VISI : MENJADI GEREJA YANG BERSAHABAT, MEMBERDAYAKAN UMAT, SERTA MENJADI BERKAT >>> MISI : (1) Membangun umat yang bersahabat, peduli dan ramah terhadap gereja dan lingkungan sekitar (2) Mengembangkan wadah pelayanan yang partisipatif, kreatif dan inspiratif (3)Pengembangan wilayah pelayanan gereja dan masyarakat
About Me
BACAAN LEKSIONARI PADA MINGGU KU1,KU2,KU3 oleh FMS KLIK DISINI →

TAFSIR KITAB IMAMAT

              BUNGA MELATI 
     


1 PASAL SEHARI

BACAAN KITAB IMAMAT   1 - 27

1. Nama : Rachmat Yulianto--- Tafsiran
+62 813-8454-4246

2.Nama : P.Wisnu Budiwijaya ---Judul
+62  812-9661-4411

3. Nama : Cahyo EN
  +62 858-1029-0085

4. Nama : Herlina (HSH)
  +62 817-6567-432

5. Nama : Lieingwong
 +62 812-9262-800

6. Nama : Wiwik Kristanto
 +62 852-8454-4246

7. Nama : Iman
 +62 813-1593-4466




Pembacaan IMAMAT 1 (Hari ke 91)

Tafsiran :

Satu dari tiga macam kurban utama dalam kemah pertemuan umat Israel adalah kurban bakaran yang dijelaskan dalam pasal ini. Di depan kemah pertemuan , kurban dibakar di mezbah sampai menjadi abu, dan tidak ada bagian darinya yang dimakan, baik oleh imam-imam maupun para pembawa kurban. Kemudian pembawa kurban menumpangkan tangannya diatas kurban tersebut, dan darah kurban dipercikan ke mezbah. Kita tidak boleh menafsirkan bahwa tindakan tersebut pada dirinya sendiri membuat terjadinya pengalihan dosa. Penumpangan tangan dilakukan sebagai tanda bahwa petobat sungguh ingin terlepas dari dosa-dosanya, dan ingin agar kesalahannya diampuni Tuhan. 

Perintah ini disampaikan Allah dari kemah pertemuan (ayat 1:1), yang merupakan sarana bagi Allah untuk mengkomunikasikan firmanNya dan menjadi tempat untuk menyatakan kehadiranNya. Sebagai respon terhadap panggilan Allah bagi umat Israel untuk menjadi bangsa yang kudus, mereka yang berdosa perlu menerima pengampunan dosa dan penyucian diri dihadapan Allah yang kudus. 

Kurban bakaran merupakan tanda bagi Allah dari para penyembah yang membawa kebutuhan-kebutuhan mereka kepadaNya. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan respon dari Allah. Allah disini ‘dianggap’ mencium aroma harum asap kurban jika Ia berkenan(ayat 1:9,13,17). Kurban bakaran biasanya merupakan kurban pertama dari rangkaian kurban-kurban lainnya. Dengan demikian, kurban ini menjadi semacam”penarik perhatian” dari Allah untuk diriNya sendiri. 

Kita melihat bahwa ada macam-macam variasi kurban yang dapat dibawa kehadapan Allah, tergantung harganya. Mereka yang lebih berkecukupan dapat membawa kurban hewan yang lebih mahal, demikian pula sebaliknya. Hal ini menunjukan bahwa Allah memberikan kesempatan sama kepada semua kelas sosial untuk datang mendekat kepadaNya. 

Renungkan: Jika kita ingin melayani Tuhan, kita harus kudus! Kurban penebusan Kristus cukup tidak saja untuk menebus kita selamanya, tetapi juga untuk menguduskan kita dari hari kehari.

Pembacaan IMAMAT 2 (Hari ke 92)

Tafsiran :

Jenis kurban yang juga dianggap sebagai “yang paling kudus” adalah kurban sajian. Artinya, hanya imam-imam yang dapat mengambil bagian didalam menikmati sisa kurban-kurban tersebut. Istilah “kurban sajian” sendiri sebenarnya berarti “penghormatan atau pemberian”. Jadi, istilah ini mencakup pemberian kurban dalam arti luas. Kurban sajian pada mulanya tidak untuk dibakar, tetapi untuk dipersembahkan di hadapan Allah. Karena akan dibakar, kurban ini haruslah tidak beragi, tidak mengandung madu, dan perlu dibubuhi garam. Alasan mengapa ragi harus disingkirkan kurang begitu jelas namun madu perlu disingkirkan karena madu dipersembahkan oleh bangsa-bangsa lain bagi berhala-berhala mereka. Penyembahan Israel haruslah unik karena Allah itu unik. Garam sendiri merupakan tanda adanya suatu komitmen yang permanen untuk melakukan kewajiban sebagai umat percaya, yaitu komitmen untuk menguduskan diri dihadapan Allah melalui kurban. Kurban akan dibawa kepada Allah melalui perantaraan imam-imam melalui sebuah prosesi yang menjadi ritus kebiasaan di dalam masyarakat Israel (ayat 8). Tujuannya adalah agar kurban itu dipersembahkan bukan hanya sebagai yang harum, tetapi juga sebagai yang “indah” di mata Allah. Keindahan dimata Allah ini tetap dapat dicapai dengan kurban sajian yang jauh lebih murah daripada kurban binatang. 

Dalam 6:14-23, kita memperhatikan adanya perbedaan, yaitu diberikan kesempatan bagi Harun dan keturunannya untuk menikmati sisa korban bakaran. Perkataan dalam kalimat terakhir ayat 11 dapat diterjemahkan dengan lebih baik sebagai berikut, “Setiap orang yang akan menyentuh hal-hal ini haruslah berada didalam status yang kudus” Dengan demikian, kekudusan tidak dapat dialihkan melalui sentuhan terhadap benda kudus, melainkan melalui Tindakan pengudusan. 

Renungkan: Hiduplah secara unik bagi Allah yang unik. Bangsa Indonesia memerlukan manusia yang berintegritas tinggi, tidak terbawa arus moralitas umum yang bobrok. Itu akan menjadi persembahan yang indah dimataNya.

Pembacaan IMAMAT 3 (Hari ke 93)

Tafsiran :

Kurban keselamatan adalah kurban pengucapan syukur, serupa dengan kurban sajian maka sering kedua kurban ini dipersembahkan secara bersamaan (ayat 7:12-13). Yang membedakan adalah kurban keselamatan memakai binatang sebagai kurbannya (ayat 3:1). 

Beberapa peraturan mengenai kurban ini serupa dengan peraturan kurban bakaran (ayat 1-5, 6-10, 12-15), namun ada beberapa perbedaan penting. Pertama, kurban ini bisa berupa lembu, kambing, dan domba baik yang jantan maupun yang betina (ayat 1, 6, 12). Kedua, kurban keselamatan tidak dikaitkan dengan upaya mendamaikan diri dengan Allah, tetapi tetap merupakan kurban yang baunya menyenangkan Allah (ayat 5, 16). Kurban keselamatan menunjukkan dampak keserasian yang terjadi antara Allah dan umat-Nya ke persekutuan antarumat. Ketiga, kurban keselamatan tidak dibakar habis seperti kurban bakaran. Maksudnya adalah agar setiap pihak dapat menikmati bagian dari kurban tersebut. Allah menikmati kurban ini (ayat 11, 16). Imam yang menyelenggarakan upacara persembahan kurban dan orang yang mempersembahkan kurban mendapatkan bagian mereka masing-masing (ayat 7:14-15). Ketika masing-masing pihak menyantap bagiannya dari persembahan kurban keselamatan ini, persekutuan pun terwujud. Sukacita meluap dan ucapan syukur membahana dari umat kepada Tuhan. 

Dua macam persembahan syukur, kurban sajian dan kurban keselamatan menunjukkan lagi belas kasih Allah yang luas. Allah mengasihi dan memberi jalan bagi pengampunan dosa umat-Nya. Orang miskin sekalipun yang tidak memiliki ternak tetap bisa berbagi syukur dalam kurban sajian dengan sesama mereka. Orang yang diberkati berlimpah harus lebih bersyukur. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk tidak mensyukuri hidup ini karena Tuhan baik dan Ia mencukupi kebutuhan hidup kita serta memelihara kita

Hari ke 94 pembacaan IMAMAT 4

Tafsiran :

Sebagai umat yang tidak lepas dari dosa dan kesalahan, bangsa Israel dituntut untuk membawa kurban penghapus dosa dan salah, sebagaimana di jelaskan dalam pasal 4 dan 5. 

Pasal 4:1-5:13 menjelaskan macam kurban pertama dari 2 macam kurban utama untuk tujuan ini, biasa disebut sebagai kurban penghapus dosa. Tujuannya adalah untuk memurnikan seseorang dari kesalahannya. Dua macam kurban penebus dosa dijelaskan di sini. Pertama, memakai lembu jantan muda, berumumr kira-kira 3 tahun (ayat 4:3-21). Kurban ini disajikan bila Imam besar atau bangsa Israel secara kolektif bersalah. Dalam prosesi penyajian, kurban dibawa masuk ketempat kudus. Ini menunjukan betapa seriusnya pelanggaran tersebut terhadap Allah dan tempat kudusNya. Yang unik lagi, hanya disini darah dipercikkan di dalam “tempat kudus”, bukan dalam pelataran (ayat 6). Tidak ada bagian kurban yang dimakan oleh imam. Kurban bakaran berfungsi untuk memadamkan murka Allah, dan pembakaran sisa kurban menyimbolkan penyingkiran ketidakmurnian. 

Kedua, memakai kambing atau domba, namun kadang juga dapat memakai burung atau sajian. Kurban macam ini diharuskan apabila seorang Israel atau kepala suku tanpa sengaja melakukan tindakkan terlarang (ayat 4:22-35) atau gagal melaksanakan suatu tugas (ayat 5:1-13). Tujuannya adalah untuk memadamkan murka Allah dan untuk memberikan upah bagi para imam yang telah melayani umat. 

Kita kemudia masuk kedalam kurban yang dimaksudkan untuk kesalahan karena tidak melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu secara pasif (ayat 5:1-13). Kesalhan yang dijabarkan bervariasi, dan alternatif penyajian kurban juga disesuaikan dengan kemampuan ekonomisnya. Tidak ada alasan untuk tidak hidup kudus berdasarkan ketetapan Allah. 

Renungkan: Untuk menjadi bangsa yang kudus, perhatikan apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Ketidak pekaan terhadap dosa merupakan kebutaan yang membawa kita menuju kehancuran.

Pembacaan IMAMAT 5 (hari ke 95)

Tafsiran :

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita tentang dosa-dosa yang sering kita sepelekan: dosa karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan (1; bdk. Yak. 4:17) dan dosa yang tidak disengaja. Tuhan menuntut pertanggungjawaban kita untuk dosa-dosa kategori ini.

Kita mungkin merasa bahwa ketidakacuhan bukan sesuatu yang cukup serius untuk dikategorikan sebagai dosa. Kita merasa memiliki hak untuk melakukan urusan selama tidak mengganggu hak orang lain? Sadarkah kita bahwa ketidakpedulian adalah salah satu faktor penting yang membuat dunia ini menjadi tempat yang subur untuk melakukan kejahatan? Jumlah pelaku kejahatan mungkin tidak terlalu banyak, tetapi karena didiamkan, maka mereka menjadi bebas untuk bertindak dan memperluas area kejahatan mereka. Di sebuah lembaga, pada awalnya mungkin hanya satu-dua koruptor. Namun, jika semua orang yang tahu tetap diam dan berpikir yang penting mereka tidak ikut-ikutan korupsi, maka jangan heran kalau perilaku korup itu lantas meluas, dan merajalela, diikuti banyak orang, menjadi tren. Tuhan mengingatkan umat bahwa mereka wajib menyuarakan kebenaran.

Bagaimana dengan dosa yang tidak disengaja (2-4)? Kadang kita berada dalam situasi yang tidak nyaman dan dilematis yang membuat kita harus memilih di antara pilihan-pilihan yang tidak baik. Lain waktu kita diperhadapkan dengan situasi yang membuat kita bereaksi tidak baik karena kebiasaan lama kita yang belum berubah. Di mata Tuhan hal tersebut tetap dosa. Umat Tuhan dipanggil untuk membereskan hal-hal tersebut. Kita perlu kepekaan dari Tuhan untuk menyadarinya. Kedekatan dengan Roh Kudus akan menolong kita membongkar kebobrokan hidup kita dan membersihkannya, serta mendorong hidup kita bertumbuh semakin hari semakin menjadi serupa Kristus. Kita yang semakin disadarkan bahwa hal-hal yang sepertinya netral ternyata membawa konsekuensi berdosa membuat kita pula makin berhati-hati dalam bertindak dan senantiasa lebih mengandalkan Tuhan.


Pembacaan IMAMAT 6 (hari ke 96)
 Antara kekudusan dan kepemilikan.

Selain kurban penghapus dosa, ada pula kurban penebus salah. Kurban itu juga harus dibawa ke hadapan Allah apabila seseorang bersalah karena melakukan sesuatu yang keliru dengan tidak terlalu yakin, atau melakukan dosa, namun tidak sadar kemudian bahwa ia telah bersalah (ayat 17-19)

Selain itu, ada pula kesalahan karena pengambilan harta, yang berkaitan dengan bersumpah palsu dalam masalah kepemilikan sesamanya. Ada orang yang bersalah karena tidak bertanggung jawab terhadap harta yang dipercayakan kepadanya, ada pula yang menipu, dan ada juga kesalahan tidak bisa mengganti barang hilang yang sebelumnya ia telah temukan. Kita melihat bahwa kesalahan disini adalah kesalahan yang disengaja!

Sumpah palsu langsung akan melibatkan Allah yang namaNya disebut secara sia-sia. Orang yang bersalah tidak dilepaskan dari tanggung jawab untuk mengembalikan harta sesamanya, namun ia harus membayar secara penuh kerugian yang telah disebabkannya. Bahkan ia juga di denda 20% dari nilai yang hilang.

Dalam Mazmur 7:1-17, kita melihat bahwa cara kurban disajikan telah ditentukan. kulit dari kurban bisa disimpan, tidak seperti dalam kasus kurban penghapus dosa. Kurban sajian lebih lanjut disyaratkan (ayat 9).

Renungkan: Kekudusan berkaitan dengan masalah materiil. Bagaimana cara anda mendapatkan kebutuhan harta benda Anda? Singkirkan mental atau kecenderungan untuk korupsi jauh-jauh ! Itu akan menyelamatkan banyak orang, dan terutama diri anda sendiri.

Pembacaan IMAMAT 7 (hari ke 97)
 Hak imam

Perikop ini ditujukan kepada umat Israel untuk menegaskan kembali hak imam dalam persembahan kurban keselamatan yang dibawa oleh umat. Orang yang mempersembahkan kurban keselamatan harus membawa sendiri kurban itu ke hadapan Tuhan untuk diserahkan kepada imam yang akan mempersembahkannya (ayat 29-30).

Dalam perikop ini, prosesi persembahan kurban keselamatan itu juga dijelaskan secara rinci. Lemak kurban (dan bagian dalam perut kurban) dibakar di mezbah bagi Tuhan (Im. 3:4). Bagian ini disebut kurban api-apian yang aroma keharumannya akan menyenangkan Tuhan. Daging dada kurban menjadi hak para imam, demikian juga daging paha kanan kurban. Peraturan ini merupakan peraturan yang bersifat permanen bagi umat Israel (Im. 7:34b-36). Pelanggaran terhadap aturan ini, mis.: menahan hak imam untuk memperoleh dada dan paha kanan dari persembahan kurban adalah suatu kesalahan karena menghilangkan hak Allah/kemah suci. Hal ini harus diselesaikan dengan mempersembahkan kurban penebus salah (lihat Im. 5:15).

Bagian penutup perikop ini, pasal 7:37-38 adalah kesimpulan bagi keseluruhan peraturan persembahan kurban yang dibawa oleh umat Israel bagi Tuhan. Lewat berbagai persembahan kurban keselamatan ini, umat dapat menghampiri Allah lewat ritual kemah suci sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Beberapa kurban itu dilakukan bersama-sama dalam upacara tertentu, seperti upacara penahbisan imam besar (pasal 8-9), upacara hari raya pendamaian (pasal 16), dll.

Sebagai umat Tuhan masa kini, perikop ini dan Imamat pasal 1-7 mengingatkan kita bahwa ibadah yang khidmat itu penting bagi-Nya. Sikap kita dalam ibadah dan terhadap para hamba Tuhan sebagai penyelenggara ibadah menunjukkan sikap kita terhadap Tuhan.

Pembacaan IMAMAT 8 (hari ke 98) 
Penahbisan imam

Langkah kelima dalam proses penahbisan Harun dan anak-anaknya adalah memberikan persembahan kurban penahbisan (ayat 22-29). Harun dan anak-anaknya menaruh tangan mereka ke atas kepala domba jantan. Ini adalah simbol peneguhan mereka sebagai pengantara bagi umat Israel dengan Tuhan.

Setelah domba jantan itu disembelih, darahnya dibubuhkan pada telinga kanan, jempol tangan kanan, dan jari kaki kanan Harun dan anak-anaknya. Pada Im. 14:1-32 ritual seperti ini digunakan untuk menyatakan ketahiran seseorang dari kusta. Ini adalah simbol pemulihan seseorang dari keadaan najis menjadi tahir. Jadi, ritual ini menegaskan bahwa sesudah mereka sendiri tahir baru Harun dan anakanaknya dapat melakukan fungsi pentahiran umat Tuhan.

Selanjutnya, dibuatlah persembahan kurban yang mirip dengan persembahan kurban keselamatan dan sajian (ayat 25-26). Semua bahan persembahan itu diletakkan pada tangan Harun sebagai simbol bahwa dirinyalah yang akan melaksanakan berbagai ritual kurban tersebut. Kemudian kurban itu dibakar dan aroma keharumannya menyenangkan Allah (ayat 28). Demikianlah Harun dan anak-anaknya ditahbiskan oleh Allah melalui Musa (ayat 30). Langkah terakhir adalah petunjuk yang diberikan Musa agar Harun dan anak-anaknya merayakan penahbisan mereka, menghabiskan roti dari persembahan penahbisan itu, dan menetap dalam kemah pertemuan itu selama tujuh hari. Ini menjadi simbol pelayanan mereka yang harus terus-menerus diselenggarakan dengan setia (ayat 35).

Para pelayan Tuhan dalam berbagai kegiatan gereja tidak lagi menjalani ritual seperti ini. Namun prinsip pengudusan, penyerahan diri, penyertaan Tuhan, dll. tetap berlaku dan diterjemahkan ke dalam berbagai peraturan gerejani. Arti dan bentuk penyiapan para pelayan Tuhan tersebut harus terus dihayati dengan segar.

 
Pembacaan IMAMAT 9 (hari ke 99)

Tafsiran :

Sebelum Harun dan putra-putranya dapat dan layak menjalani keimaman mereka, perlu terjadi dulu dua hal. Pertama, sabda Allah datang melalui Musa memberi petunjuk dan perintah. Ini menyatakan prinsip bahwa setiap pelyanan yang benar harus bersumber pada firman Allah dan berjalan sesuai perintah Allah. Kedua, sebelum layak memberikan berbagai kurban untuk pendamaian dan syukur mewakili umat, Harun sendiri harus memberikan dulu kurban-kurban yang sama bagi dirinya sendiri. Kurban untuk penghapus dosa bagi dirinya adalah lembu (ayat 20), mengingatkan kita akan lembu emas yang Harun buat demi memenuhi tuntutan dosa Israel. Kurban bakaran yang menandakan penyerahan diri penuh adalah seekor domba jantan, mengingatkan kita akan domb jantan yang dikorbankan sebagai ganti Ishak. Kedua korban ini menegaskan bahwa sebalum kita bisa melayani orang lain, kita harus lebih dulu dikurduskan dari dosa kita dan menyerahkan diri total kepada Allah. 

Urutan kurban untuk umat Israelpun sama, hanya kini ada tambahan lain yaitu kurban keslamatan yaitu kurban yang menandakan terjadinya persekutuan dengan Allah yang menumbuhkan kedamaian di dalam hati dan kehidupan umat. Tujuan semua kurn ini adalah karena Tuhan akan menampakan diri kepada mereka (ayat 4,6). Jadi kurban-kurban bukan dimaksudkan supaya Tuhan berkenan atau datang kepada mereka tetapi karena Tuhan akan menampakan diri dan supaya mereka dapat melihat menikmati kemulianNya, mereka harus menyiapkan diri agar layak menyambut anugrah itu. 

Anugrah Allah di dalam Yesus Kristus telah menyatakan kemuliaan dan penyelamatan dari Allah secara sempurna dan tuntas. Karena itu kita tidak lagi perlu upacara-upacara kurban seperti zaman PL itu. Namun prinsipnya terus berlaku hingga kini. Kurban keslamatan dari Tuhan Yesus adalah awal bagi kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan dan kekudusan ke arah Dia. 

Renungkan: Baik pelayan Tuhan penuh waktu maupun umat, sama perlu memelihara keslamatan dalam kekudusan agar dapat menghayati kehadiranNya secara penuh.

Pembacaan IMAMAT 10 (hari ke 100)

Tafsiran :

Alkitab mencatat sejumlah kesalahan fatal yang berakibat fatal juga bagi umat Tuhan.Harun yang membuatkan umat Israel lembu emas, mengakibatkan umat Israel menyembah patung itu dan mereka harus dihukum mati (Kel. 32).

Nadab dan Abihu melakukan kesalahan fatal melanggar kekudusan Tuhan dengan menyalakan perbaraan mereka dengan api yang bukan berasal dari mezbah ukupan di kemah suci. Padahal sejak pendirian kemah suci (Kel. 40), api di mezbah persembahan ukupan telah dinyalakan (ayat 26-27). Api yang menyala terus itu, menjadi sumber dan tempat persembahan ukupan dilakukan. Kesalahan fatal mereka dibayar mahal. Kematian!

Mengapa hukumannya begitu berat? Umat Israel baru saja merayakan keimaman Harun dan anak-anaknya dengan begitu serius dan kudus. Semua instruksi Tuhan melalui Musa dipatuhi secara mendetail. Ternyata, kini kedua putra Harun ini justru sembarangan bertindak. Sebagai pemimpin tindakan ngawur mereka akan berdampak besar bagi umat. Kalau tidak mendapatkan hukuman keras akan menjadi preseden bahwa melayani Tuhan di kemah suci Tuhan boleh sembarangan! Seharusnya yang membakar ukupan ialah imam besar, dalam hal ini Harun. Ada penafsir yang mengatakan bahwa tindakan Nadab dan Abihu merupakan kudeta halus kepemimpinan Harun.

Mengapa Nadab dan Abihu bertindak sembrono? Sangat mungkin mereka mabuk. Itu sebabnya larangan keras untuk minum anggur dikeluarkan untuk imam selama ia melayani (9). Seorang yang mabuk kehilangan kendali atas dirinya, sehingga ia dapat berbuat apa saja, termasuk yang membahayakan diri dan orang lain, dan terutama yang melanggar kekudusan Tuhan.

Melayani Tuhan yang kudus tidak cukup dengan niat kudus, melainkan juga harus sesuai dengan firman Tuhan yang kudus. Kesembarangan kita melayani Tuhan menunjukkan kita tidak menghargai kekudusan Tuhan, berarti juga tidak menghargai karya Kristus yang mati disalib demi menguduskan kita.

Pembacaan IMAMAT 11

Tafsiran :

Pada perikop yang lalu, dicantumkan peraturan bahwa orang yang terkena bangkai dari hewan-hewan yang digolongkan binatang haram dapat menjadi najis (ayat 24-27). Dalam perikop hari ini pembahasan tentang kenajisan dilanjutkan dengan menyatakan bahwa kenajisan itu bisa merambah ke berbagai hal. 

Pertama-tama, orang yang bersentuhan dengan bangkai dari binatang haram akan menjadi najis sepanjang hari itu (ayat 29-31). Lalu, berbagai perkakas dan perabotan juga menjadi najis karena bangkai binatang haram tersebut (ayat 32-35). Apabila perabot itu dibuat dari tanah maka harus dihancurkan, demikian juga dengan peralatan masak karena akan menajiskan makanan di dalamnya (ayat 34). Mata air, sumur, dan benih tidak menjadi najis kalau terkena bangkai, kecuali benih yang sedang disemai oleh air (ayat 36-38). Kalau pada perikop sebelum nas ini, bangkai binatang haram dapat menajiskan seseorang, maka pada ayat 39-40 ini binatang yang biasa dimakan, tapi telah menjadi bangkai dapat menajiskan baik orang yang bersentuhan dengan bangkai itu maupun orang yang makan bangkai itu. Prosedur pentahiran pun dijelaskan, yaitu untuk segala perabotan dan barang yang najis harus dibersihkan dengan air dan baru menjadi tahir setelah malam hari. Orang yang terkena kenajisan pun harus menunggu sampai malam barulah ia tahir kembali. 

Akhirnya, Tuhan menegaskan bahwa umat Tuhan harus hidup kudus dan menghindarkan diri dari segala kenajisan sebab Ia adalah Allah yang kudus. Tuhan berhak menuntut kekudusan umat-Nya karena Dialah yang sudah menebus mereka dari perbudakan Mesir (ayat 44-45). 

Kenajisan bisa merambah ke segala hal, demikian juga dengan dosa. Oleh karena itu, sebagai anak Tuhan yang sudah dikuduskan oleh Roh-Nya, kita harus menjaga diri dan tidak bermain-main dengan dosa.

Komentar :

Kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru diperbolehkan makan semua jenis binatang. Namun hendaknya kita melihat kebebasan itu dengan cara yang bijak. Kita membatasi bahkan menghindari jenis-jenis makanan yang tidak baik untuk kesehatan. Bukan semata-mata memenuhi hukum taurat, tapi untuk memuliakan Allah melalui kesehatan kita. 

Selamat siang & terimakasih Pak Rachmat utk pencerahannya dan tetaplah menjaga kekudusan kita oleh Roh Kudus melalui karya penebusan Yesus Kristus dalam kematian-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Hari ke 102 Pembacaan IMAMAT 12

Tafsiran :

Pasal 12 ini membicarakan kenajisan ketika seorang perempuan Israel melahirkan anak. Kenajisan ini bukan dikaitkan dengan dosa seakan melahirkan seorang anak adalah dosa karena Allah sendiri yang memberkati manusia agar beranak cucu dan memenuhi bumi (Kej. 1:27-28). 

Perempuan yang melahirkan itu tidak tahir karena ia sedang mengeluarkan darah kotor, sama seperti waktu ia sedang datang bulan (= cemar kain; peraturan ini dibahas di Imamat pasal 15). Saat melahirkan adalah saat krisis antara kematian dan kehidupan. Pada saat seorang ibu melahirkan satu kehidupan, ia juga sedang "kehilangan" sebagian kehidupannya berupa darah. Dalam keadaan demikian ia juga berisiko kehilangan hidupnya. Situasi "antara" yang sedang dialami seorang ibu dalam proses melahirkan inilah yang menjadikannya tidak tahir. Namun bayi yang dilahirkan ibu itu tidak menjadi najis. Penyunatan yang dilakukan umat Israel pada saat seorang bayi usia delapan hari adalah ritual yang menyatakan terhisabnya bayi itu dalam komunitas perjanjian (Kej. 17). 

Yang lebih sulit dipahami adalah mengapa masa ketidaktahiran perempuan yang melahirkan anak perempuan lebih panjang daripada perempuan yang melahirkan anak laki-laki (Im. 12:5, band. ayat 2-3) Mungkin ini disebabkan bayi perempuan berpotensi seperti ibunya, kelak melahirkan seorang bayi pula, maka hal itu direfleksikan lewat sejumlah waktu ketidaktahiran yang lebih panjang. 

Walaupun alasan jelas dan tepat tentang masalah ketidaktahiran ini sulit kita dapatkan, satu pelajaran penting bisa kita tarik. Kepekaan diri terhadap kekudusan Allah seharusnya membuat kita mawas diri. Jangan sampai hidup kita mencemarkan kemuliaan Allah dan menjadi batu sandungan bagi orang yang belum mengenal Dia. 

Doaku: Aku bersyukur kepada-Mu, Tuhan karena di dalam Tuhan Yesus, aku beroleh pembenaran, pengudusan, dan kelayakan di hadapan-Mu.

Hari ke 103 pembacaan IMAMAT 13

Tafsiran :

Konsep mengenai kenajisan dan ketahiran cukup asing bagi kebanyakan orang Kristen karena anggapan bahwa hukum Taurat tidak lagi diberlakukan untuk kita. Namun, dalam Perjanjian Lama konsep ini sangat penting karena hanya mereka yang tahir yang dapat hidup dalam komunitas umat Allah dan beribadah kepada Allah yang kudus.

Nas hari ini menunjukkan bahwa imam harus melakukan penelitian dengan saksama mengenai penyakit-penyakit kulit yang dapat membuat seseorang menjadi najis. Hal ini harus dilakukan karena menyangkut status orang tersebut dalam komunitas umat Tuhan dan dalam kehidupan ibadahnya. Jika ternyata orang itu divonis berpenyakit kusta, maka orang tersebut harus mengakuinya di depan umum dan kemudian tinggal di luar komunitas umat Tuhan (45-46).

Mengapa orang itu harus tinggal di luar perkemahan? Karena Allah yang kudus tinggal di perkemahan tersebut, sehingga perkemahan itu kudus. Kekudusan dan kenajisan tidak dapat hidup berdampingan. Allah yang kudus menuntut umat-Nya hidup kudus. Allah tidak dapat hidup berdampingan dengan segala bentuk kenajisan. Hal ini menunjukkan realitas yang sangat penting: Allah kita kudus dan tidak bertoleransi terhadap kenajisan sedikit pun.

Hukum ibadah seperti ini, yaitu bahwa jemaat harus datang kepada Allah dalam keadaan tahir, memang tidak berlaku bagi kita, karena semua hukum ibadah tersebut sudah tergenapi dalam Kristus. Namun Allah kita tidak berubah. Dia tetap Allah yang kudus yang tidak menoleransi kenajisan. Bentuknya bukan lagi tahir secara ritual, melainkan tahir secara hati yang diwujudkan dalam hidup sesuai dengan kekudusan Allah. Seperti kutipan Petrus, "Ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (16, mengutip dari Im. 19:2).

Karena kita menyembah Allah yang kudus, maka kita harus menyadari bahwa hanya kehidupan yang kudus yang dapat diperkenan oleh-Nya. Marilah kita yang sudah dikuduskan oleh Kristus, berupaya untuk hidup dalam kekudusan, yaitu hidup dengan menjalankan perintah-perintah yang Allah berikan kepada kita.


Pembacaan IMAMAT 14 (hari ke 104)

Tafsiran :

Imamat 14:1-32 menjelaskan pentahiran bagi mereka yang terdeteksi kusta. Ada dua bagian ritual pentahirannya: pentahiran untuk minggu pertama (di luar kemah, 1-9) dan pentahiran untuk minggu kedua (di dalam kemah, 10-20). Ayat 21-32 membahas pentahiran khusus bagi mereka yang miskin. Semua proses pentahiran ini bukan untuk menyembuhkan, tetapi menyucikan. Melalui rangkaian proses penyucian ini, seseorang yang sebelumnya najis bukan hanya dinyatakan tahir, tetapi juga dikembalikan kepada komunitas umat Allah. 

Proses pentahiran yang melewati dua tahap itu menunjukkan betapa seriusnya ketidaktahiran yang disebabkan oleh penyakit kusta. Proses pentahiran pertama mengandaikan seseorang yang karena kenajisannya (keberdosaannya) telah mengalami dibuang/dikucilkan dari komunitas umat kudus Allah. Burung yang disembelih melambangkan dosa yang harus dihukum. Burung yang dilepas melambangkan dosa yang sudah diampuni. Proses pentahiran yang dilakukan ketika sudah kembali ke dalam kemah, ialah persembahan kurban bakaran, sajian, dan penghapus dosa/salah. Proses ini mengandaikan seseorang sudah kembali sebagai umat Allah. Ritualnya adalah ritual yang sudah di atur di Imamat pasal 1-7. Anugerah Allah terlihat kepada mereka yang miskin, yakni cukup mempersembahkan seekor domba jantan dan dua ekor burung. 

Melalui serangkaian proses pentahiran ini kita melihat bahwa pengampunan dan pertolongan datang dari Tuhan melalui hamba-hamba-Nya, bukan melalui pengobatan medis. Demikian juga dalam setiap masalah dosa, penyelesaiannya bukan pada usaha-usaha memperbaiki diri melainkan pada kebaikan Allah di dalam Kristus yang memberi ampun, pemulihan, dan kesempatan kedua. 

Renungkan: Yesuslah tabib untuk semua masalah dosa dan kerohanian kita. Datanglah dan berserulah minta tolong kepada-Nya.

Pembacaan IMAMAT 15 (hari ke 105)

Tafsiran :

Pernahkah Anda membanggakan diri atas prestasi kesalehan dan aktivitas pelayanan Anda? Pernah jugakah Anda tersinggung karena orang lain mengabaikan apa yang telah anda lakukan? Semuanya Ini ingin menyatakan bahwa Anda berarti dan patut dihargai. Hal ini tidaklah selalu merupakan sesuatu yang negatif, namun ada hal yang lebih penting yakni menempatkan diri secara tepat dihadapan Allah yang kudus. 

Pasal ini merupakan suatu diskripsi tentang peraturan yang berhubungan dengan lelehan yang keluar dari organ seksual: [1] Keluarnya lelehan laki-laki karena penyakit kelamin (ayat 2-15); [2] Keluarnya air mani secara alami dan wajar (ayat 16-18); [3] Keluarnya darah menstruasi wanita secara alami dan wajar (ayat 19-24); dan [4] Keluarnya darah menstruasi atau lelehan untuk waktu yang lama (ayat 25-30). Sungguh mengherankan karena selain keluarnya cairan yang disebabkan karena penyakit, atau proses alamiah seperti hubungan seksual dan menstruasipun dinyatakan najis dihadapan Allah. Semuanya ini merupakan penegasan bahwa kondisi manusia dalam segala kenormalan dan kewajarannya tetap tidak sepadan dengan kekudusan Allah. 

Kita adalah manusia yang berdosa. Dosa bukan saja telah memisahkan kita dari Allah, tetapi juga telah mempersatukan kita dengan kematian. Tidak ada jalan keluar bagi persoalan ini kecuali melalui penebusan. Hanya melalui penebusan manusia dapat diperdamaikan dan terlepas dari murka Allah. Disinilah para imam memegang peranan yang penting. Mereka dipanggil untuk menghindarkan Israel dari kenajisan (ayat 31) melalui ritual penebusan (ayat 13-15, 28-30). 

Renungkan: Keseharian, kewajaran dan kenormalan manusia bukanlah padanan bagi kekudusan Allah. Kesalehan dan kebaikan kita bukanlah jawaban bagi persoalan dosa kita. Sebagaimana Allah telah memanggil para imam untuk memberitakan pendamaian melalui pengorbanan anak burung merpati diatas api, demikian juga kini Allah memanggil Anda untuk memberitakan pendamaian melalui pengorbanan Kristus diatas kayu salib.

Pembacaan IMAMAT 16 (hari ke 106)

Tafsiran :

Hari Raya pendamaian sebagaimana dijabarkan pada pasal ini merupakan hari yang paling suci dalam kalender Israel. Pada hari ini Imam besar harus melakukan kegiatan ritual dalam perayaan tersebut, antara lain: membasu tubuh dengan air, mempersembahkan lembu jantan sebagai korban penghapus dosa bagi diri dan keluarganya, memercikan darah domba jantan pada tutup tabut pendamaian, membuang undi bagi dua ekor kambing jantan, yang seekor menjadi korban penghapus dosa Israel, dan seekor lainnya dijadikan “kambing hitam kesalahan Israel” (ayat 4,6,11,12-14,15,18,21-22). 

Hal yang paling menaik dari semua ritual ini adalah ritual pelepasan “kambing hitam kesalahan Israel.” Ritual ini tidaklah dilakukan pada ibadah sehari-hari Israel. Kristen melihat ritual ini sebagai perlambang Kristus yang menanggung dosa dan kesalahan umat manusia (Ibr. 9:6-28; 13;11-13). Kristus yang diserahkan ketangan bangsa yang bukan Yahudi untuk disalibkan diluar gerbang Yerusalem mengindikasikan bagaimana Ia dilepaskan keluar dari perkemahan seperti “kambing hitam kesalahan Israel” ini. Perlambangan Imamat 16 ini menegaskan kepada kita, bahwa dihadapan Allah yang kudus, dosa dan kesalahan tidaklah dapat dilupakan begitu saja. Pengampunan tidak diberikan dengan cara yang murah. BagiNya dosa tidak dapat dinisbikan begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Kita telah gagal dan tidak mampu mempertanggungjawabkan kesucian hidup yang dipercayakan-Nya kepada kita. Dosa dan kesalahan telah menjadi suatu hutang yang tidak terbayarkan, namun Kristus telah melunaskan hutang tersebut. 

Renungkan: Jikalau saat ini Anda telah menikmati pengampunan dosa melalui Kristus, dan hidup dimasa anugerah, ingatlah bahwa hal itu telah dibayar dengan kerelaan Anak Allah Yang kudus untuk menjadi “kambing hitam kesalahan manusia yang berdosa.” Hanya hidup Yang komit penuh dan taat lengkap kepada Allah yang menunjukan penghormatan terhadap kurban Kristus.

Pembacaan IMAMAT 17 (hari ke 107)

Tafsiran :

Sistim pegorbanan dalam Perjanjian Lama merupakan pemberian Tuhan yang penuh anugrah kepada UmatNya. Walaupun anugrah ini diberikan dengan cuma-cuma, namun tidaklah boleh diperlakukan dengan sembarangan. Tuntutan untuk memiliki pola hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, merupakan padanan dari anugrah tersebut. 

Hal inilah yang mendasari mengapa Tuhan melarang Israel memakan darah. Melalui peraturan ini, Tuhan mengajarkan beberapa hal kepada Israel: [1] menghargai kesakralan kehidupan yang adalah milik Tuhan. Karena itu tidak memakan atau meminum darah merupakan penghargaan terhadap kehidupan dan penciptanya; [2] menghargai makna penebusan yang terkandung dalam penumpahan darah hewan korban. Darah merupakan lambang penebusan bagi nyawa manusia (ayat 11). Darah anak domba yang tidak bersalah haruslah ditumpahkan untuk menggantikan kesalahan manusia. Lambang dan makna penebusan ini akan dirusakkan jika Israel memakan atau meminum darah; [3] menghargai anugrah Tuhan melalui gaya hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Memakan darah merupakan kebiasaan praktik-praktik penyembahan berhala pada masa itu. Israel sebagai umat kudus Allah telah dipisahkan dan dibedakan dari bangsa-bangsa asing disekitar mereka 

Peraturan yang memberikan perhatian terhadap kesakralan darah ini memiliki makna spiritual yang penuh bagi Kristen. Prinsip ini digenapi oleh kematian Kristus yang menggantikan dosa manusia (Rom 5:11). Kristen dibenarkan, diampuni dan diselamatkan melalui darah Kristus (Rom. 5:9; Ef. 1:17). Melalui darahNya kita memperoleh akses langsung dengan Allah (Ibr. 10:19–22), mengalamai kemenangan atas yang jahat (Wah. 12:10-11), dan berdiri melayani Tuhan dihadapan kemuliaanNya yang kekal (Wah. 7:14-15). 

Renungkan: Pemahaman Teologis yang benar merupakan bagian esensial dalam kehidupan umat Tuhan, namun belumlah memadai jikalau tak diiringi oleh praktek hidup yang suci. Pemahaman yang teraplikasi melalui kehidupan praktis yang suci merupakan identitas umat Tuhan.

Pembacaan IMAMAT 18 (hari ke 108)

Tafsiran :

Keluarga merupakan fondasi dari gereja dan masyarakat. Tidak mengherankan bila Tuhan memberikan peraturan yang mendetail mengenai relasi dalam keluarga untuk menunjukkan pernikahan antar kerabat dekat yang tidak boleh dilakukan. Karena perintah ini diberikan kepada laki-laki, maka diberi keterangan detail tentang dengan siapa ia tidak boleh melakukan hubungan seksual, yang dinyatakan dengan "menyingkapkan aurat." Karena kebebalan umat Israel yang juga melakukan pernikahan poligami, maka yang tercakup di dalam peraturan ini termasuk relasi dalam keluarga poligami.

Menurut para ahli, yang termasuk dalam keluarga inti dalam masyarakat Israel terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, saudara laki-laki, saudara perempuan. Maka ditekankan sekali bahwa seorang laki-laki tidak boleh menikah dengan isteri ayahnya (ibu kandung maupun ibu tiri, 7-8), saudara perempuan (9, 11), cucu perempuan (10). Larangan pernikahan ini diperluas untuk mencakup saudara perempuan dari ayah atau ibu (12-13). Bahkan ada juga larangan menikah terhadap saudara karena pernikahan. Dengan demikian seorang laki-laki tidak boleh menikah dengan isteri saudara ayah (14), menantu perempuan (15), isteri saudara (16), anak maupun cucu dari isteri (17), saudara perempuan isteri selama isteri masih hidup (18).

Selain itu segala bentuk perzinahan (20) dan hubungan seksual yang tidak normal seperti dengan sesama jenis (22) dan dengan binatang (23) juga dilarang keras. Peringatan keras diberikan bagi yang melanggar perintah di atas karena perbuatan demikian membuat negeri itu menjadi najis. Kenajisan yang akan membuat Tuhan memuntahkan orang Israel yang berbuat najis seperti itu (24-30).

Kehidupan keluarga merupakan hal yang sangat penting dan pernikahan antar kerabat dekat dapat merusak tatanan relasi dalam keluarga, karena itu perlu diatur dengan ketat. Apakah kita juga menganggap relasi dalam keluarga sangat penting, sehingga menghargai relasi yang Tuhan karuniakan itu?

Hari ke 109 pembacaan IMAMAT 19

Tafsiran :

Hidup kudus berarti hidup yang dipisahkan secara khusus untuk Tuhan. Ekslusif untuk Tuhan, berarti tidak boleh untuk hal lainnya. Prinsip kudus ini sendiri merupakan perintah Tuhan dalam Taurat, "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus"(Im. 19:2).

Imamat mengajarkan hidup kudus yang terdiri dari tiga level kehidupan yang merupakan lingkaran konsentris. Level pertama, yang paling mendasar adalah kekudusan dalam relasi dengan Tuhan. Peraturan ritual kemah suci begitu ketat dan detail sebab menyangkut kekudusan Tuhan yang tidak boleh dilanggar. Ketidakkudusan pelaku ibadah di kemah suci harus dibayar mahal, seperti contoh Nadab dan Abihu (Im. 10:1-7).

Level kedua, kekudusan dalam hidup pribadi, yang diwakili dengan serangkaian peraturan tentang haram-halal, dan najis-tahir. Memang tidak jelas mengapa sejumlah binatang disebut haram. Demikian juga dalam situasi tertentu seseorang dianggap sedang dalam keadaan najis. Yang pasti adalah bahwa segala sesuatu dalam kehidupan pribadi umat Tuhan, harus selalu berada dalam kondisi prima untuk bersekutu dengan Tuhan.

Level ketiga, kekudusan dalam berbagai aspek relasi dengan sesama manusia, mulai dari relasi suami-istri, keluarga besar, sampai pergaulan lebih luas dalam sosial masyarakat. Berbagai aturan ini bertujuan agar umat Tuhan senantiasa ada dalam kesadaran diri milik Tuhan yang kudus sehingga tidak boleh meniru pola hidup bangsa yang tidak mengenal Tuhan. 

Hidup kudus sesuai Taurat mustahil dilakukan sempurna oleh umat Tuhan. Maka disediakan ritual tertentu yang berfungsi sebagai ritual pendamaian ketika pelanggaran tertentu terjadi.

Sekarang ini kita bisa hidup kudus karena karya penebusan Kristus. Kematian-Nya menghapus dosa dan kebangkitan-Nya memberikan kuasa untuk hidup tidak kompromi dengan dosa. Kita yang sudah dikuduskan, tidak lagi membiarkan hidup kita dinajiskan oleh hal-hal duniawi. Sebaliknya, dengan menuntut hidup kudus, kita layak menjadi perabot-perabot mulia di rumah tangga Allah untuk melakukan hal-hTARal mulia yang menyenangkan hati-Nya.

KOMENTAR

Berdasar referensi di atas, Molokh adalah nama dewa sembahan bangsa Amon. Nama lainnya adalah Milkom. Pada zaman kuno dipuja oleh bangsa-bangsa Kanaan, Fenisia dan kebudayaan terkait di Afrika Utara dan Mesopotamia. Pemujaan dewa ini dihubungkan dengan persembahan anak-anak sebagai korban bakaran di Tofet, dekat Yerusalem.


Pembacaan IMAMAT 20 (hari ke 110)

Tafsiran :

Kata kunci untuk memahami perikop ini adalah "milik" (26). Didasarkan atas kasih Tuhan yang begitu besar kepada umat-Nya, maka mereka adalah milik-Nya. Hubungan kepemilikan ini biasanya dipersonifikasikan dengan hubungan suami-istri. Suami dan istri saling memiliki. Jika umat-Nya menyembah kepada ilah lain, hal ini dilambangkan dengan seorang istri yang berzina dengan pria lain. Sering digambarkan, bahwa Tuhan itu adalah Allah yang cemburu. Cemburu di sini bukanlah iri (envy, ingg.), melainkan jealous (ingg.). Cemburu yang terjadi karena kepemilikan yang "dicuri" atau "hilang". Allah yang Maha Kasih menginginkan milik-Nya kembali kepada diri-Nya yaitu, dalam bentuk hidup kudus seperti Allah yang kudus!

Sebagai pemilik umat, Allah berhak menuntut umat-Nya hidup kudus. Dia sendiri telah memberikan anugerah untuk umat agar bisa hidup kudus. Hidup kudus berarti hidup teratur sesuai dengan keinginan Tuhan, pemilik mereka. Wujud hidup kudus ialah tidak menyembah ilah lain (2-7). Menyembah ilah lain berarti menduakan Tuhan, yaitu berzina rohani; tidak menghormati orang tua (9); tidak menjaga kekudusan pernikahan. Berkanjang dalam berbagai rupa percabulan (10-21) juga merupakan bentuk penolakan bahwa bahwa Tuhanlah pemilik hidup dan keluarga umat-Nya. Lagi pula, tindakan-tindakan tersebut dilakukan oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan.Dengan melakukan semua perbuatan dosa tersebut, mereka seolah mengaku diri sebagai milik ilah-ilah bangsa-bangsa tersebut (22-27).

Ingatlah, Allah menuntut umat-Nya hidup kudus karena Ia mengasihi mereka. Maka, respons seharusnya kepada Tuhan -sebagai pemilik hidup yang menuntut kita untuk hidup kudus- ialah menjalani hidup kudus karena kita ingin membalas kasih-Nya. Maka marilah kita memeriksa diri, dari berbagai peraturan hidup kudus yang dipaparkan di perikop ini, adakah kita telah melanggar salah satunya? Ingatlah bahwa kita sudah menjadi milik Allah oleh kurban Kristus di salib.Dialah Pemilik hidup kita. Dia cemburu kalau kita memilih bermain-main dengan dosa.

Hari ke 111 pembacaan IMAMAT 21

Tafsiran :

Para imam ditentukan Tuhan untuk menerima tugas kudus: mempersembahkan santapan Tuhan dan menjaga kekudusan umat Tuhan. Mereka dipilih bukan karena lebih suci atau lebih baik daripada umat melainkan karena penetapan Allah. Oleh karena itu, standar kekudusan para imam harus lebih tinggi daripada umat lainnya agar mereka dapat menjadi teladan umat Tuhan. 

Tuhan memberi perintah khusus kepada Musa dan bangsa Israel: "Dan kamu harus menganggap dia kudus…" (ayat 8a)! Musa mengenal betul siapa Harun dan anak-anaknya. Mereka adalah bagian dari bangsa Israel yang tegar tengkuk dan terus-menerus melawan Tuhan. Bagi bangsa Israel saat itu sepertinya tidak mungkin ada tingkah laku Harun dan anak-anaknya yang tersembunyi. Mereka hidup bersama setiap hari. Mungkin amat sulit bagi Musa dan bangsa Israel untuk bisa menghormati dan menganggap para imam itu kudus. Namun itulah perintah Tuhan bagi mereka. 

Para imam harus menjaga kekudusan diri mereka dari mayat atau hal najis (ayat 1-4, 10-12), menjaga kekudusan perkawinan (ayat 7-9, 13-15), menjaga perilaku dengan tidak meniru perbuatan imam-imam kafir yang menggunduli kepala dan tepi janggut ataupun menggores kulit tubuh mereka (ayat 5-6), dan memberikan imam yang terbaik dari mereka untuk melayani Tuhan di kemah suci (ayat 16-23). Para imam harus sepenuhnya kudus baik perbuatan maupun tubuh mereka karena tugas mereka adalah kudus. 

Mungkin kita sering mengalami kesulitan untuk menghormati dan menganggap para hamba Tuhan kudus. Sadar atau tidak kita menilai para hamba Tuhan dari cara mereka berkhotbah dan bicara, bagaimana gaya hidupnya, siapa pasangan hidup dan anak-anaknya, dll. Penghormatan kita pada mereka tergantung pada hasil penilaian kita, bukan lagi pada perintah Tuhan untuk menghormati hamba-Nya.

Pembacaan IMAMAT 22 (hari ke 112)  
Tuhan menilai persembahan

Bila pada perikop sebelumnya peraturan persembahan lebih ditujukan kepada para imam, maka pada perikop ini rangkaian peraturan persembahan diberikan pada kaum awam. Tidak semua persembahan umat Israel dikenan Tuhan. Yang dikenan Tuhan adalah persembahan binatang yang tidak bercacat cela, yaitu bebas segala cacat fisik (ayat 20, 23), tidak terluka atau berpenyakit tertentu (ayat 22), dan bukan binatang-binatang kebiri (ayat 24). Binatang yang berumur kurang dari delapan hari pun tidak dapat dipersembahkan kepada Tuhan (ayat 27). Mungkin hal ini dikaitkan peraturan menyunatkan anak laki-laki pada usia delapan hari (Im. 12:3). Berarti sebelum delapan hari, anak itu belum dihisabkan kepada komunitas umat kudus Allah.

Persembahan sukarela diberikan tanpa ada hal-hal khusus yang menjadi alasannya, kecuali bahwa Tuhan telah melakukan kebaikan dalam hidup orang tersebut. Sedangkan persembahan nazar adalah persembahan wajib seseorang yang telah ditolong Tuhan sesuai dengan nazarnya. Karena itu persembahan nazar diatur lebih ketat daripada persembahan sukarela. Mengapa Tuhan menuntut persembahan yang tidak bercacat? Karena Tuhan yang kudus menuntut umat hidup kudus dalam segala hal. Persembahan yang tidak sempurna menunjukkan ketidakseriusan umat menjaga kekudusan Allah. Jangan-jangan persembahan yang cacat atau rusak itu menunjukkan yang bersangkutan tidak mau dirugikan secara ekonomi namun mengharapkan diberkati Tuhan. Motivasi seperti itu jelas tidak kudus!

Pengaturan mengenai persembahan ini menunjukkan betapa penting motivasi seseorang di dalam menghampiri Tuhan. Tidak boleh ada niat yang tidak tulus sedikit pun dalam memberi. Ingat Tuhan Yesus sudah memberi diri-Nya sebagai persembahan kudus di hadapan Allah demi keselamatan kita!

Pembacaan IMAMAT 23 (hari ke 113)

Tafsiran :

Salah satu hari raya penting untuk diperingati Israel ialah hari raya Pendamaian (27-32; lih.Im. 16), yang diadakan pada hari ke-10 dalam bulan ke-7.Ternyata ada tiga perayaan yang saling terkait pada bulan itu. Hari pertama merupakan hari perhentian penuh (24), lalu hari ke-15 sampai ke-21 adalah hari raya Pondok Daun (33-44). Jelas sekali bahwa perhentian yang dilakukan umat sehingga tidak boleh bekerja sama sekali (24, 32, 39) menunjuk pada relasi manusia dengan sesama, dengan Tuhan, dan dengan alam. Puncaknya ada pada ibadah raya yang sangat akbar. Ibadah raya tersebut dibuat untuk mengingat sebuah pendamaian, yaitu kehidupan yang berdamai antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Dasar perayaan akbar ini ialah Tuhan sendiri yang memperdamaikan manusia kepada diri-Nya.

Segala unsur perayaan merupakan respons manusia yang sudah diperdamaikan dengan Tuhan. Oleh karena manusia sudah diperdamaikan dengan Tuhan maka manusia bisa berdamai dengan dirinya dan sesamanya, juga dengan alam tempat mereka hidup.Maka wujud perayaan akbar yang dimulai dengan segala keseriusan membereskan dosa dan kenajisan, diakhiri dengan sukacita tak terhingga karena Tuhan telah memberkati mereka melalui hasil alam yang permai. "... dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh hari lamanya ..." (40). Liturgi dalam merayakan hari raya-hari raya ini telah ditetapkan, dan di dalam liturgi ini tersirat hubungan yang holistik antara Tuhan, manusia dan sesamanya, serta alam. Itulah liturgi yang sangat indah.

Gereja merupakan agen Allah untuk mewujudkan perdamaian yang umat sudah terima di dalam Kristus, yang mewujud dalam tindakan-tindakan berdamai dengan sesama manusia dan dengan alam. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jangan lupa terlibat dalam upaya untuk mendorong perbaikan-perbaikan relasi jemaat dengan sesama manusia. Jangan lupa juga untuk mengingatkan tanggung jawab untuk memperbaiki alam yang sudah dirusak oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab.

Pembacaan IMAMAT 24 (hari ke 114)

Tafsiran :

Kejahatan kepada sesama bersumber pada kejahatan kepada Tuhan. Oleh karena itu, hukuman atas pelanggaran Taurat sangat berat. Dalam kasus yang terjadi di perikop ini, orang yang menghujat nama Tuhan bukan hanya dihukum mati dengan dilempari batu, tetapi juga semua orang yang mendengar hujatannya harus menumpangkan tangan mereka atas kepala orang tersebut dan ikut melempar batu (ayat 14-16). Artinya, si penghujat harus menanggung dosanya sendiri dan umat Tuhan harus membela nama Tuhan dengan ikut menghukumnya. Hukum Taurat ini berlaku bukan hanya bagi umat Israel, tetapi juga setiap orang asing yang ada di tengah jemaat. Pembunuhan terhadap sesama manusia mendapatkan perlakuan hukuman yang sama karena manusia diciptakan sebagai gambar Allah (ayat 17, 21b; Kej. 1:27). 

Hukuman terhadap pelanggaran lainnya yang dicantumkan di Im. 24:18-21a mendasarkan diri pada hukum lex talionis, yaitu hukuman yang proporsional dengan perbuatan dosa. Di sini nyata belas kasih Tuhan, yang membedakan hukum Taurat dari hukum-hukum kuno dari bangsa-bangsa di sekitar Israel. Ada dua prinsip yang jelas terlihat di sini. Pertama, manusia lebih berharga daripada harta. Kedua, dalam hal tindakan yang merugikan harta atau fisik sesama manusia, hukuman yang diberikan merupakan pembayaran ganti rugi yang sepadan bukan pembalasan dendam. 

Kesadaran untuk menempatkan Allah tertinggi dan terutama dalam hidup kita akan berdampak kepada perlakuan manusiawi kita terhadap sesama. Ingatlah, walaupun dosa telah merusak kemanusiaan kita, di dalam Tuhan Yesus, gambar Allah yang sempurna, kita adalah gambar Allah yang sedang diciptakan ulang dan diproses agar semakin menyerupai Tuhan Yesus. 

Renungkan: Marilah kita belajar menghormati Allah sebagai Allah dan belajar menghargai sesama manusia sebagai gambar-Nya.

Pembacaan IMAMAT 25 (hari ke 115)

Tafsiran :

Dosa membuat manusia materialis dan egois. Israel pun tidak luput dari godaan bersikap tak adil dan tak berbelas kasih kepada sesama. Itu sebabnya berbagai peraturan tahun Sabat dan tahun Yobel ini penting agar kepedulian terhadap sesama diwujudkan. Inti dari Sabat dan Yobel adalah berbagi anugerah Allah dengan mereka yang papa. 

Pertama, perikop ini menjelaskan secara lebih detail pengembalian tanah dan rumah yang tergadaikan karena hutang di tahun Yobel. Dasar pemikiran yang dipakai adalah bahwa Allah pemilik semua tanah (ayat 23). Kedua, peraturan tentang bagaimana memperlakukan sesama mereka yang miskin. Umat Israel harus selalu mengingat bahwa kemakmuran dan kesejahteraan mereka adalah semata-mata anugerah Tuhan dan bukan untuk mereka nikmati sendiri. Maka seharusnya mereka peka dan peduli kepada sesama mereka yang "kurang beruntung" dengan mengingat bahwa dulu mereka miskin dan tertindas di tanah Mesir (ayat 38). Mereka harus rela berbagi anugerah melimpah itu kepada sesama dalam bentuk kesempatan, hak, dan modal untuk membangun kembali kehidupan yang lebih layak (ayat 39-55). 

Bagaimanakah mewujudnyatakan firman Tuhan ini dalam situasi sosial ekonomi kita saat ini? Kita yang diberkati dengan kelimpahan harus menaikkan syukur dengan memberikan yang terbaik kepada Allah dan oleh Dia kepada sesama kita yang membutuhkannya (band. 2Kor. 8:5b). Jangan cuma memberikan sekadar sedekah atau terlibat dalam aksi-aksi sosial, tetapi upayakan berbagi modal dan kesempatan, seperti uang, ketrampilan, piranti lunak dan keras, dll., yang dapat membangunkan sesama kita menuju kesejahteraannya sendiri daripada hanya semata-mata bergantung kepada `belas kasih' kita. Kita yang berkekurangan memanfaatkan keadaan ini untuk belajar lebih memercayai anugerah dan pemeliharaan Allah. 

Renungkan: Kristus rela menjadi miskin agar kita kaya (ayat 2Kor. 8:9). Relakah kita berbagi kekayaan kita dengan sesama kita?

Pembacaan IMAMAT 26 (hari ke 116)

Tafsiran :

Mengapa kutuk dibahas jauh lebih panjang daripada berkat? Apakah Allah bertindak tidak adil? Bukan demikian. Berkat yang Allah curahkan bagi umat merupakan anugerah, bukan upah atas ketundukan dan ketaatan umat. Sebagai milik Allah, hal itu merupakan kewajiban umat. Namun saat mereka taat, Allah menjanjikan berkat. Karena itu, Allah berhak menuntut ketaatan mutlak umat kepada Dia. Bila mereka tidak mau taat, hukuman akan dijatuhkan. Jadi wajar saja kalau kutuk yang menyertai ketidaktaatan begitu dahsyat.

Kutuk diberikan ketika umat hidup tidak sesuai ketetapan Tuhan, sebagai pemilik hidup mereka (14, 18, 21, 23, 27). Tujuan kutuk bukanlah untuk membinasakan melainkan agar terjadi pertobatan, sebelum kutuk yang lebih berat dijatuhkan. Sebenarnya kutuk itu diberikan secara bertahap dan meningkat kadar kekerasannya, dari yang relatif ringan sampai yang sangat berat. Puncak dari kutuk ialah mereka akan kehilangan tanah pusaka mereka dan diceraiberaikan ke negeri bangsa-bangsa lain. Itulah yang akan terjadi kelak, yang dicatat dalam 2 Raja-raja pasal 17:7-23 dan pasal 24-25. Namun, kutuk yang paling dahsyat pun ternyata bukan akhir dari segala-galanya, karena tujuan penghukuman ialah supaya terjadi pertobatan. Maka kalau mereka bertobat, Tuhan akan mengampuni dan memulihkan mereka (40-45). Dasarnya ialah kasih setia Tuhan yang tidak membatalkan perjanjian-Nya dengan umat-Nya (42, 45), walaupun mereka sendiri yang mengkhianati perjanjian itu. Yang menarik, penghukuman berupa pembuangan merupakan kesempatan bagi tanah-tanah di Israel untuk mengalami tahun-tahun sabat setelah mengalami eksploitasi habis-habisan oleh orang-orang serakah (34-35, 43).

Kita sebenarnya tidak beda dengan umat Israel, yang sering mengeraskan hati terhadap nasihat dan teguran firman. Namun karena Kristus sudah mati bagi kita, kita tidak lagi mengalami kutuk dahsyat seperti yang menimpa Israel. Bukan berarti bahwa kita boleh hidup sembarangan. Allah juga akan mendisiplin kita kalau kita bermain-main dengan dosa.

Pembacaan IMAMAT 27 (hari ke 117) 
Berikan yang terbaik


Bagian akhir Imamat ini membicarakan mengenai penebusan rumah dan ladang yang sudah dinazarkan kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya ada empat persembahan nazar yang bisa diberikan, yakni manusia (ayat 3-8), hewan (ayat 9-13), rumah (ayat 14-15), dan ladang (ayat 16-24). Anak sulung dan hewan sulung tidak boleh dijadikan persembahan nazar sebab itu adalah hak Allah sendiri (ayat 25-27). Demikian juga dengan barang-barang yang termasuk persembahan persepuluhan (ayat 30-32). Ada juga hal-hal yang dikhususkan (bhs. Ibrani kherem) bagi Tuhan yang tidak bisa ditebus karena persembahan ini bersifat mahakudus, eksklusif hanya untuk Tuhan (ayat 28-29).

Dari perintah ini kita belajar beberapa hal. Pertama, Allah bermurah hati dengan memberikan kesempatan bagi umat-Nya menebus kembali persembahan nazar tertentu, namun tentu dengan penalti tertentu juga. Hal ini mengajarkan umat Allah untuk tidak sembarangan bernazar. Semua persembah-an nazar harus keluar dari motivasi hati yang tulus sehingga tidak akan pernah disesali karena itu adalah persembahan terbaik bagi Tuhan. Kedua, ada beberapa persembahan yang tidak bisa ditebus karena memang telah ditentukan dari permulaan sebagai milik Allah. Pada dasarnya peraturan ini mengingatkan Israel bahwa semua kebaikan dan kelimpahan asalnya dari Allah saja, maka hidup kita pun milik Dia.

Tidak boleh ada sedikit pun tersirat kebanggaan bahwa kita bisa memberi Allah sesuatu dengan persembahan nazar, seakan-akan hal itu adalah kehebatan dan sifat murah hati kita. Biarlah setiap pemberian kita, termasuk yang kita janjikan atau nazarkan kepada Allah, kita persembahkan dengan segala kerendahan hati dan penuh ucapan syukur dengan mengingat kalau kita bisa memberi, itu adalah anugerah-Nya semata-mata.

Renungkanlah: Sudahkah Anda memberikan persembahan yang terbaik bagi-Nya? Persembahan terbaik yang sepadan anugerah-Nya sebab keluar dari motivasi tulus?

Belajar Imamat 1 
"Memberi dengan Rela"

Dalam 2 Korintus 9:7 (TB)  Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Setelah kemah suci didirikan dan Allah hadir di tengah-tengah Israel, maka mereka diajarkan bagaimana menghampiri Allah dengan membawa persembahan korban yang dilakukan untuk menyenangkan hati Allah (ay. 9b, 12b, 17b) dan mendamaikan diri dengan Allah (ay. 4).

Prosesi persembahan ketiga jenis korban itu memang berbeda-beda, di mana semakin sederhana korban yang diberikan, maka semakin sederhana pula urutan dan detail proses persembahannya.

Bukan jenis korban bakaran atau nilai dari persembahan kita, namun proses dalam memperse…

Belajar Imamat 2
 "Ragi No, Garam Yes"

Di dalam 1 Korintus 5:8 (TB) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. 

Meski dapat memilih di antara ke empat jenis korban sajian, ada dua hal yang harus dipenuhi umat. Pertama, korban sajian tidak boleh mengandung ragi dan madu (ay. 11). Dan, kedua, korban sajian itu harus dibubuhi garam. Dua syarat ini mengandung makna penting. Ragi membuat cepat busuk, garam justru membuat roti menjadi korban sajian yang lebih harum.

Korban sajian seperti apakah kita di hadapan Tuhan ? Atau dengan kata lain, hidup seperti apakah yang selama ini kita taruh di atas mezbah -Nya ?

Sudahkah kita mengekpresikan rasa syukur kita dengan mempersembahkan kehidupan yang terbaik, seperti umat Israel juga memberikan tepung dengan kualitas terbaik (ay.1). Sudahkah hidup yang kita "bakar"  di atas mezbah adalah hidup yang murni seperti roti tanpa ragi keburukan dan kejahatan, yang tidak munafik, lepas dari jerat kesombongan, tidak menjadi batu sandungan, dan bebas dari segala macam keburukan yang lain ?  Atau sudahkah hidup kita "bakar" di atas mezbah sudah seperti roti dengan garam yang beraroma, yakni kehidupan yang memberi aroma, rasa, tekun dan warna yang positif dunia tempat kita tinggal dan ditempatkan ?

Selamat pagi, selamat beraktifitas dan jaga kesehatan serta semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 3 
"Makan Bersama Allah"

Di dalam 1 Yohanes 1:6 (TB) Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

Ibadah bukan sekedar sebuah aktivitas membawa sesuatu bagi Tuhan ( pujian, talenta, persembahan, dsb), tetapi makna ibadah yang sejati adalah soal bagaimana kita bersekutu dengan Allah. Karena itu ada baiknya kita mengevaluasi diri. Di dalam hidup beribadah yang kita lakukan minimal setiap satu minggu sekali, adakah kita benar-benar bertemu dengan Allah ? Apakah kita dapat menikmatinya sebagai persekutuan yang indah dan penuh sukacita ? Di dalam doa-doa yang kita panjatkan, adakah kita "makan" bersama-Nya, bercakap-cakap dengan-Nya, dan Ia mendengarkan kita ? Sudahkah kita memberikan waktu khusus untuk bersaat teduh, memuji nama-Nya dan merenungkan firman-Nya secara rutin ?

Selamat berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 4
 "Dosa Yang Tidak Disengaja" 

Imamat 4:2 (TB)  "Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya, 

Jika kita membaca Imamat pasal 4 ini, terlihat dengan jelas bahwa dosa adalah dosa. Tidak peduli disengaja atau tidak disengaja. Tuhan memberikan peraturan kepada Musa dan segenap bangsa Israel bahwa mereka harus mempersembahkan seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa atau dosa yang tidak disengaja (ay. 3)

Dosa yang disengaja memang memiliki konsekuensi yang lebih berat, namun dosa yang tidak disengaja juga tidak bisa dianggap enteng. Darimana lahirnya dosa yang tidak disengaja ini ? Mungkin bukan lahir dari hati, tapi dari ketidaktahuan atau kesembronoan kita. Bagaimana kita menyikapinya ? Kita harus bertindak hati-hati dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang Firman Tuhan sehingga jangan sampai ketidaktahuan kita membawa kita kepada dosa.

Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 5
 "Korban Yang Sama"

Imamat 5:7 (TB) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan kambing atau domba, maka sebagai tebusan salah karena dosa yang telah diperbuatnya itu, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor menjadi korban penghapus dosa dan yang seekor lagi menjadi korban bakaran.

Kekudusan Allah tidak bisa dikompromikan. Tidak peduli dosa itu disengaja atau tidak, dosa adalah dosa. Menurut ketetapan taurat, nilai korban ditentukan oleh status seseorang dalam masyarakat Israel. Orang miskin menempati posisi terendah, karena itu ia boleh membawa sepersepuluh efa tepung terbaik. Masyarakat kelas menengah boleh membawa dua ekor burung tekukur atau dua ekor burung anak merpati. Sementara itu mereka yang kaya harus membawa kambing domba sebagai korban. 

Bersyukur bahwa di zaman kasih karunia kita menerima korban yang sama, yaitu darah Kristus. Tidak peduli kaya atau miskin, terhormat atau hina, pejabat atau rakyat jelata, semuanya menerima pengampunan karena korban yang sama, yaitu kematian Kristus di atas kayu salib. Karena itu, tidak ada orang yang menegaskan diri saat menerima pengampunan dosa, sebab segala sesuatunya karena kasih karunia belaka. Celakalah orang yang menegaskan diri dan merasa layak diampuni karena status sosialnya. 

Kita semua sama di hadapan Tuhan, karena kita menerima korban yang sama yaitu darah Kristus.

Selamat bekerja & berkarya. Tetap semangat dan jangan lupa jaga kekudusan dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Belajar Imamat 6
 "Api Tuhan"

Imamat 6:13 (TB) Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam." 

Ada 3 ayat yang terus diulang-ulang untuk menekankan api mezbah yang harus menyala-nyala, yaitu ayat 9, diulangi lagi ayat 12, dan diulangi lagi pada hal yang sama di ayat 13. Jadi pengulangan ini sampai tiga kali.

Dalam perjanjian lama api merupakan simbol kehadiran Tuhan. Lihat bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya saat mengutus Musa, yaitu melalui api yang keluar dari semak duri (Kel. 3:2).
Dalam Perjanjian Baru api merupakan simbol dari Roh Kudus. Pada saat hari Pentakosta, Roh Kudus turun ke  atas murid-murid seperti lidah-lidah nyala api (Kis.2:3).

Jika kita kaitkan hal tersebut pada bacaan di atas, maka bisa ditafsirkan bahwa kehadiran Tuhan haruslah secara terus-menerus nyata dalam hidup kita. Tidak boleh sedetik pun padam !! Rasul Paulus juga menekankan pentingnya membangun kegairahan di dalam Tuhan. Kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mengingatkan mereka, "Janganlah padamkan Roh," ( 1 Tes 5:19). Berjaga-jagalah dan pastikan kehadiran Tuhan terus nyata di dalam hidup kita. 

Tetap & jagalah nyala api kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita, bersukacitalah selalu dalam Kasih Setia-Nya bersama keluarga. Tuhan Yesus memberkati. Amin

Belajar Imamat 7
 "Bolehkah Makan Darah ?" 

Imamat 7:26 (TB) Demikian juga janganlah kamu memakan darah apa pun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung ataupun darah hewan. 

Dalam lingkup orang Kristen ternyata ada juga polemik soal makanan haram atau halal. Ada jenis makanan tertentu. Ada jenis makanan tertentu yang tergolong haram dan tidak boleh dimakan. Kalau kita membaca dalam Imamat 7:26 jelas dikatakan. Memakan darah jelas di larang ! Namun bukankah kita tidak lagi hidup di zaman Taurat ? Bukankah kita hidup di era Perjanjian Baru yang mana soal makanan Yesus sendiri mengatakan, "Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menjadikannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."( Mrk. 7:15).

Sampai hari ini memakan darah masih menjadi pro dan kontra, yang mana masing-masing punya alasan dan dasar pemikiran sendiri-sendiri.  Paulus dalam 1 Korintus 10:31-32 dari ayat-ayat itu jelaslah bahwa semua makanan yang olehnya kita mengucap syukur di dalam Tuhan Yesus adalah halal. Namun supaya tidak menimbulkan syak bagi orang lain, adalah lebih baik jika kita tidak memakannya. Selain itu, adalah bijak jika kita memandang persoalan ini dari sisi manfaat bagi kesehatan, sebab bukankah tubuh kita Bait Allah (1 Korintus 3:16). Darah binatang itu memiliki sejumlah kandungan tidak sehat bagi tubuh kita, karena itu sangatlah baik jika kita menghindarinya.

Selamat berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 8
"Menjadi Pengantara"

Ibrani 7:25 (TB) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Penahbisan Harun dan anak-anaknya paling tidak menunjukkan dua fakta. Setiap kali umat Tuhan hendak bertemu dengan Tuhan maka mereka tidak boleh datang dengan tangan hampa. Mereka harus membawa korban persembahan kepada Tuhan. Bahkan, orang yang paling miskin pun harus tetap membawa persembahan kepada Tuhan, paling tidak mereka harus mempersembahkan sepersepuluh efa tepung yang terbaik (Im. 5:11). Kedua umat Tuhan tidak bisa datang sendiri kepada Tuhan, mereka membutuhkan imam yang berperan sebagai perantara antara Tuhan dengan umat-Nya. 

Seorang imam ditetapkan untuk menjadi pengantara, penolong bagi setiap orang yang mau menghampiri Tuhan dan membawa mereka kepada pengampunan dan keselamatan. Bersyukur kita hidup di zaman anugerah, yang mana Yesus sendiri yang menjadi Imam Besar kita untuk selama-lamanya. Yesus menjadi Pengantara yang sempurna sehingga melaluinya kita bisa menghampiri tahta kasih karunia Bapa (Ibr. 7:25). Kesempurnaan Yesus sebagai Imam Besar bagi kita memungkinkan kita menerima pengampunan, keselamatan, dan kehidupan yang kekal.

Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 9 
 "Dimulai Dari Diri Sendiri"
 
Imamat 9:8 (TB) Maka mendekatlah Harun kepada mezbah, dan disembelihnyalah anak lembu yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri.

Harun dan para imam membawa persembahan umat Israel ke mezbah Tuhan sebagai korban penghapus dosa. Mereka mengadakan pendamaian bagi umat Tuhan (ay.7). Namun yang menarik adalah, sebelum mereka membawa korban persembahan umat Israel, para imam itu harus menyembelih korban dan mempersembahkan sebagai korban penghapus dosa bagi dirinya sendiri terlebih dulu. Sebelum mereka mendamaikan umat Allah, mereka harus berdamai dengan Allah lebih dulu (ay. 8).

Ini sebenarnya sebuah golden rule (aturan emas) bagi seorang pemimpin, yaitu segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri lebih dulu. Bagaimana mungkin para imam bisa mendamaikan umat Israel yang berdosa kepada Tuhan jika mereka sendiri dalam keadaan berdosa ? Rasul Paulus sangat memahami prinsip ini, sehingga ia berkata, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah membritakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak," (1 Kor. 9:27).

Di akhir zaman nanti akan ada banyak imam yang membawa korban penghapus dosa bagi umat Tuhan, tapi ternyata tidak membawa korban penghapus dosa bagi dirinya sendiri. Yesus mengingatkan, "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan mujizat demi nama-Mu juga ? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu ! Enyalah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan (Mat. 7:22-23).

Selamat berkarya dan berjuang,tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 10
 "Api Asing"

Imamat 10:1 (TB) Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.

Benarkah Tuhan sedemikian kejam sehingga tidak memberikan toleransi kesalahan sekecil apapun bagi para imam yang melayani-Nya ?  Jika kita membaca secara sepintas lalu, seolah-olah kematian Nadab dan Abihu dikarenakan ia salah dalam melaksanakan tata cara melayani peribadatan. Padahal kesalahan mereka sangat fatal.

Kesalahan pertama mereka main-main dengan kekudusan Tuhan yaitu melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Tuhan (ay. 1). Mereka terlalu sembrono. Mereka melayani Tuhan dengan caranya sendiri, bukan cara Tuhan.

Kesalahan kedua, mereka mempersembahkan api asing, yaitu api mereka sendiri di atas api Tuhan. Jika kita membaca Imamat 9:24, jelaslah bahwa Tuhan sendiri yang membuat api di atas mezbah, itu yang membuat bangsa Israel sujud menyembah. Nadab dan Abihu barangkali ingin mempertontonkan sesuatu di hadapan bangsa Israel yaitu dengan membubuhkan "api tandingan" di mezbah Tuhan. Mungkin sesungguhnya inilah motivy mereka, berusaha mencuri kemuliaan Tuhan dengan api mereka sendiri. Sesungguhnya Tuhan menyelidiki hati kita. Jangan sampai Dia mendapati bahwa hati kita dipenuhi dengan ambisi untuk mencuri kemuliaan Tuhan dan menggantikannya dengan kemuliaan diri sendiri. Jangan ada "api asing" di dalam pelayanan kita kepada Tuhan.

Selamat beribadah hari Minggu ke gereja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 11
 "Haram atau Halal ?"

Imamat 11:47 (TB) yakni untuk membedakan antara yang najis dengan yang tahir, antara binatang yang boleh dimakan dengan binatang yang tidak boleh dimakan."

Imamat pasal 11 ini merupakan daftar binatang-binatang yang haram atau tidak haram, mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak boleh dimakan. Pertanyaannya, apakah peraturan tentang haram dan halal ini masih berlaku di masa sekarang ? Jika kita membaca Kisah Para Rasul 10: 9-16, jelaslah bahwa peraturan itu sudah tidak berlaku di zaman gereja mula-mula.

Pada umumnya, daftar binatang yang haram atau yang tidak boleh dimakan adalah binatang yang dagingnya tidak baik untuk kesehatan, termasuk yang mengandung kolesterol tinggi dan mengandung penyakit. Jika dilihat dari sudut kesehatan, kita sekarang tahu bahwa peraturan tentang binatang haram dan halal tersebut bukan untuk mempersulit umat Tuhan, namun hal itu justru sebagai bentuk perlindungan Allah terhadap bangsa Israel, agar mereka terhindar dari penyakit-penyakit yang berbahaya. 

Kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru diperbolehkan makan semua jenis binatang. Namun hendaknya kita melihat kebebasan itu dengan cara bijak. Kita membatasi bahkan menghindari jenis-jenis makanan yang tidak baik untuk kesehatan. Bukan semata-mata memenuhi hukum taurat, tapi untuk memuliakan Allah melalui kesehatan kita. 

Selamat berlibur hari Minggu dan  ibadah ke gereja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 12
 "Bayi Itu Berdosa ?"

Dalam Mazmur 51:7 _Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 

Mungkinkah bayi yang begitu polos itu dikatakan berdosa ?

Jika kita belajar tentang Firman Tuhan, sebenarnya nyata jelas bahwa bayi yang baru saja lahir pun sudah berdosa. Dalam Mazmur 51:7, Daud mengatakan, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperankan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Bahkan sejak dalam kandungan pun seorang bayi sudah membawa dosa. Itulah dalam bahasa teologi disebut dosa asal.

Imamat 12 ini merupakan peraturan tentang petahiran sesudah melahirkan anak. Titik perhatian kita tertuju pada ayat 6, "Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkan ke imam.

Semenjak Adam jatuh ke dalam dosa, dosa bersifat menurun dari generasi ke generasi. Setiap bayi yang lahir membawa tabiat. Haruslah menyadarkan kita sebagai orang tua Kristen, kita perlu sedini mungkin membawa anak-anak kita kepada Kristus. Alangkah salahnya kita seandainya kita mengenalkan Kristus kepada anak-anak kita setelah mereka cukup besar, hanya karena pemahaman bahwa semua anak kecil yang masih polos itu tidaklah berdosa.

Selamat menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di Kayu Salib dan bangkit. Amin 

Belajar Imamat 13
"Dosa dan Kusta"

Imamat 13:13 (TB) dan kalau menurut pemeriksaannya kusta itu menutupi seluruh tubuh orang itu, maka ia harus dinyatakan tahir oleh imam; ia seluruhnya telah berubah menjadi putih, jadi ia tahir.

Kusta adalah salah satu penyakit yang sering disebut di dalam Alkitab. Kusta juga adalah penyakit yang paling sering dihubungkan dengan dosa. Sama seperti dosa, kusta adalah suatu keadaan yang awalnya mungkin bermula dari sesuatu yang kecil, tidak dirasakan, tapi jika dibiarkan lama kelamaan akan merebak keseluruhan tubuh. Sama seperti dosa, kusta juga membuat menjadi mati rasa. Sama seperti dosa, kusta juga memunculkan pemandangan yang menjijikkan dan membuat tubuh yang diciptakan sempurna itu menjadi buruk. Sama seperti dosa, kusta pun menular dan hanya bisa dihindarkan dengan mengkuduskan diri.

Ada satu hal yang menarik membaca pasal 13. Ketika penderita kusta tahap awal justru harus dikucilkan, tapi ketika tubuh penderita sudah putih, ia justru dinyatakan Tahir (ay. 13).

Mengapa seperti itu? Sekali lagi, jika kita memakai gambaran kusta sebagai gambaran dari dosa, maka kondisi tubuh sudah seluruhnya putih itu adalah ketika kita tidak bisa lagi menutupi dosa itu lagi. Inilah saat kita tidak ada lagi hal yang bisa kita lakukan untuk merasa diri benar. Ketika kita mengakui seluruh dosa itu dengan segala kerendahan hati dan hati yang hancur, disitulah anugerah pengampunan Tuhan akan dinyatakan bagi kita. Ya firman Tuhan tidak pernah ditulis untuk sesuatu yang sia-sia. Mungkin kebanyakan kita tak pernah bermasalah atau berhubungan dengan kusta. Tapi, bagaimana dengan dosa ?

Tuhan Yesus Memberkati. Yesus Kristus telah mati untuk dosa kita, biarlah anugerah keselamatan ini kita nyatakan untuk hidup kudus di hadapan Tuhan. Selamat berjuang dan berkarya. 

Belajar Imamat 14
"Tahir dan Sembuh"
 
Di dalam injil Lukas 17:19 (TB) Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Kata "menyelamatkan" di sini dalam bahasa aslinya "sozo" yang juga berarti sembuh. Ya 10 orang kusta itu tahir, tapi hanya 1 yang sembuh. 10 orang kusta itu kembali bersih, halal, tapi hanya 1 yang bersih dan selamat, yaitu mereka yang datang kepada Yesus! Sesungguhnya hal ini menunjukkan perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di masa Perjanjian Lama, orang berusaha hidup bersih, dan dilakukan dengan mengikuti tata cara Taurat. Tapi di Perjanjian Baru, kita tidak hanya bersih, tapi juga selamat oleh karena anugerah-Nya. Berbahagialah kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru! Dan kiranya kita pun bisa merespon kemurahan Tuhan ini dengan kehidupan yang baik

Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 15
 "Tidak Bisa Kudus"

Di dalam Roma 7:18 (TB) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.

Perikop yang kita baca hari ini masih berbicara mengenai kekudusan di hadapan Tuhan. Kali ini yang dibahas adalah mengenai cairan yang keluar dari laki-laki dan perempuan, baik karena itu faktor alami (ay 16-18) atau karena kondisi tertentu yang di era kedokteran modern bisa diartikan sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan (ay 2-15).

Jika kita selama ini kita mengira bahwa asalkan kita tidak melakukan dosa seperti orang-orang di luar sana, maka kita lebih kudus dari mereka, sesungguhnya itu adalah anggapan yang sangat salah. Nyatanya hal yang alamiah, yang tidak bisa kita hindari terjadi pun, bisa membuat kita tidak lagi Kudus. Karena itulah, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan pengorbanan Kristus, yang telah mati untuk menebus kita dari dosa dan kecemaran itu. Kita semua telah berdosa secara alami sehingga Paulus bahkan mengatakan semakin manusia ingin berbuat baik, maka ia justru akan semakin berbuat jahat (Rm. 7:19). Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk tidak melakukan dosa dan hidup kudus. Hanya karena anugerah Allah, hanya pengorbanan dari Dia yang mulia, yang berkenaan di mata Allah, maka dibenarkan dan dikuduskan. Maka, kini hanya satu tugas kita, yaitu hidup sesuai dengan anugerah luar biasa yang telah diberikan secara cuma-cuma kepada kita.

Terus berjuang untuk hidup kita hari ini bersama Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 16
 "Hari Raya Pendamaian"
 
Imamat 16:2 (TB) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.  

Pasal ini dibuka dengan mengingatkan kembali akan kematian Nadab dan Abihu, dua anak Harun yang dibakar api Tuhan karena melanggar peraturan mengenai api persembahan (Im. 10). Dari sinilah kemudian diberikan peraturan mengenai Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) yang diperingati oleh bangsa Yahudi sampai sekarang.

Kita yang hidup  di zaman Perjanjian Baru, dimana kita sudah ditebus dengan pengorbanan yang sempurna, yaitu darah Kristus, kerap kali justru meremehkan dosa dan menganggap enteng pertobatan itu. Melalui bacaan Alkitab hari ini kita diingatkan betapa kita harus bersyukur dan benar-benar menghargai anugerah dan kemurahan yang sudah kita terima saat ini. Pengampunan-Nya melimpah bagi kita, tapi jangan pernah anggap murah hal itu.

Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Iman: @P. Wisnu Budiwijaya @Rachmat Yulianto : Imamat 17::12 Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel  : Seorangpun diantaramu janganlah makan darah. Demikian juga orang asing di tengah-tengahmu tidak boleh makan darah.

Pertanyaan : Mengapa banyak suku-suku lain kristen di Indonesia tetap memakan darah?

 Mohon komentarnya.

Terima kasih.🙏


 +62 812-9661-4441: 

Seperti yg telah kita baca & pelajari dalam Imamat 7:26 (TB) Demikian juga janganlah kamu memakan darah apa pun di segala tempat kediamanmu, baik darah burung-burung ataupun darah hewan. 

Kalau kita membaca dalam Imamat 7:26 ini, jelas dikatakan. Memakan darah jelas di larang ! Namun bukankah kita tidak lagi hidup di zaman Taurat ? Bukankah kita hidup di era Perjanjian Baru yang mana soal makanan Yesus sendiri mengatakan, "Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menjadikannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."( Mrk. 7:15).

Sampai hari ini memakan darah masih menjadi pro dan kontra, yang mana masing-masing punya alasan dan dasar pemikiran sendiri-sendiri.  Paulus dalam 1 Korintus 10:31-32 dari ayat-ayat itu jelaslah bahwa semua makanan yang olehnya kita mengucap syukur di dalam Tuhan Yesus adalah halal. Jadi saya kira² banyak suku lain Kristen di Indonesia   masih makan darah bukanlah menjadi masalah besar. Namun supaya tidak menimbulkan syak bagi orang lain, adalah lebih baik jika kita sendiri tidak memakannya. Selain itu, adalah bijak jika kita memandang persoalan ini dari sisi manfaat bagi kesehatan, sebab bukankah tubuh kita Bait Allah (1 Korintus 3:16). Darah binatang itu memiliki sejumlah kandungan tidak sehat bagi tubuh kita, karena itu sangatlah baik jika kita menghindarinya.
Selamat berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 17
 "Bagaimana Kita Makan"
 
Di dalam 1 Korintus 8:9 (TB) Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. 

Kekudusan juga mencakup apa yang kita makan. Inilah yang bisa kita baca di bacaan firman hari ini. Di bagian pertama yaitu di ayat 1-9, kita membaca larangan menyembelih binatang tanpa terlebih dahulu dipersembahkan kepada Allah. Ini adalah mengenai rasa syukur untuk setiap makanan dan minuman yang biasa kita nikmati. Bukankah hal yang sama juga Yesus ajarkan, bahkan untuk makanan sesedikit 5 roti dan 2 ikan yang harus diberikan untuk 5000 lebih orang (Mat. 14: 19). Banyak kita berdoa sebelum makan. Tapi, sejujurnya  apakah doa itu benar-benar perwujudan rasa syukur kita atau sekedar kebiasaan, bahkan aktivitas spontan ? Inilah yang harus kita renungkan kembali. 

Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

 Belajar Imamat 18
 "Lebih dari Sekedar Cinta"
 
Imamat 18:4 (TB) Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. 

Ya, pernikahan adalah inisiatif dari Allah sendiri. Oleh karena itulah, Allah yang kudus ingin supaya pernikahan juga harus kudus. Termasuk disini adalah seks, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan pernikahan. Seks diciptakan sebagai sesuatu yang kudus. Akan tetapi, dunia yang dikuasai oleh dosa ini berusaha merendahkan nilai pernikahan dan seks. Ketika kita memandang pernikahan sebagai sesuatu yang kudus, maka kita tidak akan pernah berkata cerai, kita tak akan menganggap pernikahan sebagai beban atau kekang, dan kita akan melihat rencana indah Allah dalam kehidupan pernikahan kita.

Selamat berkarya dan berjuang. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 19 
 "Kekudusan Sejati"

Imamat 19:2 (TB)  "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.  

Kudus dalam bahasa Ibrani adalah "qadowsh" yang berarti dipisahkan untuk dipersembahkan/didedikasikan. Ya bukan sekedar berbeda, ya berbeda untuk satu maksud, yaitu untuk bisa hidup yang layak dipersembahkan kepada Allah yang kudus (ay.2).

Jika kita ingat pernyataan orang kaya yang bertemu Yesus di Markus 10:17-27, kita melihat betapa bangga orang itu saat mengakui semua perintah Taurat sudah ia turuti sejak masa mudanya. Namun satu untuk satu hal, yaitu mempersembahkan hidupnya secara penuh kepada Allah, itu yang sulit ia lakukan. Ironis bukan ? Jadi, untuk apa ia menjaga hidupnya? Sekedar hidup baik tidak sama dengan hidup kudus. Di dalam orang yang hidup kudus, ada motivasi yang murni untuk Tuhan. Jadi seandainya manusia tidak menghargai hal itu pun, ia tidak sakit hati, putus asa, atau berhenti atau berhenti melakukannya. Apakah anda bergumul hal serupa? Anda sudah berbuat yang baik, tapi orang justru jahat pada anda ? Tetap jaga hidup anda, karena itu bukan untuk manusia, melainkan untuk Tuhan

Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 20
"Kita Miliki-Nya"

Imamat 20:26 (TB) Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku. 

Tidak ada kepemilikan ganda. Kita tidak bisa menjadi milik Allah, namun pada saat yang sama kita menjadi milik dunia. Kita tidak bisa hidup menurut aturan-aturan kerajaan Allah, namun disisi lain kita hidup menurut standar dunia. Tuhan sudah mewanti-wanti umat Israel agar tidak hidup berdampingan dengan penduduk Kanaan. Bangsa Israel tidak diperbolehkan hidup menurut kebiasaan bangsa-bangsa asing.

Ayat kunci pada perikop ini terdapat pada ayat 26," Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu men…


Belajar Imamat 21
 "Cacat Tak Boleh Pelayanan ?"

Imamat 21:17 (TB)  "Katakanlah kepada Harun, begini: Setiap orang dari antara keturunanmu turun-temurun yang bercacat badannya, janganlah datang mendekat untuk mempersembahkan santapan Allahnya,

Pada zaman Taurat, iman dituntut untuk benar-benar sempurna. Mereka harus menjaga hidup mereka sedemikian rupa sehingga benar-benar kudus di hadapan Tuhan. Keturunan Harun yang boleh melayani Kemah Suci juga tidak boleh memiliki cacat tubuh. Mengapa orang yang cacat tidak boleh melayani di Kemah Suci ?Ada beberapa alasan. Alasan pertama, karena Tuhan sendiri memerintahkan agar setiap korban umat Israel tidak boleh ada cacat cela. Jika korban yang dipersembahkan tidak boleh cacat, tentu saja imam yang bertugas untuk membawa persembahan itu tidak boleh cacat. Alasan kedua, imam adalah sebuah jabatan yang penting dengan tugas yang sangat penting.

Meskipun demikian konsep pelayanan dalam Perjanjian Lama sangat beda dengan konsep pelayanan dalam Perjanjian Baru. Ketentuan-ketentuan di dalam hukum Taurat tidak mengikat orang Kristen yang hidup di masa kasih karunia ini. Di dalam Efesus 2:15 dikatakan, "Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan sehat perintah dan ketentuannya. Dalam zaman Perjanjian Baru, yang dituntut dari setiap orang yang melayani Tuhan bukanlah tidak bercacat secara fisik, tapi justru tidak bercacat secara etis, moral, dan karakter. Dari banyaknya syarat penilik jemaat atau diaken yang ditetapkan Paulus, tidak ditemukan syarat secara lahiriah (1 Tim 3:1-13).

Selamat malam saudara2ku tetap sehat & semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 22
"Persembahan Yang Terbaik"
 
Dalam Maleakhi 1:8 (TB) Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat ? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik ? firman TUHAN semesta alam.  

Orang Israel tidak bisa sembarangan dalam mempersembahkan korban bagi Tuhan. Hewan yang mereka persembahankan kepada Tuhan harus yang terbaik. Tidak boleh cacat sedikitpun ! Dalam Imamat 22 terlihat jelas bahwa sikap tidak menghargai korban atau persembahan dianggap sebagai sikap tidak menghormati Tuhan.

Tidak bisa tidak, kualitas persembahan kita menunjukkan sejauh apa kita menghormati Tuhan. Di zaman gereja modern seperti sekarang, kita memang tidak lagi mempersembahkan korban binatang kepada Tuhan. Namun prinsip dalam memberikan persembahan tetaplah sama, yaitu kita harus memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Persembahan terbaik bukan diukur dari nominal, tapi justru dari sikap hati. Persembahan orang kaya yang banyak tidak menarik perhatian Tuhan, justru persembahan janda miskin yang dua peser itu membuat hati Tuhan tergugah, sebab meski jumlahnya sangat sedikit, persembahan ini lahir dari hati yang mengasihi dan menghormati -Nya ( Luk. 21:1-4). Milik sikap hati yang benar saat memberikan persembahan kepada Tuhan.

Kualitas persembahan kita menunjukkan sejauh apa kita menghormati Tuhan 

Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

Belajar Imamat 23 
"Makna Peringatan Hari Raya"

Dalam Kolose 2:16-17 (TB)  Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. 

Hari raya Paskah diperingati dengan cara menyembelih anak domba, mengingatkan peristiwa pembubuhan darah anak domba pada pintu rumah pintu untuk menyelamatkan orang Israel dari tulah maut yang menyerang anak-anak sulung Mesir. Peringatan Paskah yang dirayakan orang Israel sebenarnya juga menunjukkan peristiwa yang akan terjadi, yaitu Anak Domba Allah mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Demikian juga hari raya Pentakosta Yahudi merupakan hari peringatan turunnya sepuluh hukum Tuhan. Tetapi hari Pentakosta juga nubuat akan turunnya hukum Tuhan yang terulis pada loh hati manusia melalui karunia Roh Kudus ( Kis. 2). Apakah ini hanya sebuah kebetulan ? Tidak! Firman Tuhan dalam Kolese 2:16-17 mengatakan "Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus". Demikian hari-hari raya lainnya. Banyak peristiwa penting dalam Perjanjian Baru terjadi bertepatan dengan peringatan hari-hari raya di Perjanjian Lama. Bukankah ini menyadarkan kita bahwa Tuhan selalu berbicara kepada umat-Nya ? Dibalik setiap peristiwa penting, Tuhan menyampaikan pesan yang penting kepada umat-Nya. Jadilah kita umat yang peka dengan suara Tuhan dan belajarlah memahami kehendak-Nya.

Selamat berjuang dan berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin

 Belajar Imamat 24
Menghujat Nama Tuhan"

Imamat 24:16 (TB)  Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati. 

Nama Tuhan itu sakral. Terlebih lagi bagi umat Israel, mereka benar-benar menghormati nama Tuhan dengan cara yang luar biasa. Mereka tidak berani menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.
 
Dalam Alkitab, nama itu memiliki makna yang sangat penting. Nama bukan hanya sebuah identitas belaka, nama mencerminkan pribadi yang menggunakannya. Oleh karena itu menghormati nama Tuhan itu sangat penting ! Pikirkan hal sederhana ini : jika kita menghormati seseorang maka kita tidak akan menyebut namanya secara sembarangan. Demikian halnya dengan Tuhan. Jika kita menghormati Tuhan, Raja di atas segala raja, kita akan memperlakukan nama-Nya secara layak dan tidak menyebutnya secara sembarangan. Kita tidak akan menggunakan nama Tuhan untuk sesuatu yang tidak memuliakan-Nya.

Selamat menikmati libur bersama keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 

Belajar Imamat 25
 "Menjaga Alam"

Imamat 25:4 (TB) tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi. 

Salah satu topik yang paling jarang dibahas di mimbar gereja adalah tanggung jawab orang percaya terhadap lingkungan. Manusia tinggal di alam, mengambil air dari alam, memakan yang tumbuh dari alam, dan menikmati segala hal yang diberikan alam. Alam dieksploitasi secara besar-besaran dengan cara yang tidak tepat, terjadi kepincangan ekosistem. Jauh sebelum kampanye "Go Green" disuarakan oleh para aktivis untuk menjaga kelestarian alam, ribuan tahun yang lalu Tuhan sudah memberikan ketetapan kepada umat Israel untuk menjaga kelestarian alam, yaitu dengan cara menetapkan sabat untuk tanah.

Ketetapan Tuhan tentang tahun sabat ini memberikan tiga pelajaran penting bagi kita.
Pertama, kita harus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. Kita harus menggunakan secara bijak dan tidak serakah. Kedua, kita harus seimbang menjalani hidup. Ada waktunya bekerja, ada waktunya beristirahat. Ada waktunya mengolah, ada waktunya menikmati hasil.
 Ketiga, percaya terhadap pemeliharaan Tuhan. Pada saat melakukan sabat, atau beristirahat, percaya Tuhan sudah memerintahkan berkat kepada kita agar di hari perhentian kita tetap dapat menikmati berkat Tuhan.

Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 


Belajar Imamat 26
 "Berkat Terbesar"
 
Imamat 26:12 (TB)  Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku.  

Tuhan menjanjikan berkat kepada umat Israel jika mereka hidup benar di hadapan Tuhan. Apa saja berkat yang akan mereka terima ? Tuhan akan menurunkan hujan pada masanya sehingga tanah akan memberi hasilnya, apapun yang mereka tanam akan berbuah. Berkat ini terjadi terus-menerus dan sambung-menyambung sehingga umat Israel akan makan kenyang. Negeri mereka akan aman tentram, sehingga mereka bisa berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun. Mereka akan berjaya dan mengalahkan musuh-musuh mereka. Israel akan bertambah banyak dan berkembang menjadi bangsa yang besar.

Sejujurnya, ketika kita berbicara berkat dan dalam doapun yang kita mainkan adalah kesuksesan, kelimpahan, kejayaan, damai sejahtera. Namun jika kita memperhatikan di ayat 12, ada satu berkat yang kerap kali kita lupakan, padahal itu berkat yang terbesar yang diterima oleh umat Israel. Berkat apa itu ? "Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku."(ay . 12)

Berkat terbesar dalam hidup kita adalah kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Jika Tuhan hadir dalam hidup kita, berkat-berkat yang lain otomatis akan mengikuti. Sayangnya kita kerap dibutakan dengan berkat duniawi, sampai-sampai kita justru mengabaikan berkat yang Tuhan sediakan yaitu kehadiran Tuhan yang nyata dalam hidup kita.

Selamat bekerja dan berkarya, jangan lupa bahagia & tetap semangat. Tuhan Yesus memberkati. Amin 

Belajar Imamat 27
 "Membayar Nazar"

Pengkhotbah 5:4 (TB)  (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.

Nazar adalah sumpah yang kita buat dengan Tuhan. Karena itu, nazar tidak boleh dilakukan secara sembrono. Firman Tuhan sendiri mengatakan lebih baik tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya ( Pkh. 5:4).

Jika ia menunda untuk membayar nazar, atau bahkan tidak membayarnya, maka ia menjadi berdosa (Pkh. 5:3). Karena itu berhati-hatilah saat bernazar. Suatu jerat bagi manusia ialah baru menimbang-nimbang sesudah bernazar (Am. 20:25). Lebih baij tidak bernazar jika nazar yang kita buat justru membawa kita kepada dosa.

Selamat beraktifitas & berkarya kembali. Tuhan Yesus Memberkati. Amin



Related Posts:

Pengikut

YOUTUBE PENDETA GKI LIPPO CIKARANG

About Me
"CERAMAH PENDETA GKI LIPPO CIKARANG"KLIK DISINI →