceritakan pasal ini, di tambah Nadab, memerintah di masa Yehuda dipimpin satu Raja, Asa. Sementara kerajaan Israel dipenuhi kudeta, kerajaan Yehuda yang saat itu dipimpin oleh Asa, selama 41 tahun relatif tenang.
Inilah bukti pemeliharaan Tuhan kepada orang yang melakukan kehendak-Nya. Meski Asa memang sempat melakukan kesalahan di akhir hidupnya. Tapi, nyatanya kita bisa melihat perbedaannya. Tidak seperti manusia. Tuhan memberikan janji dengan tujuan sekedar untuk membuat manusia mengikuti kehendak-Nya, tapi janji-Nya adalah untuk kebaikan kita juga. Ia mau kita mengalami keberhasilan, kedamaian, dan kebaikan. Hanya saja, syarat agar kita mengikuti jalan-Nya, adalah hal yang tidak bisa di tawar-tawar.
Selamat beraktifitas, tetap semangat dalam menjalani kehidupan hari ini. Dan terus mengikuti kehendak-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 17
"Jumlah atau Allah ?"
Dalam 2 Korintus 8:15 (TB) Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan."
Di Sarfat, suatu daerah di negara yang kita kenal dengan nama Libanon, ada janda yang sangat baik hati. Ia rela membagi gandum terakhirnya sebelum memutuskan pasrah menerima keadaan. Secara manusia, gandum yang ada itu hanya cukup buat sekali makan, dan itupun yang terakhir. Tapi kita tahu yang terjadi; langkah imannya menuruti kata Elia berbalas. Jumlah yang sedianya cuma cukup untuk dua orang itu tidak pernah habis; CUKUP untuk memenuhi kebutuhannya sampai pada hari hujan turun dan tanah menghasilkan makanan. Ia, "mencari" Tuhan terlebih dahulu, dan anugerah-Nya pun akhirnya "membuat" ya sedikit menjadi cukup.
Nah, kapan kita merasa cukup ? Apakah saat kita dapat menghasilkan banyak uang atau memiliki materi berlimpah ? Jika itu patokan yang kita pakai untuk menilai, maka rasanya kita tidak akan pernah merasa cukup. Karenanya, kecukupan hendaknya tidak tergantung pada sedikit atau banyaknya yang dimiliki, tapi pada anugerah Allah.
Selamat berkarya, cukup dengan apa yang Tuhan anugerahkan hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 18
"Allah Tiada Tandingan"
1 Raja-raja 18:27 (TB) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."
Pembacaan hari ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut kita sembah. Dalam segala hal, Ia tidak ada tandingannya. Cuma Dialah yang dapat memberikan apa yang kita minta. Memang kadang seakan Dia diam dan tak melakukan apa-apa, tapi bukan berarti Ia tidak mampu melakukan sesuatu untuk memberikan apa yang kita minta. Kediaman-Nya sama sekali bukanlah tanda ketidakmampuan, tapi hikmat tak terbatas yang Ia miliki. Ada kalanya Ia akan langsung memenuhi permintaan umatnya, seperti halnya Ia menurunkan hujan "untuk" Elia; tapi kalaupun seakan diam, percayalah pada saatnya nanti, kita akan mengerti mengapa saat ini Ia memilih untuk diam.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat terus andalkan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 19
"Rekan Berjuang"
Dalam Ibrani 10:25 (TB) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Secara psikologis, apa yang dialami oleh Elia itu ternyata sangat masuk akal. Saat itu, tubuh dan jiwanya sudah sangat lelah. Bagaimana tidak, ia baru saja membantai nabi-nabi Baal di gunung Karmel dan lari dari kejaran orang-orang Izebel dengan menempuh perjalanan jauh menuju ke gunung Horeb. Ingat, ia melakukan semua itu seorang diri. Nah, dalam keadaan seperti ini, biasanya seseorang akan cenderung merasa sendirian dan sangat rentan mengasihi diri sendiri. Inilah mengapa kemudian Allah tidak cuma hadir untuknya, tapi juga memberikan rekan seperjuangan yakni Hazael, Yehu, dan terutama Elisa.
Berjalan bersama Tuhan harus diakui memang tak mudah. Naik turunnya hidup beserta segala tantangannya sering kali menguras tenaga. Tidak hanya lelah, kita sangat lelah baik secara fisik maupun psikis. Inilah mengapa persekutuan dengan saudara-saudara seiman senantiasa perlu dijaga. Kebersamaan dan keberadaan mereka secara tak langsung akan memberikan kekuatan. Bukankah ada ungkapan yang berkata : " Jika Anda ingin berjalan cepat berjalanlah sendiri, tapi jika Anda ingin berjalan jauh berjalanlah bersama-sama". Perjalanan masih jauh, mari berjalan bersama-sama.
Selamat menjalani kehidupan kita hari ini. Tetap semangat dan terus mencari komunitas dalam menumbuhkan iman kristiani kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
Belajar 1 Raja-raja 20
"Penentu Bangsa"
1 Raja-raja 19:18 BIS Tetapi 7000 orang Israel akan Kuselamatkan, yaitu orang-orang yang tetap setia kepada-Ku dan tak pernah sujud menyembah patung Baal atau menciumnya.
Ahab jelas tidak termasuk raja yang diperkenan Allah. Akibatnya, pemerintahannya pun bobrok. Tapi anehnya, mengapa Allah justru jelas-jelas membantu Ahab dalam peperangan melawan Benhadad ?
Kalau boleh bilang, Allah sebenarnya tidak betul-betul menolong Ahab. Ia sebenarnya hanya memikirkan nasib 7.000 orang Israel yang tidak menyembah Baal ( 1 Raja-raja 19:18). Bisa dibayangkan kalau Allah tidak berinisiatif memenangkan Ahab dari Benhadad dan sekutunya, ribuan nasib orang Israel yang setia Allah itu tentu tak akan menentu--- entah terbunuh karena serangan Benhadad atau tetap hidup tapi menjadi budak.
Secara status, kedudukan kita memang lebih rendah dibanding pada penjabat pemerintahan atau kepala negara yang menjalankan roda pemerintahan. Tapi sadarkah kita bahwa keberadaan kita semua-- orang-orang percaya dan setia pada-Nya --- benar-benar mempengaruhi bagaimana sikap Allah kepada bangsa di mana kita tinggal ?, Orang-orang pemerintahan boleh saja bobrok, tapi asal kita tetap menjaga diri setia, maka Allah tidak akan pernah menutup mata terhadap kita dan tempat di mana kita tinggal.
Selamat berkarya, tetap semangat & selamat menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 21
"Tidak dijual"
1 Raja-raja 21:3 (TB) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"
Dalam Perjanjian Lama, sebidang tanah ternyata maknanya lebih sekedar aset untuk mempertahankan hidup keluarga dalam hal ekonomi. Lebih dari itu, kebun anggur merupakan perlambang relasi seorang pemilik kebun anggur dengan Allah. Memiliki sebidang tanah, sama artinya memiliki hubungan khusus dengan Allah. Mengelola tanah untuk mencukupkan kebutuhan hidup sehari-hari, sama artinya dengan membangun hubungan iman terhadap Allah. Ini artinya, menyerahkan kebun anggur sama saja dengan "menjual" relasi dengan Allah. Inilah mengapa Nabot menolak permintaan Ahab dengan berkata: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu"
Kiranya kisah Nabot ini menginspirasi kita yang sedang dalam posisi kurang lebih sama. Pepatah indah kuno boleh saja berkata: "Semua dapat dijual, asal ada pembelinya", tapi hendaknya kita berani bersikap seperti Nabot, yang berani menolak "menjual" relasi dengan Tuhan (imannya) hanya demi materi, jabatan, kenyamanan, popularitas, pria/wanita, dan sebagainya.
Selamat bekerja & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Raja-raja 22
"Sakit yang Menyembuhkan"
Dalam Amsal 27:5 (TB) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Nabi Mikha sebenarnya adalah satu-satunya nabi yang benar-benar mengatakan apa yang Tuhan sampaikan. Bila nabi Mikha mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan Ahab, itu semata karena Tuhan memang sebenarnya tidak berkenan kepada Ahab. Inilah mengapa Ahab kemudian menganggap nabi Mikha sebagai nabi yang tak pernah mendukung niatnya. Sebenarnya, bukan nabi Mikha yang tidak mendukungnya, tapi Tuhan sendiri.
Nah, bukankah tanpa disadari kita sering kali bersikap seperti Ahab, yang justru membenci orang yang mengatakan sebenarnya ? Jika kita merasa sinis dan bahkan membenci orang yang menegur kita dengan maksud baik, misalnya, maka saat itulah kita sudah menjadi seperti Ahab. Jika kita hanya menyukai khotbah-khotbah yang ringan dan menyenangkan (seperti berkat) dan mencibir khotbah yang keras (yang bertubi-tubi menyentil kehidupan kita), maka saat itulah kita sudah menjadi seperti Ahab. Jika kita hanya membaca firman pada bagian-bagian yang favorit saja, dan cenderung menghindari firman yang menyentil sikap kita, maka saat itulah kita sudah menjadi seperti Ahab.
Mari belajar untuk rendah hati dan berbesar hati dalam menerima kebenaran, bahkan jika bentuknya adalah sebuah teguran sekalipun.
Selamat bekerja, berkarya dan berjuang, nyatakanlah Yesus dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 18 (Hari ke 309)
Allah yang sejati.
Mungkinkah manusia mencari Allah yang sejati melalui ilmu pengetahuan, budaya, upacara, kunjungan ke tempat-tempat di berbagai penjuru bumi?
Perikop ini menceritakan peristiwa konfrontasi antara Elia dengan empat ratus lima puluh nabi Baal yang terjadi di Gunung Karmel. Dua mezbah dengan daging persembahan bagi Allah dan Baal sudah disiapkan. Peraturannya adalah allah yang menyambar daging persembahan dengan api menunjukkan bahwa itulah Allah yang sejati (ayat 23-24). Tujuan konfrontasi ini adalah untuk menyatakan kuasa Allah atas Baal dan untuk menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati.
Para nabi Baal memulai doa mereka yang digabungkan dengan tarian ritual (= tata cara dalam upacara keagamaan) termasuk ritual penyiksaan diri yang ternyata sia-sia (ayat 26-29). Sebaliknya Elia yang berdoa tanpa ritual mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Api Allah bukan hanya membakar habis daging persembahan, tetapi juga membakar mezbah, tanah, bahkan air di parit (ayat 30-38). Peristiwa itu menyadarkan bangsa Israel untuk kembali pada Allah Israel yang sejati (ayat 39). Setelah itu, Elia menubuatkan akan turunnya hujan (ayat 41-45). Terbuktilah siapa Allah sejati, yaitu Ia yang telah mengalahkan Baal dengan api dan hujan, bahkan berkuasa menahan dan mencurahkan hujan.Siapakah Tuhan dalam hidup Anda? Allah sejati atau allah lain seperti: harta, kuasa, popularitas, astrologi, dlsb?
Renungkan: Yesus adalah Allah yang sejati. Sudahkah Anda memilih untuk menyembah-Nya?
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 19 (hari ke 310)
Krisis berakhir pelayanan berakhir. Ada dua pelajaran
yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji. Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.
Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua. Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan keberadaannya yang terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.
Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba- tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu, sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan diri.
Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan jalan keluar bagi krisis rohani kita.
Belajar 2 Raja-raja 1
"Turunlah"
2 Raja-raja 1:11 (TB) Kemudian raja menyuruh pula kepadanya seorang perwira yang lain dengan kelima puluh anak buahnya. Lalu orang itu berkata kepada Elia: "Hai abdi Allah, beginilah titah raja: Segeralah turun!"
Pada zaman itu, orang naik ke puncak bukit atau gunung untuk menyembah Tuhan, apalagi jika yang melakukannya adalah seorang nabi. Ya, bukan tanpa alasan Elia saat itu ada di puncak bukit. Ia di sana untuk menyembah Tuhan, dan kesetiaannya dalam menyembah Tuhan itulah yang membuatnya menjadi sosok yang luar biasa saat menghadapi masalah, yakni saat puluhan bawahan Ahazia memintanya "turun" untuk menangkapnya.
Seperti Elia yang diminta "turun" dan dengan demikian meninggalkan penyembahan pada Allah, begitu jugalah yang sering kita alami dalam keseharian. Seberapa sering, suara yang entah dari mana asalnya itu diminta kita"turun" dari pembacaan firman Tuhan secara pribadi untuk kemudian menonton televisi atau melakukan hal-hal lain, misalnya ? Seberapa sering pula, suara yang muncul tiap hari Minggu itu meminta kita "turun" dari kerinduan kita beribadah di gereja untuk kemudian bersenang-senang dengan rekanan ? Ya, faktanya dalam hidup, kita sering kali dihadapkan oleh "utusan-utusan Raja Ahazia" yang meminta kita "turun" meninggalkan waktu-waktu pribadi dengan Allah. Jika ini yang sedang kita alami, mari mencontoh Elia, yang tetap keukeuh tidak mau turun. Keputusannya untuk "bertahan di atas bukit" itulah yang memampukannya melenyapkan segala "musuh" yang memintanya turun.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 2
"Hasil Takkan Berkhianat"
2 Raja-raja 2:6 (TB) Berkatalah Elia kepadanya: "Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan." Jawabnya: "Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." Lalu berjalanlah keduanya.
Ada yang memaknai dari peristiwa "pengangkatan" Elia oleh Tuhan dan "pengangkatan" Elisa sebagai penerus Elia dalam perikop ini.
Coba bayangkan jika Elisa memilih tinggal dan tidak mengikuti Elia. Ia tentu akan melewatkan hal-hal yang akan begitu mempengaruhi hidup dan pelayanannya setelah itu.
▪︎Pertama, bisa jadi, ia tidak akan mendapat dua bagian dari roh Elia, seperti yang dimintanya sebelum Elia "mangkat".
▪︎Kedua, sekaligus yang terpenting, ia akan melewatkan menjadi saksi langsung dari salah satu peristiwa yang paling luar biasa yang pernah dicatat dalam Alkitab, yakni pengangkatan Elia.
Ya, bagi Elisa, peristiwa itu sedikit banyak telah membuka matanya untuk melihat kedahsyatan kuasa Tuhan. Jika selama ini Elisa mengenal Allah hanya melalui pengajaran Elia, maka peristiwa di sungai Yordan ini telah mengubah pandangannya tentang Allah; semakin menyadari kebutuhannya bergantung penuh pada Allah untuk dapat meneruskan pelayanan Elia (ay.14).
"Hasil tidak akan pernah mengkhianati perjuangan, kerja keras, dan pengorbanan," demikian sebuah ungkapan berkata. Elisa sebenarnya bisa saja berdiam diri dan tidak mengikuti Elia. Ia malah tidak perlu repot dan susah. Tapi andai ia memilih demikian, ia tentu akan melewatkan dua "hasil" yang begitu berharga tadi. Ya, hidup ini sering kali adalah soal pilihan. Jika kita mau bersusah payah, berkorban, dan bahkan bekerja keras, maka percayalah bahwa hasilnya pasti juga baik. Sebaliknya, akan konyol rasanya jika kita mengharapkan hal-hal baik datang dalam hidup kita sementara kita sendiri tidak mau membayar harganya. Dalam kehidupan rochani juga sama; untuk kita dapat melihat kuasa-Nya nyata, maka sering kali kita perlu terus "berjalan" memikul salib bersama-Nya.
Selamat bekerja & berkarya bersama keluarga tercinta, biarlah melalui firman-Nya kita mau ditegur dan disapa agar hidup kita semakin memuliakan nama -Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 3
"Respons terhadap Masalah"
2 Raja-raja 3:11 (TB) Tetapi bertanyalah Yosafat: "Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN ?" Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: "Di sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia."
Melalui padang gurun Edom, berangkatlah mereka menuju Moab. Sayangnya, pada hari ketujuh masalah pelik /muncul.
Mereka kehabisan air !. Terang saja perjalanannya bermasalah, bukankah Yoram memang tidak meminta restu Allah terlebih dahulu sebelumnya? Tapi, disinilah kita dapat melihat dua respons yang berbeda dari dua raja ini. Yoram yang tidak tahu diri dan menyalahkan Tuhan. Ia tidak hanya berkata "celakalah kita", tapi juga"Tuhan telah merencanakan untuk menyerahkan kita bertiga kepada raja Moab !". Bandingkan dengan respons Yosafat yang jauh lebih baik. Alih-alih kalut dan menyalahkan Allah, ia dapat berfikir lebih jernih dan melakukan hal yang memang seharusnya dilakukan oleh orang yang takut akan Allah, yakni mencari petunjuk Allah melalui nabi yang dapat dipercaya.
"Tuhan apa salah saya?", "Celakalah kita", "Tuhan, mengapa Engkau melakukan hal ini kepadaku", Bukankah respons seperti itu sering keluar dari mulut kita saat masalah hidup menerpa? Ya, sering kali kita kalut dan malah menyalahkan Tuhan ketika masalah menghampiri kita. Tapi, mari hari ini kita belajar seperti Yosafat yang mampu berfikir jernih dan memutuskan untuk mencari petunjuk Tuhan dengan rendah hati. Bayangkan jika saat itu tidak ada Yosafat tentulah mereka tidak akan menang melawan Moab, tapi justru mati konyol karena kehausan bahkan sebelum memerangi Moab.
Selamat beraktifitas dan terus berdoa. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 20 (hari ke 311)
Tafsiran :
Manusia cenderung menyepelekan persoalan. Ini mungkin merupakan dampak dari kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat. Contohnya, untuk membeli barang di luar negeri tidak perlu ke luar negeri, cukup bertransaksi melalui internet dan memakai kartu kredit. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi cara berpikir sehingga cenderung berpikir praktis, matematis, dan ekonomis.
Pola berpikir demikian juga ditemui di kalangan Kristen yang mencoba membuat suatu rumusan untuk menemukan dan memberikan arti dari pengalaman hidup secara logis dan sistematis. Misalnya, berkat berkelimpahan dan mukjizat yang diterima, diartikan bahwa Allah berkenan atas hidup kita sehingga Ia memberkati. Sedangkan bencana yang dialami, diartikan bahwa Allah tidak berkenan sehingga Ia menghukum. Apakah benar karya Allah dapat dirumuskan sedemikian sederhana menurut nalar manusia yang sistematis dan logis? Pengalaman Ahab merupakan contoh bahwa cara Allah bekerja dan berhubungan dengan manusia tidak dapat dirumuskan secara demikian.
Sebelum nubuatan tentang hukumannya dikomunikasikan, Ahab mengalami mukjizat dan berkat Allah yang luar biasa. Namun, ketiga peristiwa ajaib itu bukan merupakan suatu pertanda bahwa Allah berkenan atas hidupnya. Sebaliknya Allah tidak berkenan dan hanya karena anugerah dan kasih-Nya, Ia membuat mukjizat untuk membawa Ahab berbalik kepada-Nya. Namun Ahab tidak melihat dan mungkin tidak bisa melihat berkat itu dari sudut perspektif panggilan pertobatan Allah kepadanya.
Renungkan: Tidak setiap berkat yang kita alami merupakan pertanda bahwa Allah berkenan atas hidup kita. Karena itu asahlah selalu kepekaan kita dengan mengevaluasi hidup kita setiap hari dalam terang dan kuasa firman-Nya. Tuhan memakai banyak cara panggilan pertobatan agar kita kembali kepada-Nya
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 21 (hari ke 312)
Tafsiran :
Ahab ternyata bukanlah orang yang susah dinasihati. Ia memang membenci Elia, karena Elia menghalangi dia melakukan berbagai hal yang ia inginkan. Namun, ketika Elia memberikan teguran kepada Ahab, ia masih punya cukup hati nurani untuk menyadari bahwa ia memang bersalah. Ia tidak memberikan perlawanan kepada Elia.
Dua hari silam kita mendapati bagaimana Ahab menunjukkan reaksi yang bertolak belakang dari Daud, raja yang menjadi tolok ukur sikap benar di hadapan Allah. Namun kali ini, Ahab menunjukkan sikap yang serupa dengan Daud. Ia benar-benar menunjukkan penyesalan yang mendalam. Penekanan yang disoroti dalam kalimat ke-2 dalam ayat 27 menunjukkan sikap yang ekstrem. Tampaknya ada satu kesadaran yang secara drastis menyentak Ahab.
Menarik sekali bahwa kita sama sekali tidak menjumpai figur Izebel dalam perikop ini. Kelihatannya, ketidakhadiran Izebel inilah yang memberikan kesempatan kepada Ahab, dengan segala kejahatannya yang dicatat Alkitab, untuk menunjukkan sikap menyesal yang begitu dalam dan sungguh-sungguh. Efeknya nyata: Tuhan menerima penyesalan Ahab sebagai penyesalan yang sungguh tulus di hadapan-Nya sehingga Ia pun menunda memberikan penghukuman yang semula telah Ia rencanakan. Penafsiran ini sejalah dengan catatan yang diberikan penulis 1 Raja-Raja dalam ayat 25, bahwa kejahatan Ahab bisa sedemikian dahsyat karena pengaruh Izebel.
Kemarin kita melihat secara positif peran kuat Izebel mengendalikan kehidupan suaminya, kerajaannya, serta nasib rakyat Israel. Hari ini kita melihat secara negatif, melalui ketidakhadiran Izebel, bagaimana ketiadaannya bisa membawa Israel ke arah yang benar-benar berbeda. Di sini ada pelajaran penting yang bisa kita lihat bahwa satu keputusan yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan akan mengacaukan banyak hal. Keputusan-keputusan yang kita buat tidak berdiri sendiri dalam vakum; akan ada konsekuensi. Karena itulah dalam segala hal jangan sekali-kali mengabaikan Tuhan. Tidak ada perkara yang terlalu kecil sehingga Tuhan tidak diperlukan di situ.
Belajar 2 Raja-raja 4
"Bejana Kosong"
2 Raja-raja 4:3 (TB) Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit.
Sangat menarik membaca bagaimana Nabi Elisa memberikan jalan keluar bagi seorang janda yang ditinggal mati suaminya dengan setumpuk utang. Gayanya menyelesaikan masalah ini benar-benar sangat ilahi. Bukannya memberikan sejumlah uang, ia justru menggunakan bejana-bejana kosong. Ya, ia meminta janda tersebut untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bejana kosong, dan dari situlah mukjizat terjadi. Sedikit minyak zaitun yang sebelumnya dimiliki janda itu menjadi tidak pernah habis; cukup untuk mengisi semua bejana kosong yang ada, dengan demikian ia dan anak-anaknya dapat menjualnya untuk kemudian dapat membayar utang.
Alasan apa yang dilakukan Elisa itu sangat ilahi adalah karena Allah yang kita sembah memang adalah "spesialis" pengisi kekosongan. Bukankah sebelumnya bumi ini dibentuk, semuanya masih gelap gulita dan kosong ? Barulah Allah mengisi kekosongan ini dengan terang, benda-benda di angkasa, tumbuhan, hewan, dan akhirnya manusia, kehidupan pun mulai muncul.
Seperti janda yang hanya memiliki bejana-bejana kosong, mungkin yang sedang kita miliki sekarang juga hanyalah jiwa, kantong, relasi, atau bahkan perut yang kosong. Percayalah bahwa Ia adalah spesialis pengisi kekosongan. Ia mampu mengganti jiwa yang kosong dengan damai sejahtera dan sukacita. Ia mampu mengisi relasi yang kosong dengan kehangatan. Dan bahkan, Ia mampu mengisi hidup kita dengan segala macam kecukupan. Sehingga yang kosong pun akhirnya menjadi cukup.
Selamat menikmati berkat Tuhan hari ini. Terus semangat dan jangan lupa untuk selalu bersyukur. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 RAJA-RAJA 22 (hari ke 313)
Tafsiran :
Hari ini kita melihat sisi lain dari drama yang kemarin kita lihat, sebuah dunia di balik layar, dunia rohani. Kita mendapati bahwa ada roh-roh yang memang Tuhan izinkan memperdaya Ahab agar nubuat yang diutarakan nabi-nabi Tuhan terwujud. Ini pernah juga dicatat Alkitab dalam 1 Samuel 16:14, ketika Saul ditolak oleh Tuhan.
Ahab telah menjalani hidup yang penuh kejahatan dan perlawanan terhadap Tuhan. Waktu ia mendengar suara Tuhan melalui Elia, ia memilih untuk tidak taat. Elia harus berbicara keras agar Ahab bertobat. Namun, hati yang keras dan bermusuhan dengan Tuhan telah membuat Ahab tidak bisa lagi mengenali kebenaran Tuhan, bahkan saat hidupnya bergantung pada kebenaran itu.
Interaksi antara Ahab, Mikha, dan Zedekia menunjukkan kegalauan yang tak berakhir baik maupun logis. Ahab menghukum Mikha seolah-olah tawanan, agar dia bisa kembali. Namun Mikha dengan lantang menyoroti kacaunya pemikiran Ahab (28), yaitu hendak mengatur segalanya agar keinginannya dituruti Tuhan. Akan tetapi, tindakan "tegas" yang diambilnya menunjukkan pemikirannya telah absurd dan ia dirasuki keinginan yang akan membawanya mati di medan pertempuran.Pada akhirnya, siapa yang membunuh Ahab? Tidak ada yang bisa membuat klaim itu, bahkan pihak lawan sekalipun. Alkitab menyoroti bahwa kematian Ahab akhirnya terjadi bukan karena jasa satu orang tertentu, bukan pula karena kegagahannya melawan panglima atau pahlawan besar tertentu; ia mati semata-mata karena panah yang ditembakkan secara asal.
Ahab adalah seorang raja besar, tetapi sayangnya ia membuat banyak pilihan yang salah dalam hidupnya. Pilihan-pilihan itu tidaklah spektakuler, melainkan pilihan-pilihan yang juga kita buat dalam hidup kita: memilih pasangan, memilih mengendalikan hasrat diri, memilih untuk mengenali suara Tuhan dalam keseharian hidup. Baiklah kita melatih kepekaan kita dengan menjalani kehidupan bersama Tuhan, agar dalam momen-momen pelik kehidupan, ketika kita paling membutuhkannya, kita memiliki kepekaan untuk mengenali yang mana suara Tuhan.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 1 ( hari ke 314)
Tafsiran :
Tuhan tak henti-hentinya mengasihi Israel. Melalui Elia, hamba-Nya Tuhan mengingatkan dan menegur berbagai dosa yang dilakukan umat-Nya. Namun, umat Tuhan tetap tidak mau berpaling pada-Nya bahkan semakin tenggelam dalam dosa yang justru dipimpin oleh para raja yang tidak takut akan Tuhan.
Ahazia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Ia hidup dalam dosa penyembahan berhala dan berbagai tindakan lain yang mendukakan hati Tuhan seperti yang diperbuat orangtuanya Ahab dan Izebel (ayat 1Raj. 22:52-54). Ia menolak beribadah kepada Tuhan Allah Israel meski ia mengenal Elia, hamba Allah. Ahazia pasti mengenal Elia dari kisah kemenangannya melawan 450 nabi Baal pendukung Izebel di Gunung Karmel (ayat 18:20-46).
Hati Ahazia yang tidak mengandalkan Tuhan, Allah Israel ditunjukkan melalui perbuatannya meminta petunjuk kepada Baal-Zebub ketika ia sakit (ayat 2Raj. 1:2). Dengan berbuat begitu, Ahazia menganggap hanya Baal-Zebub saja yang sanggup menyembuhkan penyakitnya. Sikap Ahazia ini menunjukkan: Pertama, tidak setia kepada Allah dengan menyembah ilah lain. Kedua, tidak menghormati-Nya karena lebih memilih petunjuk Baal-Zebub tentang masa depannya (ayat 3,6,16). Ketiga, tidak mau merendahkan diri mencari petunjuk-Nya melalui hamba-Nya sebaliknya ia mengirim pasukan mencari Elia (ayat 9-14). Sikap sama ditunjukkan oleh anak buahnya yang dengan angkuh memerintah Elia untuk menghadap raja (ayat 9-12). Akibat sikap Ahazia ini, Tuhan menghukumnya dengan kematian (ayat 17).
Sikap seperti Ahazia ini banyak ditunjukkan oleh orang Kristen. Saat kesulitan datang kita mengandalkan akal kita sendiri untuk menyelesaikannya, atau bahkan mencari petunjuk pada orang pintar. Sikap demikian adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan akan menuai murka-Nya.
Camkan: Mencari pertolongan di luar Tuhan sebagai sumber hidup, sama dengan menolak kehidupan itu sendiri.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 2 (hari ke 315)
Tafsiran :
Dalam setiap alih kepemimpinan biasanya muncul pertanyaan siapakah orang yang paling tepat menggantikan pemimpin yang lama. Pertanyaan ini mencuat bisa dikarenakan oleh pamor pemimpin lama yang masih disegani sementara kemampuan calon pemimpin baru tersebut belum teruji.
Nabi Elia sudah terangkat ke surga. Elisa sudah ditetapkan menjadi nabi penggantinya. Semua itu adalah penetapan Allah yang berdaulat dan berhikmat. Namun, para pengikut Nabi Elia belum melihat hal itu. Itulah sebabnya, mereka pun berniat mencarinya. Mereka memuja Nabi Elia dan menganggapnya sebagai nabi besar yang tidak tergantikan. Maka, Elia harus ditemukan agar dapat dikuburkan di Israel. Dengan berbuat demikian berarti mereka meragukan pernyataan Tuhan yang telah mengangkat Nabi Elia ke surga (ayat 11,16-18).
Dua peristiwa yang dicatat di perikop hari ini menjadi peneguhan akan kenabian Elisa. Pertama, kuasa dan kasih Allah yang ada pada Elia kini ditunjukkan oleh Elisa. Sebagaimana Elia dulu peduli kepada janda di Sarfat akan bahaya kelaparan yang dialaminya, demikian pun sekarang Elisa peduli kepada rakyat biasa yang mengalami kesulitan hidup sehari-hari (ayat 19-22). Kedua, Tuhan sendiri menyatakan peneguhan-Nya terhadap Elisa dengan menghajar orang-orang yang meragukan bahkan menghina hamba-Nya (ayat 23-25). Orang-orang di sini bukan anak kecil melainkan pemuda-pemuda (bhs. Ibr. naar) yang sudah cukup umur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bukti seseorang adalah hamba Tuhan bukan penonjolan diri akan kehebatannya, melainkan kehadiran kuasa dan kasih Allah yang nyata di dalam dirinya. Sikap dan tutur kata yang lahir dari karakter ilahi merupakan tanda yang jelas dari orang pilihan-Nya.
Renungkan: Hamba Tuhan sejati nyata dari sikap, perkataan, dan pengajarannya yang meneladani hidup Tuhan Yesus.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 3 (hari ke 316)
Tafsiran :
Dalam kisah Alkitab, kita sering melihat bahwa Allah berinisiatif menolong umat Israel, walau mereka berperilaku tidak setia terhadap-Nya. Namun kondisi kali ini sangat berbeda dari biasanya. Allah hanya bertindak saat orang yang berkenan kepada-Nya menaikkan permohonan. Artinya, demi orang yang berkenan kepada-Nya, Allah "rela" melakukan apapun. Di sini kita melihat Allah memberikan ruang bagi umat percaya untuk ikut andil dalam karya-Nya.
Siapakah orang yang berkenan di hadapan Allah? Orang itu adalah Elisa. Saat berada di padang gurun Edom, nabi Elisa kedatangan tiga tamu yang tidak diduga dan tidak diundang, yaitu raja Israel, Yehuda, dan Edom (12). Kedatangan ketiga raja kepada Elisa ingin mendapat petunjuk Tuhan (11). Sebab, ketiga raja tersebut dan angkatan bersenjatanya hampir mati kehausan di padang gurun Edom (9) sebelum mereka mencapai kerajaan Moab (6-8).
Melihat kedatangan mereka, kalimat pertama yang keluar dari mulut Elisa merupakan sebuah sindiran dan ejekan terhadap raja Israel, Yoram. Ejekan sinis Elisa mengenai jantung keyakinannya terhadap para dewa dewi asing (13a). Kritikan tajam Elisa membuktikan bahwa allah palsu bangsa asing adalah allah yang mati dan tidak berdaya. Bukannya merasa malu hati, sebaliknya raja Yoram secara licik mempolitisasi nama Tuhan Israel sebagai penyebab utama kematian mereka bertiga di tangan bangsa Moab (13b).
Meski Elisa tahu kelicikan Yoram, tetapi ia tidak tega hati melihat kerajaan Israel dan Yehuda hancur. Lewat doa yang diiringi oleh pemetik kecapi, Elisa bernubuat atas nama Tuhan bahwa (1) armada perang Israel, Yehuda, dan Edom akan selamat; (2) kerajaan dan bangsa Moab akan hancur lebur di tangan bangsa Israel (15-27). Dalam nubuat itu, Elisa menegaskan Allah Israel itu Allah yang hidup (18). Tangan-Nya yang kuat mampu menghancurkan bangsa barbar seperti Moab.
Lengan Allah adalah lengan yang berkuasa menghancurkan dan meremukkan musuh-Nya, serta menyelamatkan orang yang berkenan kepada-Nya.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 4 (hari ke 317)
Tafsiran :
Orang sering silau oleh hal-hal yang spektakuler. Baik yang bersifat jasmani, seperti kekayaan dan kuasa, maupun yang supranatural, seperti mukjizat. Ada hal lain yang jauh lebih penting, yaitu hati yang penuh kasih dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Hati seperti ini menjadi syarat Tuhan memakai kita menjadi berkat untuk orang lain.
Perempuan Sunem ini peka akan kebutuhan Elisa, nabi yang kerap singgah di rumahnya. Wanita ini membangun sebuah bilik untuk tempat istirahat Elisa. Semua ini dilakukannya bukan atas dasar pamrih, tetapi wujud ungkapan kasih kepada Allah yang kudus (ayat 9). Itulah sebabnya, keinginannya untuk mendapatkan seorang anak tidak dia ungkapkan (ayat 12-14).
Elisa juga peka akan kebutuhan keluarga Sunem ini (ayat 16). Kerinduan mereka akan anak dikabulkan Tuhan (ayat 17). Namun, Elisa belajar pula bahwa kepekaan kepada sesama manusia saja tidak cukup tanpa pimpinan Tuhan (ayat 18-28). Tuhan membimbing anak-anak-Nya dengan cara yang unik. Keluarga Sunem itu harus mengalami tragedi kehilangan anak terlebih dahulu sebelum mereka mendapatkan kembali anaknya (ayat 32,36-37). Melalui penderitaan itu mereka sungguh-sungguh merasakan anugeah Tuhan. Kepekaan Elisa lebih lanjut ditunjukkan dengan kepeduliannya memenuhi kebutuhan hidup para nabi yang dipimpinnya (ayat 38-44).
Apa yang dilakukan perempuan Sunem dan Elisa tersebut menunjukkan sikap saling peduli. Dibutuhkan kepekaan dari Tuhan untuk mewujudkan sikap peduli tersebut. Teladan Elisa dan perempuan Sunem menunjukkan bahwa sikap saling peduli mereka adalah kepedulian antara umat dan hamba Tuhan, bukan hanya pada tingkatan umat. Ketika umat Tuhan mewujudkan sikap saling peduli tersebut, Gereja menyaksikan kasih dan kepedulian Tuhan kepada dunia.
Renungkan: Buka hati kepada Tuhan maka Dia akan membuka hati Anda kepada orang-orang di sekeliling Anda yang membutuhkan Dia!
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 5 (hari ke 318)
Tafsiran :
Anugerah Allah kepada Naaman sangat luar biasa. Ia tidak sekadar mengalami mukjizat penyembuhan, namun ia pun mengalami anugerah yang berdampak terus bagi kelanjutan sejarah hidupnya, karena dikatakan 'tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak' (14). Itu merupakan penggambaran dari anugerah Allah yang mengampuni dan mentransformasi hidup seseorang, karena pada zaman itu penyakit kusta diyakini sebagai hukuman Allah atas dosa manusia. Naaman menjadi manusia baru dengan identitas yang baru. Ini dibuktikan dengan pernyataannya bahwa 'di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel'. Ia tidak sekadar mengatakan bahwa Allah lebih berkuasa dari dewa-dewa Siria, namun dia pun mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah Israel dan ia mengadopsi iman Israel menjadi imannya sendiri. Ia mengambil identitas sebagai umat Allah -- identitas baru. Identitas Naaman yang baru ini juga ditandai dengan sikap dan karakter hidup yang baru. Hidupnya diwarnai dengan ucapan syukur kepada Allah yang dinyatakan dengan desakannya kepada Elisa untuk menerima penberiannya. Ia pun berketetapan untuk terus memiliki kehidupan yang kudus. Ini dinyatakan dengan permintaannya untuk membawa pulang tanah Israel untuk menguduskan altar yang ia akan bangun di negaranya. Selain itu Namaan juga menyadari bahwa hidupnya secara penuh bergantung kepada kemurahan Allah, karena masih ada hal-hal yang belum mampu ditinggalkan yaitu ketika ia harus bersujud di depan kuil Rimon karena mengantar tuannya.
Gehazi mempunyai kualitas hidup yang sangat berbeda dengan Naaman, karena ia tidak menerima anugerah Allah. Gehazi tidak lebih hanya sebagai pembawa berita anugerah karena ia tidak menerima anugerah Allah, sedangkan Naaman menerima, mengalami, dan hidup dalam anugerah itu. Karena itu tidak hanya sikap dan karakter Naaman yang lama muncul dalam kehidupannya, namun juga pelayanan yang selama ini dilakukan tidak mendapatkan pahala dari Allah, bahkan penyakit kusta Naaman melekat padanya dan keturunannya.
Renungkan: Anugerah Allah harus diterima, dialami, dan dihidupi agar kita mengalami kekuatan transformasinya yang akan menjadikan kita manusia baru dengan identitas baru, sikap hidup benar, dan karakter Ilahi.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 6 (hari ke 319)
Tafsiran :
Masih pada latar belakang peperangan antara bangsa Israel dan bangsa Aram, saat itu bangsa Aram mengepung kota Samaria, ibukota negeri Israel. Pengepungan tersebut berdampak pada harga-harga barang yang makin meroket sehingga makin tak terjangkau lagi oleh rakyat. Akibatnya, kelaparan hebat melanda seluruh Samaria.
Peristiwa kanibalisme yang dilakukan oleh dua orang Israel dengan memakan anak dari salah satu di antara mereka (6:25-29) memperlihatkan betapa hebat kelaparan yang dialami oleh rakyat Israel saat itu. Ketika mendengar sendiri kisah itu, raja sangat berduka. Namun, peristiwa tragis itu tidak membangkitkan kesadaran dalam diri sang raja hingga kemudian menyadari kesalahannya, lalu berbalik kepada Allah dan bertobat dari ketidaktaatan serta penyembahan berhala yang dia lakukan. Ia malah ingin membunuh Elisa (6:31). Mengapa begitu? Karena Elisa adalah orang yang mewakili Allah, dan Yoram menyalahkan Allah atas bencana kelaparan itu. Padahal sebenarnya dirinyalah yang bersalah. Memang ada saja manusia yang menyalahkan Tuhan atas penderitaan yang dia alami, padahal penderitaan itu terjadi akibat kesalahannya.
Elisa, nabi yang diburu oleh Yoram itu, kemudian menyampaikan berita anugerah dari Allah, "... Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." (7:1). Allah akan membalikkan situasi sedemikian rupa, sehingga harga bahan pokok akan menjadi sedemikian murah. Bila melihat situasi terkini, berita itu memang sulit dipercaya. Namun, tidak mengimani berita anugerah yang dari Tuhan bukanlah respons yang tepat. Seorang ajudan raja yang tidak memercayai berita ini (2), justru mengolok-olok berita anugerah yang dari Tuhan. Maka Elisa menjawab bahwa si ajudan akan melihat hal itu, tetapi tidak akan menikmatinya.
Sekali lagi, ini mengajar kita bahwa di dalam situasi yang serba tidak mungkin, Allah akan memperlihatkan kuasa-Nya yang luar biasa.
Belajar 2 Raja-raja 5
"Jaga Motivasi"
2 Raja-raja 5:17 (TB) Akhirnya berkatalah Naaman: "Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN.
Adapun alasan Elisa menolak persembahan dari Naaman adalah sebagai berikut:
▪︎Pertama, Elisa merasa tidak layak menerima untung dari apa yang Allah lakukan melalui dirinya ( Mat. 10: 8; 2 Kor. 2: 17 ). Penyembuhan Naaman adalah tindakan kemurahan Allah yang sama sekali tidak dapat dibayar dengan uang atau harta yang ada di dunia.
▪︎Kedua, Elisa menolak pemberian Naaman, karena ia juga ingin Naaman mengerti dan sadar bahwa kesembuhannya itu GRATIS.
Banyak orang tanpa terkecuali ( maaf ) hamba Tuhan memanfaatkan kemampuan atau karunia yang Allah berikan untuk mencari kebutuhan pribadi.
Belajar dari Elisa, biarlah setiap kebaikan yang kita beri, -apalagi hal tersebut menyangkut nama Tuhan -, lakukanlah hal tersebut dengan ketulusan tanpa embel-embel di belakangnya. Lihatlah, hasil dari tindakan Elisa yang menolak pemberian Naaman, bukan saja membuat ia dipakai lebih dahsyat oleh Allah, tapi hal ini juga membuat Naaman bertobat dan memutuskan untuk menyembah Tuhan Allah saja (ay. 17). Betapa besarnya hasil akhir dari ketulusan yang kita berikan pada orang lain, bukan ? Alih-alih mencari keuntungan diri, bukankah lebih baik melakukannya dengan ketulusan ?
Selamat beraktifitas. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 6
"Ikatan dengan Allah"
2 Raja-raja 6:33 (TB) Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Berkatalah raja kepadanya: "Sesungguhnya, malapetaka ini adalah dari pada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi ?"
Ibukota Israel, Samaria, dikepung oleh bangsa Aram. Pengepungan itu berdampak pada harga-harga barang yang makin meroket sehingga makin tak terjangkau lagi oleh rakyat. Akibatnya kelaparan hebat melanda seluruh Samaria. Bahkan tidak sampai disitu, hebatnya kelaparan tersebut membuat dua orang ibu tega memakan anak dari salah satu di antara mereka (2 Raja-raja 6:25-29)
Namun itulah yang terjadi di saat bangsa Israel meninggalkan ikatan perjanjian dengan Allah. Mereka dihantam dengan berbagai macam bencana, hidup dalam kemrosotan moral bahkan matinya hati nurani.
Ya firman Tuhan yang kita baca hari ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa, ketika kita ke luar dari janji-janji Allah, maka kita tidak hanya kehilangan berkat, tetapi juga kasih akan Allah juga telah hilang di dalam diri kita. Jika kasih Allah tidak lagi menguasai hati kita, maka kita pun akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nurani kita.
Jika kita menjauh dari kasih karunia Tuhan maka dengan sendirinya hati nurani kita akan dikuasai oleh dosa, hawa nafsu, dan keinginan untuk mencari untung sendiri. Bahkan adakalanya kita egois, seperti halnya perempuan yang makan anaknya sendiri. Kita berusaha mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dan sepertinya tak peduli kalau hal itu membuat pernikahan atau keluarga harus dikorbankan. Jika demi meraih sukses kita mengorbankan anak, apa bedanya kita dengan perempuan yang memakan anaknya sendiri itu ?
Selamat beraktifitas & terus bangun relasi dengan Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
2 Raja-raja 7:5 (TB) Lalu pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram. Tetapi ketika mereka sampai ke pinggir tempat perkemahan orang Aram itu, tampaklah tidak ada orang di sana.
Belajar 2 Raja-raja 7
"Cara Tuhan Bekerja"
Membaca pasal tujuh ini dengan seksama, maka kita akan menemukan dua peristiwa unik yang terjadi dalam waktu bersamaan.
▪︎Pertama, ketika empat orang sakit kusta ada di depan pintu gerbang, mereka sepakat untuk bergerak menyebrang ke perkemahan orang Aram ( ay. 4-5 ).
▪︎Kedua, ketika Tuhan membuat tentara Aram mendengar bunyi kereta, bunyi kuda dan bunyi tentara yang besar tentara Aram melarikan diri dari perkemahan untuk menyelamatkan nyawanya di waktu senja
Dari kedua peristiwa dalam pasal tujuh ini, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi kita.
▪︎Pertama, Allah melakukan segala sesuatu dengan perencanaan. Kata ALLAH MEMBUAT berarti hal tersebut bukanlah suatu kebetulan. Allah sudah merencanakan dan tahu hasil yang dari apa yang sudah Ia buat dan rencanakan. Demikian dengan kehidupan kita, ketika Allah membuat, menciptakan, dan menempatkan di dunia ini atau ketika Allah membuat sesuatu yang sulit kita terima itu bukanlah suatu kebetulan tetapi ada rencana besar yang ingin Ia lakukan.
▪︎Kedua, Allah bisa memakai orang yang tidak dianggap, diperhitungkan, dan dikenal orang. Siap nama empat orang yang sakit kusta ? Tidak tercatat !
Siapa menyangka ? Hanya dengan empat pasang kaki orang yang sedang sakit kusta tersebut membuat bangsa Aram lari ketakutan. Demikian juga sebaliknya, jangan merasa berkecil hati jika saat ini kita merasa tidak dianggap dan tidak dikenal orang lain. Kita bisa jadi berkat bagi orang lain, ketika kita mau melakukannya dengan sepenuh hati. Dan sekalipun kita tidak mendapat kehormatan untuk apa yang kita buat, percayalah Allah memperhatikan kita.
Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 8 (hari ke 321)
Tafsiran :
Pada waktu Ahazia, raja Israel sakit, ia mengirimkan utusan untuk meminta petunjuk Baal-Zebub (2). Namun Benhadad, raja Aram, yang sedang sakit justru mau meminta petunjuk Tuhan dengan mengutus Hazael, hambanya (7-8). Sungguh ironis. Namun jawaban yang diberikan Elisa untuk disampaikan kepada Benhadad berbeda dari jawaban yang dia ungkapkan kepada Hazael (10). Kepada Hazael, Elisa mengatakan bahwa Benhadad akan mati dibunuh. Hanya saja, Elisa tidak mengatakan bagaimana caranya.
Kemudian Elisa menangis karena ia melihat apa yang akan terjadi pada Israel pada waktu yang akan datang. Ia tahu bahwa Hazael akan menghancurkan Israel (12). Memang semua itu terjadi akibat dosa-dosa Israel sendiri, tetapi rasa kebangsaannya, tak urung membuat Elisa bersedih. Namun respons Hazael memperlihatkan bahwa ia tidak menganggap apa yang akan dia perbuat di masa datang merupakan suatu hal yang jahat, melainkan sesuatu yang membanggakan. Maka ia mempertanyakan, bagaimana mungkin dalam keadaannya yang seperti itu, ia dapat melakukan hal seperti yang dikatakan oleh Elisa. Maka Elisa menjelaskan bahwa ia akan menjadi raja Aram (13).
Kisah Elisa ini mirip dengan kisah Yunus. Waktu itu Yunus diperintahkan pergi ke Niniwe untuk bernubuat agar Niniwe bertobat. Yunus sempat menolak. Namun ketika dia pada akhirnya melakukannya juga, ia menjadi kesal dan marah (lihat Yun. 4:1). Berbeda dengan Yunus, Elisa tetap menyampaikan berita yang harus dia sampaikan kepada Hazael, meskipun ia sangat sedih membayangkan peristiwa yang akan menimpa bangsanya. Elisa sadar bahwa dia hanyalah abdi Allah yang bertugas memberitakan firman Allah.
Betapa berat tugas seorang hamba Tuhan. Ia harus menyampaikan kebenaran dari Allah, meski kadang-kadang hal itu terasa berat untuk dilakukan. Namun sebagai hamba, ia harus taat. Maka kita perlu berdoa bagi setiap hamba Tuhan agar Tuhan mengaruniakan kebesaran hati dan kekuatan kepada mereka dalam melakukan segala tugas pelayanan mereka.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 9 (hari ke 322)
Tafsiran :
Selama pemerintahan Omri banyak sekali nabi-nabi Tuhan yang dibunuh oleh karena isi berita yang merupakan peringatan terhadap dosa. Secara khusus, dalam pemerintahan keluarga Ahab semakin banyak nabi-nabi yang terbunuh. Bahkan nyawa Elisa pun sempat terancam dengan perintah raja Israel untuk memenggal kepalanya.
Akan tetapi, meski banyak nabi yang terbunuh, masih tetap ada generasi yang meneruskannya. Mengapa bisa demikian? Jawabannya terletak pada ayat 1, bahwa ada "rombongan nabi". Yang dimaksud dengan ?rombongan nabi? di sini adalah sekolah nabi, yaitu sebuah sekolah non-formal untuk mencetak nabi-nabi yang melayani penyampaian firman Tuhan. Yang dididik di dalamnya adalah anak-anak muda yang terpanggil untuk melayani Tuhan dalam hal penyampaian firman Tuhan. Alih generasi dari Elia kepada Elisa merupakan proses regenerasi melalui sekolah nabi ini.
Dari antara murid-muridnya, Elisa mulai melatih salah seorang untuk mewartakan firman Tuhan kepada Yehu, panglima perang raja Israel. Berita yang disampaikan memang sangat berbahaya, karena konsekuensinya adalah nyawa dari nabi muda itu. Maka meski yang dipilih adalah murid yang paling menonjol dari antara lainnya, tetap ada nasihat dari Elisa, bahwa setelah mewartakannya, "... bukalah pintu, larilah dan jangan berlambat-lambat" (3). Frasa ini memberitakan betapa gentingnya situasi politis bagi para hamba Tuhan pada waktu itu. Yang menjadi sorotan kita, baik nabi Elia maupun nabi Elisa sangat mementingkan proses regenerasi dan alih kepemimpinan. Program pelatihan bagi hamba-hamba Tuhan menjadi program yang sangat penting. Elisa benar-benar mengkader seorang nabi muda tentang bagaimana menyampaikan berita firman Tuhan dalam situasi yang sangat berbahaya. Program pelatihan ini menjadi program unggulan, agar pelayanan bagi Tuhan tetap berjalan baik.
Marilah kita menjadikan program pelatihan, pembinaan, dan kaderisasi menjadi bagian yang sangat penting dalam gereja kita.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 10 (hari ke 323)
Tafsiran :
Penyembahan Baal sudah sejak lama diberlakukan dan dipromosikan oleh dinasti Ahab, maka sangatlah lumrah dan logis bila Yehu menghancurkan penyembahan agar kenang-kenangan terhadap regim lama hilang dari rakyat Israel.
Tetapi mengapa panggilan Yehu kepada seluruh nabi Baal untuk menghadiri upacara penyembahan Baal secara besar-besaran dapat dikatakan efektif? Mengapa penyembah Baal yang setia tidak curiga akan motivasi Yehu? Nampaknya sebagai ajudan Ahab, Yehu juga menjadi penyembah Baal bersama-sama keluarga kerajaan. Sebagai seorang manusia yang dapat secara sigap memperalat agama untuk mencapai tujuannya, dulu mungkin memperlihatkan sebagai seorang penyembah Baal yang setia. Namun pelenyapan para nabi dan penyembah Baal serta penghancuran penyembahan dan kuil Baal sebetulnya bukan merupakan bukti bahwa Yehu mempunyai komitmen pribadi kepada Allah. Ini terbukti ketika tujuan pribadinya sudah tercapai, semangat yang menggebu-gebu untuk Allah pudar. Reformasi agama yang sudah ia mulai dengan penghancuran kuil Baal tidak terus berlanjut. Malah ia sendiri kini mempromosikan penyembahan dewa asing yang pernah dimulai Yerobeam sebagai agama negara dan hanya berkonsentrasi kepada pemerintahannya saja.
Yehu sudah memperalat Allah untuk mendapatkan dan memperkokoh takhtanya. Padahal ia menjadi raja karena Allah memilih dia. Dan sekarang setelah semuanya didapat, dia mengesampingkan dan 'memperistirahatkan' Allah. Seharusnya ia menyadari bahwa tidak pernah dapat memperkokoh takhtanya tanpa keterlibatan Allah. Allah membuktikan bahwa Dia tidak dapat diperalat Yehu dengan memberikan batas waktu keturunan Yehu memerintah di Israel. Dia juga sudah mulai mengurangi wilayah kekuasaan Israel dan mengizinkan bangsa Aram mengalahkan mereka.
Renungkan: Hubungan pribadi orang percaya dengan Allah yang berdasarkan komitmen dan penyerahan diri secara penuh merupakan faktor penentu di dalam kehidupannya. Sebab tidak pernah seorang percaya tidak mengalami sesuatu di dalam hidupnya, ketika persekutuan dan hubungan pribadinya dengan Allah berubah.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 11 (hari ke 324)
Tafsiran :
Cobalah Anda memikirkan siapa-siapa yang diutus oleh Allah untuk memimpin dan membimbing Anda hingga Anda seperti saat ini. Selain kedua orang tua dan saudara-saudara kandung, Anda akan dikagetkan bahwa banyak orang yang tidak mempunyai hubungan darah namun mempunyai andil besar di dalam hidup Anda. Demikian pula dengan kehidupan Yoas. Bahwa ia dapat menjadi raja dalam usia yang masih sangat muda dan harus melewati berbagai peristiwa karena ada banyak orang yang mempunyai andil besar.
Sebelum Yoas berusia satu tahun (2, 21), dia sudah menghadapi ancaman pembunuhan dari Atalya, neneknya sendiri. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh seorang bayi untuk melindungi dan mengadakan pembelaan karena ia sendiri belum menyadari adanya bahaya yang mengancam hidupnya. Namun munculah Yoseba yang berani mengambil konsekuensi kehilangan nyawanya sendiri, menculik Yoas dari tengah-tengah anak-anak raja yang akan dibunuh. Identitas Yoseba memang tidak begitu jelas. Namun sangat mungkin dia bukan anak Atalya, dia hanya saudara tiri Ahazia. Bahkan di dalam 2Taw. 22:11, dia disebut sebagai istri imam Yoyada. Ini berarti Yoyada rela menanggung risiko yang besar tanpa pamrih sedikit pun.
Selain Yoseba, peran inang penyusu Yoas juga tidak kecil. Bayangkan dia harus menyertai Yoas di dalam persembunyian. Ia harus hidup dalam kekuatiran dan ketakutan selama 6 tahun. Sebaliknya ia pun mengalami godaan untuk memperkaya diri ataupun mendapatkan pahala bagi diri sendiri jika ia melapor ke Atalya. Namun ia tetap bertahan untuk memelihara Yoas kecil. Selain kedua perempuan pemberani itu, ada peran Yoyada. Sebagai imam, ia telah memimpin kudeta terhadap Atalya dan menghancurkan rumah Baal bahkan membunuh imamnya dan kemudian menobatkan Yoas menjadi raja. Jadi ada 2 kelompok yang sangat berperan dalam hidup Yoas. Kelompok pertama, merebutnya dari kematian dan memelihara kehidupannya. Kelompok kedua, mempersiapkan dan memperlengkapi segala sesuatu hingga Yoas tanpa bersusah payah dapat menduduki takhta.
Renungkan: Siapa-siapa yang berperan hingga Anda dapat bertemu Kristus dan terus bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam-Nya? Kristus telah memakai mereka menjadi bagian dalam kehidupan Anda.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 12 (hari ke 325)
Tafsiran :
Seorang perempuan kristen baru-baru ini menceritakan bahwa ia baru saja melewati masa krisis kejiwaan. Namun ia mengalami frustasi karena tidak seorang kristen pun yang kepadanya ia dapat berpaling. Dia berasal dari keluarga yang baik namun mereka tidak siap untuk menolongnya. Dia pun rajin mengikuti ibadah Minggu walaupun khotbah-khotbah Minggu tidak cukup membantu dia di dalam persoalan pribadinya. Dia sudah mencoba untuk menemui pendeta dan hamba Tuhan yang lain, namun nampaknya mereka tidak mempunyai cukup waktu untuknya. Kemana ia harus pergi? Dia butuh teman rohani agar ia dapat melewati krisis dengan tetap mempertahankan imannya.
Itulah juga yang dialami oleh Yoas. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan seumur hidupnya selama imam Yoyada mengajar dia. Apa yang dilakukan oleh Yoas sangat bertentangan dengan Ahazia orang tuanya. Walaupun tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, Yoas tidak menyembah Baal. Karena pengaruh Yoyada, Yoas berinisiatif untuk memperbaiki Bait Allah. Bahkan ketika para imam belum memperbaikinya, Yoas sendirilah melalui panitera raja yang memimpin pengumpulan dana dan membayarkan kepada para pekerja. Namun apa yang terjadi setelah Yoyada meninggal? Di dalam 2Taw. 24:15-21 diungkapkan bahwa setelah kematian Yoyada, Yoas mendapatkan pengaruh dari para pemimpin Yehuda dan meninggalkan Allah untuk berpaling kepada berhala. Bahkan ketika anak Yoyada berusaha mengingatkan Yoas, ia malah dibunuhnya.
Karena dosa-dosa itulah maka Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah. Salah satunya adalah majunya Hazael raja Aram menyerang dan merebut Gat. Serangan ini berlanjut hingga mengarah ke Yerusalem. Dalam keadaan demikian, Yoas mengalami krisis baik kejiwaan maupun rohani. Ia tidak lagi mempunyai teman rohani seperti Yoyada selain para pemimpin Yehuda yang justru menyesatkan. Ia menggunakan persembahan yang dikhususkan buat Allah sebagai persembahan kepada Hazael. Seharusnya ia berpaling kepada Allah dan bukannya merampok Allah untuk meminta pertolongan manusia.
Renungkan: Kita pun membutuhkan sahabat-sahabat rohani, agar kita dapat mempertahankan komit
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 13 (hari ke 326)
Tafsiran :
men kita kepada-Nya.
Membaca biografi seorang pendeta yang dipakai Tuhan semasa hidupnya pasti menimbulkan sukacita. Melihat perbuatan Tuhan yang menyertai hidupnya akan membuat kita mendapatkan penghiburan rohani.
Bagian ini istimewa sebab mengisahkan akhir hidup Elisa yang terkesan "diselipkan" di antara cerita para Raja Yehuda dan Israel. Pelayanan Elisa dimulai ketika ia menggantikan Elia (Lihat 2Raj. 2:1-18). Elisa dikenal di Israel sebab ia sering menubuatkan jalannya politik negara Israel (Lihat 2Raj. 3; 5; 6:8-7:19; 8:7-15). Di sini pun, Elisa tetap menubuatkan tindakan Allah yang menolong Raja Yoas dari penindasan raja Aram (ayat 2Raj. 13:15-18).
Di akhir hidupnya, Elisa tidak menolak kedatangan Yoas meski ia tahu Yoas tidak takut pada Tuhan. Ia justru bernubuat sebab ia berharap agar dengan jalan ini Yoas berpaling pada Allah. Itu sebabnya, tindakan Yoas yang melakukan petunjuk Elisa dengan setengah hati membuatnya gusar (ayat 19,22,24-25). Kehidupan, integritas, kesetiaan, dan pelayanan Elisa kepada Allah Israel tak berubah sampai akhir hidupnya. Elisa mengakhiri hidupnya dengan baik dan benar sampai-sampai kuasa Allah tetap dinyatakan setelah kematiannya (ayat 20-21). Seumur hidupnya Nabi Elisa tetap melayani Israel sebab ia tahu Allah mengasihi mereka (ayat 23). Sayang sekali, sampai Elisa meninggal pun Raja Yoas tak kunjung berpaling kepada Allah Israel.
Melayani mereka yang tersesat tidak selalu memberikan hasil seperti yang kita harapkan, yaitu melihat pertobatan mereka. Apakah hal ini berarti para hamba Tuhan tidak usah melayani umat-Nya lagi? Apakah berarti kita tidak perlu lagi menjaga integritas diri sesuai dengan firman-Nya? Jawabnya tidak! Sebab upah kita bukan dari manusia melainkan dari Allah yang melihat semua jerih-payah kita.
Renungkan: Pertahankanlah panggilan Allah untuk melayani-Nya! Akhirilah perjuangan pelayanan dengan hati yang tetap tertuju pada-Nya.
Belajar 2 Raja-raja 8
"Segala Sesuatu Mungkin"
Dalam Markus 14:38 (TB) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Di hadapan dosa dan segala macam bentuk pelanggaran, kita sering terjebak terlalu meremehkannya; persis seperti Petrus yang sebelumnya begitu percaya diri berkata tidak akan menyangkal-Nya, namun akhirnya menyesal karena melakukannya juga. "Di dalam Tuhan (roh), segala sesuatu mungkin", ini benar, tapi kita juga perlu ingat, bahwa "di dalam manusia (daging), segala sesuatu juga mungkin terjadi," Roh memang penurut, tapi daging lemah. Jika Daud yang hidupnya senantiasa dekat kepada Allah saja bisa jatuh dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, apalagi kita yang kualitas hidup bersama-Nya bisa dikatakan masih di bawahnya. Peristiwa kegagalan Daud, Petrus, dan terutama Hazael untuk mempertahankan sikap yang benar pada saat dosa menggoda ini kiranya mengingatkan kita bahwa kita harus senantiasa bergantung pada kekuatan Allah agar mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Kelengahan kita saat menghadapi pencobaan Iblis dan ketidaktekunan kita untuk tetap bergantung pada kekuatan Allah adalah sumber kegagalan.
Selamat berkarya dan bekerja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 9
"Allah kejam ?"
2 Raja-raja 9:8 (TB) Dan segenap keluarga Ahab akan binasa; dan Aku akan melenyapkan dari pada Ahab setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel.
Nama Hitler begitu identik dengan kekejaman. Atas persetujuannyalah, orang-orang kepercayaannya melakukan genosida atau pembersihan etnis. Lalu bagaimana dengan kasus Ahab, yang seluruh keluarganya "dibersihkan" oleh Allah lewat tangan Yehu ? Apakah Allah memang sedemikian kejam ? Memahami hal-hal semacam ini memang kadang sulit, tapi rasanya kita perlu tahu alasan "pembersihan" ini harus dilakukan.
▪︎Pertama, Ahab adalah salah satu raja Israel yang memiliki karakter jahat. Tidak hanya salah, Alkitab sendiri bahkan mengatakan bahwa Ahab lebih jahat dari raja-raja pendahulunya ( 1 Raj.16:30 ).
▪︎Kedua, penghukuman kepada Ahab dan keturunannya memang tidak dapat ditunda lagi sebab keberadaannya sudah mengkontaminasi tidak hanya seluruh Israel, tapi juga Yehuda melalui perkawinan antara keturunan Ahab dan Yosafat ( 2 Taw. 18:1-3, 2 Raja-raja 8:18, 27 ). Jika dibiarkan, maka kerajaan Israel dan Yehuda akan hancur secara politik dan militer ( 2 Raj. 1:1, 8:20-22 ), serta visi dan misi Allah terhadap bangsa Israel pun takkan tergenapi.
Jadi, kejamkah Allah? Sama sekali tidak ! Ia adalah Allah ( bukan manusia) yang memang berhak menghakimi umat-Nya. Lagi pula, apa yang Ahab dan keluarganya terima tersebut memang adalah konsekuensi dari dosa yang telah mereka lakukan.
Karenanya, kiranya kita menganggap perintah Allah ini konsekuensi dari kekudusan-Nya yang membuat Dia tidak berkompromi dengan dosa. Ya, memang Allah penuh kasih, tapi jangan lupakan fakta bahwa Ia juga adalah Allah yang adil. Kita memang sudah hidup dalam zaman anugerah sejak darah-Nya tercurah di kayu salib, namun kiranya hal ini tidak lantas membuat kita dapat hidup di seenaknya dan apalagi terkesan mencobai kesabaran Allah dengan terus menerus hidup dalam dosa tanpa kesadaran untuk segera bertobat dan kembali pada-Nya.
Selamat bekerja dan berkarya, tetaplah semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
Belajar 2 Raja-raja 10
"Akhir yang Sempurna"
2 Raja-raja 10:29 (TB) Hanya, Yehu tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, yakni dosa penyembahan anak-anak lembu emas yang di Betel dan yang di Dan.
Pembaruan rohani yang dilakukan Yehu sebenarnya diawali dengan baik. Ia melakukan apa yang menjadi perintah Allah -- yakni untuk membersihkan keluarga Ahab -- dengan sangat baik. Dan untuk ini, Allah pun memberinya apresiasi, yakni janji bahwa keturunannya akan meneruskan takhtanya hingga generasi ke empat (10:30). Sayangnya awal yang baik ini tidak diimbangi dengan akhir yang manis. Ia memang mendedikasikan hidupnya untuk memenuhi perintah Allah, tapi nyatanya ia tidak cukup sungguh-sungguh dalam melakukannya. Segera setelah membersihkan keluarga Ahab dan mendapatkan kekuasaan, ia pun terlena oleh jabatan. Seolah tidak menggubris janji Allah bahwa takhtanya akan diteruskan oleh keturunannya, ia justru mengizinkan penyembahan lembu emas karena alasan politis (10:29 ). Yehu memang awalnya bertugas menghukum atas nama Allah, tapi akhirnya ia sendiri justru menjadi yang terhukum (Hos. 1:4)
Mengamini "panjang umur" dalam ucapan dan lagu ulang tahun tente sah saja, tapi ingat bahwa di balik panjangnya usia tersebut, ada tanggung jawab yang berat yang senantiasa kita jaga semakin lama, yakni tekad mengasihi Tuhan dengan segenap hati selama hidup. Menjaga konsistensi untuk berada di jalur iman yang benar memang tidak pernah mudah, tapi percayalah bahwa Roh Kudus akan senantiasa siap membantu kita untuk tetap setia mengikuti pimpin Tuhan sampai garis akhir.
Selamat beraktifitas., tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 11
"Kacang Ingat Kulit"
2 Raja-raja 11:2 (TB) Tetapi Yoseba, anak perempuan raja Yoram, saudara perempuan Ahazia, mengambil Yoas bin Ahazia, menculik dia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu, memasukkan dia dengan inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur, dan menyembunyikan dia terhadap Atalya, sehingga dia tidak dibunuh.
Rakyat Yehuda dikatakan hidup dalam damai dan lepas dari penyembahan berhala. Bagaimana semua itu mungkin terjadi? Tak lain karena keberadaan Yoas. Secara status, yakni sebagai anak dari Ahazia, Yoas memang memberikan pengaruh besar. Ia adalah putra mahkota. Ialah anak satu-satunya Ahazia yang lolos dari pembunuhan, dan ialah yang lebih pantas memimpin sebagai raja ketimbang Ratu Atalya, neneknya. Tapi kalau boleh dikatakan, semua itu dapat terjadi karena ada peran besar orang-orang yang mendukung Yoas, terutama Yoseba (bibinya), inang pengasuhnya, dan imam Yoyada. Kepada orang-orang inilah seharusnya rakyat Yehuda berterima kasih. Kepada ketiga orang itulah Yoas seharusnya memberikan apresiasi jika sudah dewasa kelak
Membaca kisah ini seharusnya mulai memancing kita untuk mengingat orang-orang yang memiliki peran dan andil besar dalam kehidupan kita masing-masing. Apabila kita sudah sampai tahap di mana kita berada sekarang, semua itu jelas bukan karena ketangguhan kita dan keluarga kita sendiri.
Karenanya, mari sama-sama memikirkan siapa-siapa saja yang sudah diutus Allah untuk memimpin dan membimbing kita hingga sampai pada titik ini. Selain kedua orang tua dan saudara kandung tentunya, kita akan dikagetkan bahwa ternyata ada banyak orang yang punya andil besar dalam hidup kita meski kita tidak memiliki pertalian darah dengan mereka. Pertanyaan selanjutnya adalah. "Sudahkah kita mengapresiasi mereka ?"
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat dan menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 14 (hari ke 327)
Tafsiran :
Sebagai raja, Amazia mengalami kehidupan yang tragis. Selama 29 tahun pemerintahannya dapat dikatakan baik sebab ia berjalan di dalam kehendak Allah walaupun tidak seperti Daud namun seperti ayahnya Yoas (4). Tragisnya, hidupnya berakhir dengan kematian di tangan rakyat sendiri. Mengapa demikian?
Satu tindakan Amazia yang patut dipuji adalah ketika ia menghukum para pemberontak (5-6). Ia sangat taat dan menegakkan supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum Allah. Tidak heran jika Allah memberkatinya dengan kemenangan besar atas Edom dan berhasil merebut kota Sela (7). Namun keberhasilannya itu berakibat buruk bagi kepribadiannya, karena ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri dengan benar dan bagi pemahaman imannya. Ia merasa bahwa dirinya hebat dan berkembang menjadi sebuah keyakinan bahwa dirinya memang hebat. Hingga timbulah ambisi untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain, dan yang menjadi targetnya adalah Israel. Amazia telah meninggikan supremasi dirinya sendiri dan menjadikan dirinya standar bagi orang lain, bukan lagi Allah dan hukum-Nya.
Peringatan Yoas bagai pengungkapan ketakutannya di telinga Amazia. Ia tetap menyerang dan kalah. Ia yang meninggikan diri sekarang direndahkan dengan menjadi tawanan perang (13). Bukan hanya dirinya, negara dan bangsanya pun direndahkan karena tembok kota sepanjang 400 hasta dihancurkan. Bahkan Allah pun 'direndahkan' oleh raja yang jahat dengan dirampoknya perkakas Bait Allah. Kesalahan yang dilakukan begitu fatal di hadapan rakyat. Sehingga, setelah dibebaskan oleh Yerobeam, ia dibunuh oleh rakyatnya sendiri dan kemudian mengangkat anaknya menjadi penggantinya. Itulah harga yang harus dibayar, tidak hanya oleh Amazia, tetapi juga seluruh rakyat Yehuda, karena pengenalan diri dan pemahaman iman yang salah.
Renungkan: Jangan sampai status kita yang sudah dibenarkan di hadapan Alah oleh darah Kristus dan pemeliharaan-Nya atas kita hingga kini, membuat kita angkuh dan membuat program-program pelayanan yang memprovokasi pihak lain, sehingga mengakibatkan komunitas Kristen dan nama Allah sendiri direndahkan oleh mereka. Jadilah bijak dan peka selalu!
Pisang nomor tiga bertunas dekat tembok lahir yang anak ke 1 dan tunas dekat kamar belakang lahir yang anak ke 2. Pisang lahir 2 berjantung tanggal 14 -9-2023 sedang pisang 1 belum punya jantung. Berarti anak kedua duluan punya jantung dari anak pertama? Menggambarkan siapaka ini!
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 15 (hari ke 328)
Tafsiran :
George Santayana mengatakan bahwa 'seseorang yang tidak mau belajar dari sejarah akan terhukum untuk mengulanginya'. Kebenaran dari perkataan ini terbukti dalam pemerintahan Yotam. Sebelum diangkat menjadi raja, ia sudah ditunjuk untuk mengepalai istana dan menjalankan pemerintahan mewakili ayahnya yang berada dalam pengasingan (2Raj. 15:5).
Ia tentunya sudah melihat bagaimana tragis akhir hidup ayahnya karena dosa yang dilakukan. Yotam tentunya juga sudah melihat bahwa walaupun secara pribadi melakukan apa yang benar di mata Tuhan, namun ayahnya tidak melakukan reformasi rohani di dalam masyarakat Yehuda. Tindakan Yotam yang nampaknya cukup memberi arti dalam pemerintahannya adalah mengadakan renovasi Pintu Gerbang Bait Allah dan mendirikan banyak bangunan (2Taw. 27:4). Memperbaiki dan mempercantik Bait Allah adalah baik sebagai wujud penghargaan terhadap 'kediaman' Allah. Membangun kota di pegunungan berarti pemerataan pembangunan ekonomi rakyat di seluruh daerah. Benteng dan menara di hutan dibangun untuk memperkuat pertahanan dan mengantisipasi secara dini invasi dari bangsa lain.
Namun faktor religius, ekonomi, pertahanan, dan politik yang dikerjakan Yotam tidak mampu menciptakan masyarakat Yehuda yang lebih baik dan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Buktinya sejak zaman itu Allah mendatangkan invasi dari Aram dan Israel sebagai hukuman Allah. Mengapa demikian? Sebab reformasi yang dilakukan oleh Yotam tidak mampu dan tidak mungkin menyentuh bagian yang paling hakiki dalam kehidupan masyarakat yaitu hati manusia. Reformasi Yotam lebih mengarah kepada reformasi fisik, sehingga tidak mampu mengembalikan bangsa Yehuda kepada identitas dan panggilannya sebagai sebuah umat pilihan Allah. Karena itulah penghukuman akan segera dijatuhkan. Bagaimana seandainya ia mau belajar dari sejarah? Bangsa Yehuda akan kembali menemukan identitasnya dan dapat mengaktualisasikannya, sehingga menjadi berkat bagi banyak bangsa.
Renungkan: Fisik gedung gereja yang indah, megah, dan besar yang mampu menampung sekian juta orang tidak akan pernah menjadikan sekian juta orang itu menjadi Kristen, sebab identitas Kristen tidak melekat pada fisik namun hati.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 16 (hari ke 329)
Tafsiran
Dalam situasi sulit, seseorang dapat bertindak di luar waktu dan cara TUHAN. Hal ini terjadi dengan menggantikan posisi yang diandalkan (bukan TUHAN), yaitu orang atau sesuatu hal lain yang dianggap lebih kompeten, mudah diakses atau dikendalikannya. Tindakan seperti ini hanya memperburuk situasi dan menghancurkan.
Raja Ahas melakukan apa yang salah dan jahat di mata TUHAN (2). Dia menyembah berhala dan mempersembahkan anaknya sebagai kurban dalam api (3-4). Dalam berperang, sebenarnya dia tidak mudah dikalahkan musuh (5). TUHAN menolong dan menjaga kerajaan Yehuda dari kekalahan akibat serangan musuh. Tetapi Ahas tidak puas dan ia mengajukan permohonan perlindungan kepada raja Asyur; bukan kepada TUHAN. Keputusan Ahaz ini menjadi tindakan yang fatal di kemudian hari, karena raja Asyur bukannya membantu melainkan semakin menyesakkan raja Ahas (19-20).
Ahaz menggantikan posisi TUHAN dengan raja Asyur. Ahaz semakin tidak benar dengan mengatur imam termasuk perkakas ibadah yang telah TUHAN tetapkan. Kelihatannya Ahaz melayani TUHAN, tapi hal itu dilakukan demi keuntungan sendiri. Dia membuat keputusan sekehendak hatinya dengan menentang peraturan yang TUHAN perintahkan. Di sini terlihat bahwa Ahaz sebenarnya menggantikan TUHAN dengan berhala, raja Asyur, dan dirinya sendiri.
Ketika mengingat perjanjian Allah dan umatNya melalui penyebutan nama TUHAN=YHWH (7x), tak seorang pun harus melakukan tindakan yang tidak benar dalam ibadah. Kita harus menyembah TUHAN karena memang Dia layak disembah, bukan karena ingin menjadikan Dia seperti keinginan kita. Misalnya, kita memiliki kekuasaan seperti raja, maka siapapun dapat melakukan hal yang tidak benar di hadapan TUHAN. Hanya lewat ketaatan dalam segala hal, keinginan untuk mengganti posisi TUHAN dengan "berhala-berhala" lain dalam hidup kita bisa dihindari. [TT]
Pisang nomor 1 bertunas dekat tembok. Pisang nomor 2 bertunas dekat kamar. tanggal 14 -9-2023 pisang 2 punya jantung. Sedang pisang 1 belum. kedua duluan punya jantung dari anak pertama? Menggambarkan siapakah ini!
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 17 (hari ke 330)
Tafsiran
Hidup di tengah-tengah orang tidak percaya memang sulit. Namun, sebagai milik Kristus kita tetap berkewajiban membawa orang yang belum mengenal Dia kepada pertobatan.
Sebenarnya hukuman Allah menyerakkan Israel ke negeri-negeri jajahan Asyur bukan semata-mata untuk memusnahkan mereka. Dalam negeri pembuangan, Israel diberi kesempatan untuk bertobat, supaya hidup mereka menyak-sikan Allah Israel kepada bangsa-bangsa di sekitar mereka ditempatkan. Demikian juga dengan sisa-sisa Israel yang tetap tinggal di Samaria. Mereka seharusnya menjadi berkat bagi para buangan dari negeri-negeri lain yang ditaruh oleh Asyur di Samaria. Sayangnya, Israel sama sekali tidak menyadari hal ini. Mereka membiarkan bangsa-bangsa kafir ini hidup penuh dosa sehingga Allah harus mengirimkan singa-singa untuk menghukum mereka (ayat 25). Bahkan walaupun seorang imam Israel diutus untuk memimpin kehidupan penduduk Samaria mengenal Allah (ayat 28), yang terjadi justru sinkretisme, yaitu mencampurkan ibadah kafir dengan ibadah Israel (ayat 29-34). Umat Israel bukannya menjadi teladan hidup ibadah yang benar, sebaliknya mereka justru ikut-ikutan menyembah dewa dewi bangsa-bangsa lain.
Orang Kristen dan gereja dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dan menyatakan kesaksian hidup Kristen yang benar, di tengah-tengah dunia yang menyembah ilah-ilah dunia. Hiduplah dengan tulus dan benar, terbuka di hadapan orang lain dalam mempraktikkan kasih, keadilan, dan kebenaran. Jangan sampai kita menjadi batu sandungan dengan justru ikut-ikutan jalan dunia ini dengan menyembah materi, kuasa, dan kenikmatan hidup.
Doaku: Tuhan, sorotilah relung hatiku terdalam agar aku sadar sisi-sisi gelap hidupku yang tidak memperkenan-Mu. Beri aku kekuatan untuk menolak berhala dunia yang memperbudakku, agar Engkau sajalah yang kusembah sebagai Pemilik hidupku.
Belajar 2 Raja-raja 12
"Bukan Solo, Tapi Orkestra"
Dalam Pengkhotbah 4:9 (TB) Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
Meski tidak menghancurkan bukit pengorbanan untuk berhala, Yoas sudah teruji tidak seperti ayahnya yang hidup begitu merendahkan Allah. Ia hidup dekat dengan Allah dan berniat memperbaiki bait Allah dengan membuat sistem baru dalam hal pengumpulan uang persembahan. Tapi kita merasa terkejut dengan sikap Yoas ketika merespon ancaman serangan Hazael. Ya, alih-alih berkonsultasi pada Allah dan mengandalkan-Nya, ia justru mengambil keputusan yang hidupnya tercela di hadapan -Nya. Tak hanya menyuap Hazael agar tidak menyerang Yerusalem, ia bahkan memakai uang persembahan yang sedianya untuk keperluan perbaikan Bait Allah sebagai suap.
Mengapa Yoas bisa melakukan kecelaan tersebut ternyata ia tidak didampingi oleh Imam Yoyada. Ya, pasal ini memang tidak menceritakan dengan detail, tapi jika kita membaca dalam 2 Tawarikh 24:15-21, maka kita akan menemukan bahwa akar dari segala permasalahan ini sebenarnya meninggalnya imam Yoyada. Ketiadaan rekan rohani yang mampu membimbing Yoas di jalan yang benar membuat Yoas mendapat pengaruh negatif dari orang-orang kepercayaannya, sehingga iapun berpaling pada berhala.
Ibarat musik, orang percaya tidak dipanggil untuk bernyanyi solo, tapi untuk berduet dan bahkan menyelenggarakan sebuah Orkestra. Seberapapun hebatnya kita, kita tak akan pernah dapat menyelenggarakan sebuah pagelaran orkestra seorang diri. Kita memerlukan keberadaan "pemusik-pemusik" lain untuk menghasilkan sebuah mahakarya musik yang indah demi kemuliaan Allah. Karena itu, berkomunitaslah !! Mari temukan atmosfer (rekan) rohani yang di dalamnya dan dengannya kita dapat saling memberikan dukungan, kekuatan, dan bahkan pelurusan, sehingga hidup kita senantiasa lurus dan menggemakan kemuliaan Tuhan.
Selamat berkomunitas temukan sahabat yang terus bisa iman kita bertumbuh dan menggemakan kemuliaan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 13
2 Raja-raja 13:21 (TB) Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.
Ketika hidup dirasa tak normal, apa yang kita lakukan ? Apakah tenggelam dalam keluhan dan pengasihan diri atau justru berdoa pada Tuhan agar mengetahui bagaimana kita tetap menjadi berkat bagi orang lain ?
Sesungguhnya, pilih kita akan sangat menentukan apakah "tulang" kita akan "membangkitkan" atau justru "mematikan". Ekstremnya, jika orang-orang yang hidupnya tidak berkualitas seperti Henry Ford (revolusinya anti Yahudi), Wallace Carothers ( penemu bahan nilon yang bunuh diri pada usia 40 tahun), dan Samuel Morse ( penemu sandi morse yang adalah pendukung fanatik perbudakan) saja bisa meninggalkan sesuatu yang menghidupkan, maka seharusnya kita terlebih lagi. Jadi, mari renungkan pertanyaan ini sama-sama, "Seandainya saya meninggal esok, apa yang akan kita tinggalkan ?". Jangan sampai kita tidak meninggalkan sesuatu yang baik -- yang menghidupkan, membangkitkan, menginspirasi, -- untuk orang-orang yang kita tinggalkan.
Selamat berjuang, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 14
"Warna Langit jadi Pink ?"
2 Raja-raja 14:8 (TB) Pada waktu itu Amazia menyuruh utusan kepada Yoas bin Yoahas bin Yehu, raja Israel, mengatakan: "Mari kita mengadu tenaga!"
Amazia, raja Yehuda yang baru, sebenarnya cukup berkenan di mata Tuhan. Sekalipun ia tidak menghancurkan tempat persembahan untuk para berhala seperti ayahnya, Yoas, ia hidup dalam naungan perintah Tuhan dalam buku Musa (ay. 6). Karena sikap inilah Allah kemudian memberkati pemerintahnya. Allah memberinya kemenangan melawan Edom serta menghadiahkan kota Sela sehingga kegembiraan Yehuda menjadi lengkap (ay. 7).
Namun seiring kekuatannya yang makin bertambah, ia justru makin tinggi hati. Ia justru terpancing untuk terus-menerus menunjukkan kekuatan fisiknya untuk membuktikan diri terkuat dengan menentang Yoas, Raja Israel. Peringatan Yoas, yang dengan halus memintanya mengurungkan niat pun tak cukup menyentuh hatinya. Akhirnya, kehancuran yang ia tuai.
Amazia adalah cerminan pribadi kita sebagai manusia. Semakin besar kekuatan, atau kekuasaan, atau kekayaan yang kita miliki, semakin besar pula kecenderungan kita untuk menunjukkan semua itu hanya agar kita dipandang paling kuat, paling berkuasa, paling kaya.
Bayangkan saja jika Allah yang kita sembah memiliki kecenderungan yang kita miliki ini, mungkin Ia kaki untuk pohon beringin, atau akan mengubah warna langit menjadi pink, atau Ia akan membuat air tidak lagi mengalir turun, tapi naik ! Tapi Allah tidak seperti itu, kan ?
Meski kekuatan-Nya tak terbatas, Ia menunjukkannya dalam bentuk kasih, seperti memberi manna untuk orang Israel, membelah Laut Merah, dan bahkan puncaknya mengirim Yesus ke dunia. Nah, bukankah kita seharusnya kita pun bersikap sama ? Jika kita dianugerahi dengan kekuatan, kekuasaan, dan bahkan kekayaan (seperti Amazia), maka hendaknya kita mensyukuri dan menyikapi dengan menunjukkan kasih Tuhan melalui kelebihan kita tersebut kepada orang-orang yang ada disekitar kita.
Selamat berkarya dan berjuang, terus semangat dan mengandalkan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 15
"The Power of Cover"
2 Raja-raja 15:11 (TB) Selebihnya dari riwayat Zakharia, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel.
Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya. Ungkapan ini memang tidak salah, tapi jika kalau mau jujur, sampul sebuah buku nyatanya memang sangat menentukan.
Nah, bagaimana "cover" kita ? Apakah cukup menarik untuk orang lain mau hidup dekat dengan kita? Seperti halnya Alkitab menceritakan garis hidup seorang raja akan menentukan apakah saya akan mengenali raja itu lebih dalam, demikianlah bagaimana kesan orang lain terhadap kita akan menentukan apakah kita cukup menarik untuk didekati atau tidak. Ah, jadi ingat tagline iklan yang begitu populer: "Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda." Jadi, cukup "wangikah" hidup kita di hadapan orang lain ? Sesungguhnya inilah yang akan menentukan apakah kita akan memiliki banyak sahabat, dilimpahi dengan segala macam peluang, dan bahkan mampu orang lain bagi Kristus.
Selamat menikmati libur akhir pekan bersama keluarga, terus semangat dalam menjalani kehidupan hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 18 (hari ke 331)
Tafsiran :
Orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri seringkali menganggap remeh orang lain bahkan merendahkan kuasa Tuhan. Tanpa disadarinya, ia sedang melawan Tuhan.
Sanherib, raja Asyur yang sedang berjaya dengan pasukannya menaklukkan dunia pada waktu itu adalah orang demikian. Melalui wakilnya, juru minuman agung dari Lakhis, raja Asyur menekan Hizkia agar menyerah kepada Asyur. Juru minuman agung itu dengan pongahnya menyatakan bahwa Asyur tak terkalahkan. Ia menghina dan merendahkan Mesir yang menjadi andalan kerajaan-kerajaan kecil, termasuk Yehuda (ayat 21). Ia meremehkan kekuatan pasukan Yehuda (ayat 23-24). Ia bahkan menghujat TUHAN, Allah Israel dengan mengatakan bahwa TUHAN tidak berdaya melawan para dewa orang Asyur (ayat 30-35).
Apa tindakan yang tepat menghadapi orang yang sombong seperti itu? Hizkia mula-mula bertindak kurang beriman, yaitu dengan membayar upeti kepada raja Asyur (ayat 14-16). Akan tetapi, kemudian Hizkia sadar bahwa ia harus bersandar kepada Tuhan. Itu sebabnya, ia memerintahkan agar rakyat jangan menjawab sepatah kata pun terhadap ejekan dan hujatan dari juru minuman agung dari Lakhis itu (ayat 36). Tujuannya supaya rakyat jangan terpengaruh atas bujukan dan tipu daya yang akan membuat mereka meragukan Allah mereka, Allah Israel.
Menghadapi sikap sombong dan takabur orang-orang jahat, kita perlu mengandalkan hikmat Tuhan. Seperti Hizkia, kita tidak perlu menyerang balik kata-kata jahat dan hujat mereka. Serahkan pada Tuhan dalam doa karena Tuhanlah yang memiliki hak membalas (Rm. 12:19). Lawanlah kata-kata hujat dengan firman Tuhan. Maksudnya, jangan biarkan kata-kata jahat itu mempengaruhi Anda. Sebaliknya, jadikan firman-Nya pedoman yang pasti dan jaminan yang teguh untuk tetap hidup setia melayani Tuhan.
Camkan: Satu-satunya cara menangkal tipu daya dan hujat Iblis adalah berdoa sesuai firman!
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 19 (hari ke 332)
Tafsiran :
Situasi krisis sering dihadapi oleh orang percaya dengan dua cara, yaitu: datang kepada Allah atau meninggalkan Allah. Kadang TUHAN menggiring kita kepada situasi di mana tidak ada sesuatu atau seorang pun yang dapat kita andalkan lagi, termasuk diri kita dan kekayaan. Bila hal itu terjadi, seharusnya kita menyadari kebutuhan kita akan TUHAN.
Sanherib mengirim utusan untuk melemahkan Hizkia dan bangsanya, agar Hizkia menyerah (3-4). Melihat situasi yang sulit ini, Hizkia datang ke rumah TUHAN dengan penuh perkabungan dan berdoa memohon pertolongan-Nya (1). Hal ini baik. Untung saja Hizkia mau mendengarkan saran nabi Yesaya (6-7)). Bergumul bersama dengan orang yang dekat dengan TUHAN, menolong kita untuk tidak tertekan dalam persoalan apapun. Sanherib menunjukkan kesombongannya, namun tidak menyadari kehancuran mereka sudah di depan mata (9-13).
Apa yang dilakukan Hizkia? Ia menyerahkan semua masalahnya di hadapan TUHAN tanpa mencari keuntungan dirinya sendiri (14-19). Hizkia berdoa bukan untuk kebesarannya dan kerajaan Yehuda. Ia mengakui kedaulatan dan kekuasaan TUHAN, bahkan memohon pertolongan-Nya untuk membuat segala kerajaan di bumi mengetahui bahwa TUHAN adalah Allah satu-satunya (19). Doa Hizkia didengar dan TUHAN memberi penghiburan-Nya (21-34). Di sini kita melihat TUHAN menjadi Penjaga dan Penyelamat kaum Yehuda. Selain itu, TUHAN menubuatkan hukuman-Nya atas raja Asyur dan kerajaan-Nya (35-37). Kalau TUHAN menolong kita, itu hanya karena otoritas-Nya, bukan karena kebaikan manusia belaka.
Tiada persoalan yang sulit bagi TUHAN. Ketika kita sudah tidak mampu mengandalkan apapun, itulah kesempatan TUHAN mengerahkan segala kekuatan dan kasih-Nya. Kita hanya perlu datang setiap saat kepada-Nya, mengandalkan Dia, dan tidak menyombongkan apapun yang kita miliki. Bersyukur atas semua pertolongan-Nya. (TT)
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 20 (hari ke 333)
Tafsiran :
Orang yang bijaksana menaruh pengharapannya pada hal-hal yang bernilai kekekalan. Baginya, hal-hal yang sementara seperti: kekayaan, kesehatan, kepandaian, dan kekuasaan walaupun penting, bukan hal yang utama. Ia tidak akan menjadikan hal-hal tersebut sebagai alat pengukur kebahagiaan. Sebab kebahagiaan adalah anugerah Tuhan yang membuat seseorang beroleh persekutuan dengan-Nya dan dapat menikmati kebaikan-Nya.
Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (ayat 13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukkan bahwa Hizkia dapat membayar (upeti) kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, Nabi Yesaya mengingatkan Raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2Raj. 20:17-18). Respons Hizkia menunjukkan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (ayat 19b).
Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah "carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu." Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Renungkan: Hanya dengan sepenuhnya mendudukkan Tuhan Yesus di singgasana hati Anda, semua harta dunia ini beroleh posisinya yang tepat.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 21(hari ke 334)
Tafsiran :
Judul di atas walaupun tidak lengkap namun seringkali menyiratkan nada penyesalan. Penyesalan karena melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Jika waktu dapat diputar kembali, Hizkia mungkin akan memilih tidak berdoa untuk kesembuhannya (20:6) agar bangsa Yehuda tidak jatuh di bawah pemerintahan raja Manasye, anaknya sendiri -- seorang raja yang memerintah paling lama dan paling jahat dalam dinasti Yehuda.
Dosa dan kejahatan yang dilakukan Manasye memang sangat mengerikan. Ia tidak hanya menandingi raja Ahaz (2-3), bahkan melebihinya. Ia menajiskan rumah Allah dengan berhala-berhala yang dilarang oleh-Nya. Pengaruh jahat yang diberikan ke dalam masyarakat Yehuda sangat dalam. Masa pemerintahannya telah memberikan dampak yang menetap dalam kehidupan bangsa Yehuda (9) sehingga tidak mudah bagi Yosia untuk mengadakan reformasi secara tuntas dalam waktu yang singkat. Tidak cukup demikian, Manasye pun telah mencurahkan darah orang yang tidak bersalah dalam jumlah yang sangat besar (16). Tradisi meyakini bahwa nabi Yesaya dibunuh oleh Manasye ketika ia melaksanakan program pembasmian orang-orang yang setia dan menyembah Allah. Selain pembunuhan, istilah 'mencurahkan darah orang yang tidak bersalah' juga dapat digunakan untuk menggambarkan penindasan terhadap orang-orang miskin ataupun praktek-praktek ketidakadilan sosial yang begitu merebak. Di tangan Manasye bangsa Yehuda benar-benar dibawa kepada kehancuran moral dan akhlak.
Ia seharusnya tidak pernah dilahirkan dan tidak akan pernah memerintah Yehuda jika Hizkia tidak berumur panjang. Bayangkan, ia menjadi raja Yehuda ketika berumur 12 tahun. Berarti jika Hizkia tunduk kepada berita dari Allah yang disampaikan melalui Yesaya -- mati karena sakit keras 15 tahun yang lampau, bukankah ini berarti bahwa Manasye tidak pernah dilahirkan?
Renungkan: Peristiwa ini dapat merupakan peringatan keras bagi kita di zaman sekarang. Yaitu jika Allah tidak mengabulkan doa kita, sekalipun apa yang kita minta adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita, ini dikarenakan Allah sungguh-sungguh mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan bagi masyarakat.
Belajar 2 Raja-raja 16
"Dipakai dan Berkenan"
2 Raja-raja 16:5 (TB) Pada waktu itu majulah Rezin, raja Aram, dan Pekah bin Remalya, raja Israel, untuk memerangi Yerusalem. Dan mereka mengepung Ahas, tetapi mereka tidak dapat mengalahkan dia.
Alkitab jelas mencatat Ahas bukanlah seorang raja yang baik. Tidak seperti ayahnya, ia menyembah berhala, mengandalkan manusia daripada Tuhan, dan bahkan bisa melucuti rumah Tuhan untuk menjilat raja Asyur yang menolongnya. Bayangkan saja, ia mengambil harta milik Bait Allah untuk dijadikan upeti bagi raja Asyur (ayat 7-9) dan mendirikan mezbah kurban yang meniru bentuk mezbah di Damsyik untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa yang disembah orang-orang Asyur (ay. 10-14). Dengan daftar dosa sebobrok itu, mengapa Allah terkesan masih memakainya menjadi seorang raja ? Tidak ada alasan lain, Allah tetap menyatakan anugerah-Nya padanya karena Ahas masih keturunan Daud. Tapi prinsipnya jelas, Ahas memang dipakai Allah, tapi ia tidak berkenan di hadapan Allah.
Banyak dari kita sering kali merasa bangga karena turut dipakai dalam rencana-Nya (dalam pelayanan gereja, dalam kegiatan sosial, dsb) tanpa memikirkan apakah yang kita lakukan berkenan di mata Allah. Karenanya, mari berlomba-lomba tidak untuk menjadi orang yang cuma dipakai Allah, tapi yang dipakai-Nya dan berkenan di hadapan-Nya. Orang yang dipakai Allah belum tentu berkenan di mata-Nya, tapi orang yang berkenan di mata-Nya, pasti dipakai-Nya untuk kebaikan. Bagaimana kita dapat berkenan di mata Allah ?
Roma 12:2 menjelaskannya; dengan tidak menjadi serupa dengan dunia ini serta mengerti dan melakukan apa yang baik menurut Allah (mengandalkan Allah, bukan manusia). Ya dipakai Allah saja tidak cukup, karena cuma berkenan di mata-Nyalah yang akan mendapat mahkota keselamatan dan kehidupan kekal.
Selamat hari Minggu, Selamat melaksanakan Ibadah Minggu bersama keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
"Belajar 2 Raja-raja 17"
Dalam Wahyu 2:5 (TB) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Tuhan sudah benar-benar jauh dari orang Israel. Karenanya, Ia pun membiarkan seluruh bangsa Israel diangkut oleh bangsa Asyur ke dalam pembuangan. Wajar, mengingat dosa bangsa Israel memang sudah benar-benar tidak bisa ditolerir.
Pertama, mereka lupa bahwa Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir (ay. 7)
Kedua, mereka menyembah berhala yang ada di sekeliling mereka (ay. 7,12).
Ketiga, mereka mengikuti gaya hidup orang kafir (ay. 8-12).
Keempat, mereka menolak nabi yang diutus Allah untuk memperingatkan mereka (ay.13-15).
Kelima, mereka terang-terangan melawan aturan Allah.
Ketidakmauan untuk berjalan bersama Allah, itulah yang membuat mereka merasakan hukuman, kehancuran, dan penderitaan, dan akhirnya penolakan Allah. Andai saja mereka mau bertobat dan berjalan dengan Allah, pasti kenyataannya akan sama sekali berbeda. Berjalan bersama Tuhan, itulah seperti yang D.L Moody lakukan sehingga ia dapat menjadi pengkhotbah besar. Penginjil besar asal AS yang berpendidikan rendah (tak sampai SMA) ini disebut-sebut "sudah mengurangi populasi neraka" hingga 1 juta jiwa bahkan sebelum ada siaran televisi dan radio !
Berjalan bersama Tuhan, itulah yang Nuh lakukan sehingga dipercaya Tuhan melakukan perkara besar. Meski hidup dalam masyarakat yang sikap dan gaya hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Meski orang sezamannya melakukan apa yang salah, ia tetap berpegang kepada Tuhan.
Nah, manakah yang akan kita pilih ? Kehancuran karena kita memilih meninggalkan-Nya dan berjalan bersama dunia, atau kemuliaan karena kita memilih berjalan bersama Allah ? Memang tidak mudah melawan arus dunia, apalagi kita menjadi minoritas, tapi kiranya saat kedatangan-Nya yang kedua nanti, kita semua dapat turut serta bersama-Nya menuju kekekalan karena Ia melihat kita tetap memilih hidup berjalan bersama-Nya.
Tetaplah semangat untuk menjalani hidup kita hari ini. Dan tetap mengampuni dg tak terbatas, jangan keraskan hati kita dikala kita ditegur oleh firman Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
Belajar 2 Raja-raja 18
"Taat dan Mengandalkan Tuhan"
Dalam Amsal 3:6 (TB) Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Hizkia berlaku benar bahkan yang terbaik di antara raja Israel dan Yehuda lainnya (ay. 5) dan Tuhan menyertai dalam setiap peperangan, termasuk kepada Asyur yang sangat digdaya saat itu (ay. 7). Semua kelihatan baik-baik saja, hingga saat raja Asyur yang baru, Sanherib menyerang Yehuda dan berhasil menundukannya. Rupanya, Hezkia kali ini takut. Ia pun memilih takluk dan menyerahkan upeti berupa emas dan perak kepada Asyur. Bahkan Hizkia sampai mengerat emas dari pintu-pintu Bait Tuhan untuk memenuhi upeti kepada Asyur. Hal ini pun membuat Sanherib makin menjadi. Ia pun tidak segan mengejek Yehuda, merendahkan Mesir yang saat itu kerap menjadi sekutu kerajaan kecil seperti Yehuda, bahkan menghina Tuhan dan berusaha menghasut rakyat agar tak lagi percaya pada Hizkia.
Tantangan iman tidak berhenti ketika kita sudah melakukan perintah Tuhan. Janganlah kita berfikir, asalkan kita sudah mentaati perintah Tuhan, maka tidak ada masalah dan hambatan yang kita hadapi. Tapi, justru hal itulah yang menjadi ujian bagi kita, adakah kita tetap masih mengandalkan Tuhan atau tidak. Hizkia sempat salah langkah ketika ia membiarkan ketakutannya menentukan langkahnya. Akibatnya, situasi bukannya makin baik tapi makin memburuk. Ya, mentaati Tuhan itu harus. Namun, tidak hanya taat, berserah dan andalkan Tuhan selalu disetiap langkah dan keputusan hidup kita. Dengan mengandalkan dan mengakui Tuhan, Ia akan meluruskan langkah kita (AMS. 3:6) Amin ?
Selamat berjuang dan berkarya Tuhan Yesus Memberkat. Amin
Belajar 2 Raja-raja 19
"Hancur dalam Semalam"
2 Raja-raja 19:35 (TB) Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka !
Melalui firman Tuhan ini, kita ditunjukkan agar jangan pernah kita merasa sombong apalagi sampai merendahkan Tuhan. Mungkin kita tidak merendahkan Tuhan secara terang-terangan dan provokatif seperti yang dilakukan oleh Sanherib. Namun, mungkin itu bisa berupa sikap hati kita. Ya, tak bisa dibilang merendahkan Tuhan ketika kita merasa diri kita mampu meski tanpa Tuhan. Kita merasa segala sesuatu yang kita miliki saat ini adalah karena usaha dan kekuatan kita saja. Atau mungkin kita mulai merasa berdoa, meminta nasihat Tuhan, dsb, bukan lagi hal yang penting dan tidak lagi diprioritaskan karena pengalaman kita atau juga pertolongan manusialah yang lebih menentukan. Berhati-hatilah jika kita sudah mulai memiliki sikap hati demikian. Tidak ada kekuatan, pengalaman, harta, atau bantuan manusia yang bisa menandingi Tuhan. Ia sanggup menghancurkan kekuatan negara adidaya hanya dalam semalam, tapi Ia juga bisa membangkitkan yang lemah dalam sekejap.
Jaga hati kita agar jangan sampai kita tanpa sadar telah merendahkan kuasa Tuhan.
Selamat berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Hari ke 335 pembacaan 2 RAJA-RAJA 22
Tafsiran :
Komitmen awal Yosia untuk pembaharuan rohani bangsa Yehuda diperlihatkan melalui usaha kerasnya memperbaiki bait Allah (3-7). Tindakan itu dapat dikatakan kurang tepat dan hasilnya kurang efektif, sebab 2 raja sebelum Yosia sudah terlanjur merusak moral, akhlak, dan kerohanian bangsa Yehuda. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang lebih dari sekadar memperbaiki bait Allah.
Sesungguhnya Yosia tidak mempunyai penuntun, karena pada zaman raja Manasye, hampir seluruh salinan kitab Taurat Musa sudah dimusnahkannya. Namun Allah tidak membiarkan kerinduannya yang tulus menjadi padam. Ia memberkati usaha Yosia. Perbaikan bait Allah memang tidak membawa kepada pembaharuan rohani namun memimpin kepada ditemukannya kitab Taurat -- yang akan memberi arah dan petunjuk bagi Yosia.
Setelah kitab itu dibacakan, hati Yosia tergoncang karena ia menyadari betapa bangsa Yehuda sudah menjadi umat Allah yang sangat murtad. Begitu murtadnya sehingga hukuman Allah yang sudah direncanakan-Nya tidak dapat dibatalkan lagi (14-17). Yosia menanggapi berita yang menggoncangkan itu dengan sikap terbuka dan rendah hati (11-13). Karena itulah Allah menjanjikan berkat kepada Yosia dan menunda penghukuman bangsa Yehuda hingga kematiannya (20). Kitab Taurat yang ditemukan dan yang menghasilkan penundaan hukuman merupakan anugerah Allah yang besar. Karena berarti bangsa Yehuda masih mempunyai waktu untuk bertobat berdasarkan firman Allah. Pertobatan mereka akan mendatangkan berkat dari Allah, walaupun penghukuman atas bangsa dan negara Yehuda secara keseluruhan tetap akan terjadi.
Renungkan: Jadilah seperti Yosia yang dengan tulus mereformasi bangsa ini dan yang tergoncang hatinya karena melihat betapa bangsa ini sudah meninggalkan kekudusan dan keadilan yang berdasarkan firman-Nya.
Belajar 2 Raja-raja 20
"Seneng Diperhatikan"
2 Raja-raja 20:13 (TB) Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka segenap gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.
Kita renungkan sikap Hizkia. Mengapa kepada Yesaya -- sebagai wakil Tuhan -- yang menyembuhkannya, sikap Hezkia tidak sebaik saat menyambut utusan Babel ? Sikap Hezkia ini pun sering dilakukan orang. Beberapa orang berkata, "utang Budi dibawa mati", "saya tidak akan lupa jasa-jasa orang itu" dsb.
Mereka pun sangat hormat, sangat baik, dan menghargai orang yang sudah berjasa padanya itu. Ini sikap baik. Tapi, kenapa kita tidak melakukan ini pada Tuhan? Bukankah kita begitu mudah lupa akan segala pertolongan dan perlindungan yang Tuhan sudah beri pada kita? Kita bahkan masih mengeluh saat Tuhan izinkan kita menghadapi masalah. Ingat , tidak ada hal yang pernah dilakukan manusia, yang sama besarnya dengan yang sudah Tuhan lakukan pada kita. Mestinya penghormatan kita pada Tuhan pun jauh melebihi manusia.
Selamat beraktifitas. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 21
"Bibit Baik, Buah Buruk"
2 Raja-raja 21:1 (TB) Manasye berumur dua belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh lima tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hefzibah.
Bisa dibilang, Manasye ini mempunyai bibit yang baik. Sayangnya, hidupnya justru berbuah jahat. Bukan berarti bibit yang baik sama itu sama sekali tidak menentukan. Tapi, satu hal yang bisa kita pelajari dari kisah Manasye ini adalah bahwa penentu utama baik buruknya hidup kita tetap adalah perbuatan kita sendiri. Kita tidak bisa berkata, kita sudah dibesarkan di keluarga yang sangat rohani, maka kita tidak mungkin jatuh dalam dosa. Justru, kita harus tetap menjaga hati. Gunakan bekal dan bibit baik yang mungkin kita punya sebagai landasan untuk kita hidup benar. Namun, mengenai buah yang kita hasilkan dalam hidup kita, itu lebih tergantung dari bagaimana kita hidup. Hiduplah dengan selalu dengan selalu mengingat tanggung jawab ini.
Selamat berkarya dan berjuang, tetap semangat dan jangan lupa untuk selalu bersyukur. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 22
"Pertobatan Sejati"
2 Raja-raja 22:11 (TB) Segera sesudah raja mendengar perkataan kitab Taurat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya.
Hidup benar sejak muda. Menjadi pribadi yang extraordinary dalam kebenaran di antara lingkungan dan silsilah yang jahat, itu jelas hal luar biasa. Yosia bahkan menjadikan perbaikan Bait Allah sebagai prioritasnya. Saat itulah, kitab Taurat ditemukan kembali. Rupanya, begitu maraknya penyembahan berhala di zaman Manasye dan Amon membuat Taurat Tuhan sampai begitu dilupakan. Ketika Taurat itu kemudian dibacakan, perhatikan respons Yosia. Ia mengoyakan pakaiannya tanda berkabung dan pertobatan.
Kenapa Yosia harus berbuat demikian ? Bukankah ia sudah baik ? Tidak. Nyatanya, saat ia mendengarkan Taurat Tuhan, itu ibarat cermin yang membuatnya bisa melihat dosa-dosanya. Reaksi Yosia bukan menuding dosa orang lain. Tapi, ia bertobat untuk dosanya sendiri dan bangsanya. Inilah yang disebut pertobatan sejati. Pertobatan harus dimulai dari diri sendiri. Bukan merasa diri kita sudah benar, seberapa baik pun hidup kita, tapi pertobatan adalah saat kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan. Inilah sebabnya, siapa pun dan di mana pun kita berada saat ini, kita harus bertobat dan bersedia tunduk pada perintah Allah. Dari situlah Ia akan memurnikan kita.
Pertobatan harus dimulai dari menyadari kesalahan kita sendiri
Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 23 (Hari ke 336)
Yosia, selama 13 tahun (22:1-2) berusaha keras memperbaiki masyarakat Yehuda yang sudah dirusak oleh Manasye selama 55 tahun. Apakah dia berhasil? Tidak! Kehadirannya terlambat. Dia tidak berhasil mengubah arah gerak rakyatnya. Padahal ia sudah berusaha keras melakukan segala sesuatu yang dapat ia lakukan. Sebelum menghapuskan segala pemanggil arwah dan pemanggil roh peramal, ia memerintahkan seluruh rakyat untuk merayakan Paskah yang tidak pernah dilakukan lagi selama bertahun-tahun (22). Perayaan Paskah merupakan salah satu perayaan agama orang Yahudi yang paling penting. Di dalam perayaan itu, mereka diingatkan kembali akan identitasnya sebagai umat yang dibebaskan oleh Allah dari perbudakan untuk menjadi umat Allah. Dan sebagai umat Allah mereka mempunyai perjanjian yang khusus dengan-Nya. Jadi pembaharuan yang dilakukan oleh Yosia bukan menjadikan bangsa Yehuda sebuah bangsa dengan arah, tujuan, dan peranan hidupnya yang baru sama sekali. Sebaliknya, ia mengembalikan bangsa Yehuda jauh kembali kepada hakikat dasar keberadaannya.
Gambaran sederhana yang dilakukan Yosia adalah ia membongkar, menghancurkan, dan memusnahkan sampah kenajisan yang menggunung pada masyarakat Yehuda. Setelah itu ia melakukan penggalian dan pendongkelan untuk memperlihatkan dan mengingatkan kembali siapa bangsa Yehuda di hadapan Allah. Namun ia tetap gagal.
Renungkan: Berkomitmen seperti Yosia sudah cukup bagi gereja untuk berperan dalam pembaharuan bangsa kita. Komitmen ini harus terwujud salah satunya dalam peran serta gereja secara terus-menerus dalam memperbaiki kondisi sosial masyarakat di sekitar gereja itu berada. Allah tidak menuntut gereja untuk berhasil atau bahkan menjadi tukang sulap. Allah hanya menuntut komitmen total dari gereja-Nya.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 24 (Hari ke 337)
Hukuman Allah memang mengerikan.
Pernah seorang bertanya di dalam kemarahan dan kebencian yang sudah tak tertahankan melihat kebobrokan moral dan akhlak bangsa kita: "Aku sudah memohon kepada Tuhan berkali-kali, kiranya Ia menjatuhkan hukuman kepada bangsa ini agar mau bertobat. Tapi kenapa Allah belum juga menjatuhkan hukuman-Nya?" Jawabannya adalah Allah, karena kasih-Nya, masih memberikan kesempatan kepada bangsa ini untuk bertobat tanpa harus mengalami penghukuman-Nya. Sebab penghukuman dari Allah sungguh dahsyat dan mengerikan seperti api besar membara yang akan menghanguskan semua yang disentuhnya.
Apa yang dialami Yoyakhin merupakan salah satu contoh betapa dahsyat dan ngerinya penghukuman Allah. Yehuda tidak mungkin lepas dari penghukuman yang sudah dinubuatkan. Mereka tidak bisa lari atau menghindar. Perubahan politik internasional yang biasanya mendatangkan keuntungan malah menciptakan penderitaan yang hebat. Mesir yang menindas Yehuda berhasil ditaklukkan oleh Babel. Namun ini tidak membuat Yehuda menjadi bangsa yang merdeka. Seperti kata pepatah 'lepas dari mulut singa, masuk ke mulut buaya'. Lepas dari Mesir, masuk ke cengkeraman Babel. Peristiwa ini membuat Yoyakhin tidak hanya terpaksa lengser dalam waktu yang sangat singkat (8), namun identitasnya juga dihilangkan secara paksa, dari seorang raja menjadi seorang tawanan; dari kedudukan sosial yang tingi kepada seorang yang tidak berstatus sosial sama sekali. Demikian pula ibunya dan para pembesar lainnya.
Kehilangan identitas secara paksa merupakan penghinaan yang besar dan memberikan tekanan mental yang berat. Nebukadnezar benar-benar rakus, buas, dan sadis sebab ia tidak hanya menguras seluruh kekayaan Yehuda bahkan juga menutup dan memusnahkan kesempatan Yehuda untuk dapat bangkit membangun perekonomian negrinya, karena hanya orang-orang yang tidak mempunyai keahlian untuk membangun kembali negara Yehuda yang ditinggalkan di tanah Yehuda (13-16).
Renungkan: Paparan penghukuman Allah ke atas Yehuda haruslah membuat kita bersyukur bahwa sampai saat ini bangsa kita masih dikasihani oleh-Nya dan mendorong kita untuk terus-menerus menjadi juru-bicara Allah yang menyerukan kebenaran kepada mereka yang sudah bosan mendengarkan kebenaran-Nya.
Pembacaan 2 RAJA-RAJA 25 (Hari ke 338)
Penghukuman dan kasih berjalan beriringan.
Seorang anak berusia hampir 4 tahun bersikeras tidak mau membereskan mainannya. Maka dengan terpaksa sang ayah memukul bagian pantatnya. Tiga kali pukulan membuat sang anak menangis namun akhirnya membereskan mainannya. Melihat sang anak menangis dan kesakitan, sang ayah menjadi iba. Anak itu dipeluk dan digendongnya. Untuk menghibur sang anak, sang ayah segera mengajaknya pergi ke warung dekat rumah untuk membeli permen kesukaan sang anak. Anak itu masih harus menanggung akibat hukuman karena pantatnya masih sakit, namun ia sekaligus mendapatkan kasih ayahnya yang begitu besar.
Meskipun tidak persis sama, cerita di atas dapat dikatakan sebagai versi lain dari babak akhir kisah kerajaan Yehuda. Yehuda yang sudah hancur lebur masih mendapat perhatian dari raja Babel. Raja Babel mengangkat seseorang menjadi pemimpin bagi mereka yaitu Gedalya. Sebab ia adalah seorang yang tepat untuk jabatan itu. Nabi Yeremia mencatat bahwa Gedalya adalah seorang pribadi yang sangat mengagumkan meskipun naif (Yer. 40). Latar belakangnya juga mengesankan karena ia adalah cucu dari salah seorang penasihat Yosia sang pembaharu (22:3). Karena reputasinya itulah, para gerombolan pemberontak yang masih berkeliaran mau tunduk secara suka rela kepadanya dan meletakkan senjata mereka untuk kembali bekerja menggarap tanah. Tetapi kasih Allah yang dinyatakan melalui raja Babel itu dihalangi oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab (26).
Namun kasih Allah tidak dapat dihalangi oleh siapapun. Jika kasih kepada Yehuda yang dinyatakan di wilayah Yehuda sendiri mendapatkan halangan yang cukup berarti. Maka lazimnya kasih itu tidak akan pernah dapat dinyatakan di wilayah Babel, musuh Yehuda, apalagi di istana raja Babel. Namun kenyataannya lain bukan (27-30)? Mengapa? Itu semua memperlihatkan bahwa kedaulatan Allah tidak hanya berlaku atas penghukuman yang dijatuhkan bagi Yehuda lewat tangan Babel, namun juga berlaku atas kasih-Nya yang dicurahkan kepada umat pilihan-Nya.
Renungkan: Kasih dan penghukuman-Nya berjalan beriringan ditopang oleh kedaulatan-Nya. Ini adalah berita kesukaan karena ini semua bukan teori tapi dapat menjadi kenyataan, karena jika seorang ayah mampu melakukan itu, tentu saja Allah jauh lebih mampu..
Belajar 2 Raja-raja 23
"Reformasi si Raja Muda"
2 Raja-raja 23:25 (TB) Sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai dengan segala Taurat Musa; dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia.
Yosia bertakhta sejak usia 8 tahun. Mungkin ia memang tidak langsung membuat keputusan saat masih bocah. Tapi, ketika ia memulai perubahan yang diawali dari perbaikan Bait Allah, usianya adalah 26 tahun. Tetap terbilang muda. Di usia itulah, ia mulai melakukan reformasi yang total pada bangsanya. Alkitab bahkan menyatakan, tidak ada raja lain sebelum itu yang berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatannya seperti Yosia (ay.25).
Berhasilkah Yosia ? Jika melihat bagaimana hukuman Tuhan atas Yehuda tetap tidak dibatalkan (ay.26), juga pada fakta bahwa setelah Yosia mangkat dan digantikan anaknya, Yoahas yang hanya memerintah selama 3 bulan, ternyata Yehuda kembali jatuh dalam dosa, maka upaya Yosia mungkin bisa disebut gagal. Tapi, tidak juga ! Setidaknya, selama masa pemerintahannya, hukuman Tuhan itu bisa diluputkan dari Yehuda. Bukankah ini jauh lebih baik dari pada jika Tuhan langsung memberi hukuman ? Setidaknya, Yosia membuat Tuhan memberikan waktu lebih untuk rakyat Yehuda bertobat.
Ya, tidak ada kata-kata sia-sia bagi pertobatan. Tuhan pasti selalu menghargai pertobatan manusia, meski mengenai cara-Nya, itu adalah hak prerogatif-Nya.
Tuhan selalu menghargai pertobatan manusia, gunakanlah kesempatan yang masih Ia berikan kepada kita
Selamat hari Senin dan selamat bekerja serta berkarya kembali. Tuhan Yesus Memberkati
Belajar 2 Raja-raja 24
"Kekejaman atau Kedaulatan?"
2 Raja-raja 24:3 (TB) Sungguh, hal itu terjadi kepada Yehuda sesuai dengan titah TUHAN untuk menjauhkan mereka dari hadapan-Nya oleh karena dosa-dosa Manasye, setimpal dengan segala yang dilakukannya,
Sekilas apa yang Tuhan lakukan di pasal ini sangatlah kejam. Namun, renungkanlah lagi. Bukankah sudah ada ratusan tahun, hingga raja berganti raja dan nabi berganti nabi dikirimkan, Ia telah memberikan kesempatan kepada Yehuda untuk bertobat ?? Bahkan sejak zaman Musa pun, seruan Tuhan tetap sama, bertobatlah dan hiduplah menurut ketentuan-Nya, maka engkau akan selamat bahkan berkat dan kehidupan (Ul. 30:15-18). Namun umat pilihan-Nya itu justru tetap berkeras hati dan terus berjalan di jalan yang jahat. Yehuda dan juga Israel telah menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan dengan begitu luas kepada mereka.
Karena itu, alih-alih membaca pasal ini dengan anggapan bahwa Tuhan kejam karena menyerahkan Yehuda ke tangan Babel, mari baca pasal ini sebagai bukti kedaulatan Tuhan atas hidup manusia. Ya, Tuhan berdaulat penuh atas hidup kita sehingga segala sesuatu yang kita alami sesungguhnya terjadi atas izin-Nya. Tuhan itu berdaulat penuh sehingga jangan sampai kita berani melawan-Nya. Tuhan juga berdaulat penuh sehingga walaupun Ia menghukum umat-Nya, kita akan melihat bagaimana di bagian-bagian selanjutnya, Ia tetap melindungi dan menyelamatkan mereka yang mau tetap hidup dan taat pada Allah. Amin ... ??
Jangan melihat hukum Tuhan sebagai bukti kekejaman, tapi lihatlah itu sebagai bukti kedaulatan -Nya
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Raja-raja 25.
"Lebih Bodoh Dari Keledai"
Dalam Yehezkiel 17:16 (TB) Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ia pasti mati di Babel, di tempat raja yang mengangkatnya menjadi raja. Karena ia memandang ringan kepada sumpah yang dimintakan raja itu dari padanya dan mengingkari perjanjian raja itu dengan dia.
Sebelum Zedekia memberontak terhadap raja Babel, sebenarnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa usaha Zedekia akan sia-sia dan pasti mati di Babel (Yeh. 17:16). Zedekia tidak percaya kepada perkataan Tuhan, malahan ia mengandalkan Mesir untuk membantunya memerangi Babel. Bukan hanya bodoh, tapi bebal !! Mestinya Zedekia bisa belajar dari kehancuran bangsa Israel dan Yehuda, bahwa semua malapetaka itu datang karena mereka telah meninggalkan Tuhan. Alih-alih bertobat, Zedekia malah mengulang kesalahan yang sama !!
Kita pernah mendengar ungkapan yang seperti ini: sebodoh-bodohnya keledai, ia tidak akan jatuh pada lubang yang sama. Zedekia bahkan lebih bodoh dari keledai!! Ini menjadi peringatan bagi kita. Ketika ada konsekuensi tertentu akibat dosa yang kita lakukan, alangkah baiknya kita bertobat, bukannya tetap bertekun dalam dosa. Harusnya kita mendekat kepada Tuhan dan hidup dalam kehendak-Nya. Jika hari ini kita masih diingatkan Tuhan, itu tanda bahwa Dia mengasihi kita. Jangan keraskan hati . Mumpung Tuhan masih beri kesempatan untuk bertobat, mari gunakan kesempatan itu untuk hidup benar di hadapan-Nya.
Selamat berkarya, tetap semangat dan jangan lupa untuk selalu bersyukur. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Kejadian 50 psl : hari ke 50
Keluaran 40 psl : hari ke 90
Imamat 27 psl : hari ke 117
Bilangan 36 psl : hari ke 153
Ulangan 34 psl : hari ke 187
Yosua 24 psl : hari ke 211
Hakim2 21 psl : hari ke 232
Rut 4 psl : hari ke 236
1 Sam 31 psl : hari ke 267
2 Sam 24 psl : hari ke 291
1 Raja2 22 psl : hari ke 313
2 Raja2 25 psl : hari ke 338