
Tafsiran :
Ketika dalam kesulitan, kadang kita tidak dapat melihat rencana Allah
dalam hidup kita. Nas hari ini menunjukkan bahwa di tengah penderitaan umat, sesungguhnya rencana Allah sedang digenapi.
Karena merasa terancam oleh keberadaan Israel di tengah mereka, Firaun berikhtiar untuk menghabisi orang Israel. Maka Firaun membebankan kerja yang lebih berat kepada orang Israel. Tujuannya, agar banyak yang mati. Namun bukannya berkurang, orang Israel bahkan bertambah semakin banyak.
Rencana kedua, Firaun meminta para bidan untuk membunuh bayi laki-laki Israel ketika dilahirkan. Mengapa hanya bayi laki-laki? Pada waktu kejatuhan manusia, dalam hukuman-Nya terhadap ular yang mewakili Iblis, Tuhan menyatakan akan mengadakan permusuhan antara keturuan ular (yaitu keturunan Iblis secara rohani/orang tidak percaya) dengan keturunan perempuan (yaitu keturunan orang percaya) dalam Kej. 3:15. Dari perempuan tersebut akan lahir laki-laki yang menghancurkan kepala si Iblis. Maka tak heran bila Iblis memakai Firaun untuk membunuh hanya bayi laki-laki Israel supaya apa yang telah Allah nyatakan tidak terjadi.
Namun rencana Firaun tidak berhasil karena kedua bidan yang menangani persalinan perempuan-perempuan Israel (mungkin mereka adalah kepala bidan-nama kedua bidan itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang Israel), tidak mematuhi perintah Firaun. Mereka tidak mau membunuh bayi laki-laki Israel karena mereka takut akan Allah (17). Akibatnya, orang Israel malah semakin bertambah. Bahkan Allah juga memberkati para bidan tersebut hingga mereka kemudian berumah tangga (21).
Di balik semua masalah yang dihadapi Israel, sesungguhnya Allah sedang menggenapi rencana-Nya untuk memberkati mereka. Setidaknya, kedua bidan yang mematuhi perintah Allah, telah mencicipi berkat tak terduga.Sebab itu, mari kita belajar untuk melihat rencana Allah di tengah berbagai kesulitan hidup yang kita hadapi, karena Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28).
Pembacaan KELUARAN 2
Tafsiran :
Tidak terduga cara Allah bertindak dalam memelihara umat-Nya. "Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?" (Yes. 40:13). Bagaimana Dia berkarya dalam perikop ini? Dengan memakai tiga wanita dalam kehidupan Musa.
Pertama, ibu kandungnya. Yokhebed (Kel. 6:19) hanyalah wanita biasa. Ia adalah ibu rumah tangga sebuah keluarga Ibrani, keturunan Lewi. Nenek moyang mereka, yaitu Lewi, putra Yakub, pernah dikutuk kehilangan hak waris karena sifat kejamnya (Kej. 49:5-7a). Namun melalui Yokhebed, Musa lahir. Lewat keberanian dan kecerdikan si ibu, tiga bulan lamanya Musa dilindungi di rumahnya dari rencana keji Firaun untuk menumpas bayi-bayi lelaki Ibrani. Dengan hikmat Tuhan, Yokhebed kemudian menyembunyikan bayi Musa dalam sebuah peti pandan di tepi Sungai Nil.
Kedua, kakak perempuan Musa. Anak remaja ini dengan berani dan setia menjaga sang adik yang disembunyikan di tepi sungai Nil itu. Tuhan memakai Miryam (Kel. 15:20) untuk menjadi penghubung bagi ibu Musa untuk menjadi inang pengasuh putranya sendiri, yang nantinya diangkat anak oleh putri Firaun. Ketiga, ibu angkat Musa, yaitu sang putri Firaun. Dalam kedaulatan Tuhan, putri Firaun jadi jatuh hati dan mengangkat Musa sebagai anak. Dalam hikmat Tuhan, Musa mendapatkan perlindungan-Nya justru di rumah sang musuh, yaitu Firaun.
Sama seperti Tuhan memakai tiga wanita tersebut untuk memelihara Musa, yang kelak akan menyelamatkan umat Israel, demikian Tuhan memakai Maria. Gadis perawan itu melahirkan bayi Yesus yang akan menyelamatkan umat manusia, sebagaimana kita rayakan dua minggu yang lalu. Baik Anda pria atau wanita, dari suku dan budaya bahkan bahasa apapun, berpendidikan tinggi atau rendah, status sosial tinggi atau rendah, Tuhan mau memakai Anda menjadi alat anugerah-Nya untuk menggenapi rencana-Nya. Maukah dan siapkah Anda untuk Tuhan pakai?
Pembacaan KELUARAN 3
Tafsiran :
Setiap pemimpin paling tidak memiliki tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan otoritas untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Kedua, seorang pemimpin rohani harus memiliki visi yang berasal dari Tuhan. Ketiga, pemimpin perlu kekuatan untuk mengatasi berbagai rintangan. Ketiga isu ini muncul dalam dialog Musa dan Allah.
"Siapa nama-Mu?" Pertanyaan ini penting karena apa yang akan dilakukan Musa bukan perkara kecil. Musa diutus untuk merubah kondisi dan nasib bangsa Israel. Visi itu secara manusiawi sangat mustahil diwujudkan. Untuk meyakinkan Israel bahwa visi ini harus diperjuangkan, Musa memerlukan ketegasan bahwa otoritas Allahlah sumbernya. Menyelamatkan Israel dari perbudakan dan pemusnahan yang dicanangkan Firaun memerlukan kuasa yang mampu menghancurkan kuasa dewa-dewi yang diandalkan orang Mesir.
TUHAN memperkenalkan nama-Nya: "Aku adalah Aku" (ayat 14). Nama itu unik karena merupakan kata kerja "ada" yang dikaitkan dengan ungkapan lain yaitu Yahweh adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Kedua ungkapan tersebut merupakan penegasan bahwa segala sesuatu bergantung penuh kepada-Nya. Ia satu-satunya Allah sejati yang berdaulat dan berkuasa penuh mengendalikan perjalanan sejarah. Dialah Allah yang mengikat perjanjian dengan Abraham dan sekarang sedang menggenapinya melalui Musa. "Aku yang adalah Aku ini" tidak dapat dielakkan baik oleh Musa, umat Israel, juga Firaun.
Jadi, tidak ada alasan bagi Musa atau Israel untuk meragukan kedaulatan Allah. Nama itu sumber visi dan otoritas Musa memimpin Israel. Nama itu sumber kuasa Musa menghadapi Firaun dan kekuatan-kekuatan mistik yang diandalkannya. Nama itu juga sumber visi, otoritas, dan kekuatan kita dalam penginjilan, pelayanan masyarakat, pelayanan gereja, dan karya-karya kita lainnya.
Ingat: Dia yang mengutus kita lebih besar daripada ilah-ilah dunia ini.
Pembacaan KELUARAN 4
Tafsiran :
Dari dulu sampai sekarang Tuhan terus memanggil orang-orang untuk mengambil bagian dalam misi-Nya di tengah-tengah dunia ini. Setiap orang memberi respons berbeda-beda terhadap panggilan-Nya. Ada yang menerima dengan sukacita, ada juga yang menerima dengan terpaksa. Bahkan ada yang berusaha untuk menolak panggilan tersebut. Seperti itulah respons Musa, yaitu menolak.
Apa yang kurang dari penyertaan Tuhan atas pengutusan Musa? Tanda-tanda yang Tuhan berikan kepada Musa untuk didemonstrasikan di hadapan umat Israel maupun di hadapan Firaun adalah peragaan kedahsyatan Tuhan mengubah realitas alam (tongkat menjadi ular) dan memulihkan kondisi manusia (kusta). Bahkan masih ada satu tanda lagi yang menjadi tanda pembuka tulah-tulah yang menandai kemenangan Allah atas dewa-dewi andalan Firaun, yaitu air menjadi darah (ayat 9). Tanda-tanda tersebut menyatakan penyertaan Tuhan dan kuasa-Nya yang dahsyat atas Musa dan bahwa Musa memiliki otoritas Ilahi untuk melaksanakan misi yang Tuhan percayakan kepada dia.
Keras kepala adalah kendala Musa untuk menaati kehendak Tuhan. Dalih yang Musa ajukan sangat tidak masuk akal. Alasan bahwa ia tidak pandai bicara menunjukkan ketidak-yakinan bahwa Tuhan, yang mampu melakukan perubahan wujud seperti tanda-tanda ajaib yang telah dilakukan, pasti mampu juga menolong dia menjadi seorang yang fasih bicara (ayat 12). Puncaknya terjadi ketika Musa meminta Tuhan mengutus orang lain saja. Ini bukan lagi berdalih melainkan menolak secara terang-terangan.
Inilah kalimat yang seringkali dikemukakan oleh sebagian orang Kristen: "Tuhan utuslah anak-anak-Mu ke ladang-Mu. Namun jangan saya (atau jangan anak kesayangan/ke-banggaan saya)." Persoalan inti kita, bukan terletak pada kelemahan atau kekurangan kita. Bukan pula pada ketidak-mampuan kita. Melainkan pada ketidakmauan kita untuk tunduk dan taat pada otoritas Tuhan.
Pembacaan KELUARAN 5
Tafsiran :
Bagaimana seharusnya anak-anak Tuhan bersikap ketika situasi jadi tidak terkendali? Tidak panik karena percaya bahwa Tuhan pegang kendali.
Pada perikop sebelum ini, umat Israel sudah menerima dan percaya pada berita pembebasan yang Musa bawa atas nama Tuhan (Kel. 4:29-31). Maka dengan yakin Musa dan Harun menjumpai Firaun untuk membawa pesan Allah agar Firaun mengizinkan umat-Nya pergi untuk beribadah kepada-Nya. Akankah segala sesuatu berjalan dengan lancar?
Jawaban Firaun dan tindakan selanjutnya sungguh menciutkan hati Musa. Bayangkan, Firaun bukan hanya menolak memberi izin, ia malahan menekan keras pekerja-pekerja Israel untuk bekerja ekstra berat. Kalau dulu mereka hanya membuat batu bata dari jerami yang sudah disediakan, kini mereka harus mengumpulkan terlebih dahulu jerami tersebut untuk diolah menjadi batu bata dengan jumlah produksi yang sama. Alasan Firaun sungguh tidak masuk akal: pekerja-pekerja Israel adalah pemalas. Menurut Firaun, mereka banyak menganggur sehingga sempat-sempatnya memikirkan pergi beribadah. Ini mengakibatkan Musa menghadapi masalah besar. Ia terjepit oleh kenyataan bahwa bukan hanya Firaun yang menolak dia, rakyatnya sendiri demikian. Kepemimpinan Musa dihujat karena ia dianggap bukan membela rakyat, melainkan menyengsarakan mereka. Seperti itukah akhir karir Musa yang sesaat nampak menanjak, tetapi sekarang seperti merosot ke tanah? Apa yang Musa lihat dan alami bukanlah akhir melainkan permulaan. Tuhan pegang kendali. Dia memakai situasi yang memburuk untuk menyatakan kedaulatan-Nya.
Kita pun acapkali mudah panik tatkala segala rencana yang kita yakini berasal dari Tuhan ternyata berantakan. Kita merasa gagal. Kita mengira bahwa Tuhan tidak peduli. Padahal situasi buruk terkadang Tuhan izinkan terjadi agar kuasa dahsyat-Nya semakin terlihat kelak. Sebab itu, percaya dan lihatlah bahwa Tuhan bertindak pada waktu-Nya.
KELUARAN 6
Tafsiran :
Pemimpin yang sukses pada umumnya berasal dari orangtua yang punya visi dan misi dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Mereka memandang anak-anak sebagai penentu masa depan. Orang tua Musa pun demikian. Itu sebabnya mereka berani mengambil risiko menyelamatkan Musa dari upaya pemusnahan yang didalangi Firaun. Dari silsilah kita belajar bahwa bukan hanya orang tua Musa, leluhur Musa pun berperanan penting untuk melahirkan seorang pemimpin masa depan.
Silsilah Musa penting untuk dua alasan. Pertama, melalui silsilah ini, jati diri Musa didasarkan. Musa ada, hadir sebagai pelaku sejarah bukan karena kepiawaian dirinya semata, melainkan karena kasih dan kesetiaan Tuhan menyertai nenek moyangnya. Silsilah yang jelas dan tegas ini dengan sendirinya membesarkan hati Musa bahwa dia adalah bagian dari penggenapan janji Allah yang sudah dinyatakan kepada leluhurnya. Kedua, bagi para pembaca kisah Keluaran di kemudian hari, silsilah Musa yang merupakan keturunan dari suku Lewi merupakan bukti kuat yang melegitimasi Musa sebagai yang berhak memimpin umat Tuhan. Hal itu diatur jelas di dalam Hukum Taurat yang menegaskan bahwa hanya suku Lewilah yang memiliki hak kepemimpinan rohani umat (Bil. 3:6-10). Menyadari diri memiliki silsilah yang jelas dan istimewa memang tidak otomatis menaikkan rasa percaya diri Musa (ayat 29). Akan tetapi, paling sedikit silsilah itu membuat orang-orang yang dia pimpin menerima dan meng-akui kepemimpinannya.
Kita bersyukur kepada Kristus karena di dalam Dia, kita memiliki jati diri yang jelas: kita adalah anak-anak Allah. Tak seorang pun dapat menggugat kenyataan itu. Mungkin rasa percaya diri kita tidak otomatis terdongkrak naik. Namun saat kita belajar menyesuaikan pikiran, hati, dan perilaku kita dengan jati diri sejati itu, iman kita pun bertumbuh. Maka yakinlah bahwa tak ada rintangan atau musuh yang dapat menciutkan nyali kita dalam mengabdi Sang Raja.
KELUARAN 7
Tafsiran :
Dalam menjawab keberatan Musa sehubungan dengan ketidakmampuannya berbicara (Kel. 6:11, 29), Tuhan menjamin Musa bahwa ia akan mempunyai fungsi yang bersifat ilahi. Hasil dari campur tangan itu adalah bahwa nantinya Tuhan sungguh-sungguh akan memimpin orang Israel keluar dari Mesir (ayat 4-5). Namun campur tangan ini juga menyebabkan orang Mesir mengenal jati diri Tuhan yang sebenarnya "dan orang Mesir itu akan mengetahui, Akulah TUHAN, . . ."
Sebagai wakil Allah, Musa memiliki otoritas Ilahi. Melalui Musa, Allah bertindak menyelamatkan umat-Nya, sekaligus menghajar Firaun yang mengeraskan hatinya. Dalam ayat 3 kita dapati bahwa Tuhan akan mengeraskan hati Firaun. Dalam Alkitab "hati" adalah pusat pikiran dan perasaan. Manusia adalah subjek yang berpikir dan berperasaan, serta memi-liki kehendak. Kitab Keluaran menggunakan dua bentuk ungkapan berkenaan dengan kekerasan hati Firaun. Pertama, hati Firaun berkeras (Kel. 7:13, 14, 22; 8:15; 9:35). Kedua, Tuhan mengeraskan hati Firaun (Kel. 9:12; 10:1, 20, 27). Nampak jelas kelak dalam penuturan tulah-tulah (Kel. 7:14-11:10) bahwa pada mulanya Firaun berkeras (mengeraskan hati) menolak membebaskan Israel (tulah 1-5), lalu akhirnya Tuhanlah yang mengeraskan hati Firaun (tulah 6-10). Pengerasan hati Firaun yang semula merupakan dosa akhirnya, oleh kedaulatan Allah, akan menjadi hukuman dosa yang membinasakan.
Kita tidak perlu takut terhadap orang-orang yang mengeraskan hati hendak melawan Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Memang kekerasan hati mereka sepertinya penuh kekuatan dan kedigdayaan, tetapi tidak pernah lepas dari kendali Al-lah. Dengan otoritas Ilahi yang kita miliki, pemberitaan kebenaran yang kita kumandangkan tidak akan kembali sia-sia. Justru penentang-penentang nomor satu yang akan bertumbangan. Baik karena anugerah Allah mereka akan bertobat dengan hati yang hancur atau dilembutkan, maupun oleh murka Allah mereka akan binasa karena mengeraskan hati.
KELUARAN 8
Tafsiran :
Mengapa Allah tidak langsung saja menjatuhkan tulah keempat ini kepada Firaun, tetapi memberitahukan lebih dahulu rencana-Nya? Bukankah akan nyata, seperti yang sudah-sudah, bahwa Firaun tidak sungguh-sungguh menyerah kalah walaupun tulah-tulah dahsyat menyergap bangsanya. Inilah yang membedakan Allah Israel dengan ilah-ilah sesembahan Mesir. Allah Israel bukan sedang mempermainkan Firaun dengan kejam, tetapi Ia sedang menghajar penguasa yang bebal itu agar sadar dengan siapa dia sedang berhadapan!
Pemberitahuan mengenai tulah keempat ini memiliki dua tujuan. Pertama, agar Firaun mendapat kesempatan untuk mengubah kekerasan hatinya dan takluk penuh kepada Tuhan. Sayang, ia tetap mengeraskan hati. Bahkan ketika terpaksa harus takluk pun, ia masih separuh hati (ayat 25-28). Dan setelah tulah dihentikan, ia kembali menarik janjinya (ayat 31-32). Kedua, untuk menyatakan kepada Firaun bahwa Allah Israel ada di tanah Gosyen untuk membela umat-Nya dengan melindungi mereka dari tulah yang akan dijatuhkan (ayat 22). Pada tiga tulah pertama, umat Israel yang menetap di tanah Gosyen ikut mengalaminya. Akan tetapi, mereka tidak diganggu sama sekali oleh tulah lalat pikat (ayat 22) yang sangat mengganggu bangsa Mesir (ayat 24) itu. Melihat fakta tersebut, sudah seharusnya tulah keempat ini menyadarkan Firaun akan kedahsyatan Allah Israel.
Orang Kristen tidak kebal dari penderitaan yang menimpa manusia pada umumnya. Dunia ini memang sudah rusak oleh dosa, maka sangat wajar bila orang percaya yang masih menghuni bumi ini akan ikut merasakan akibat kerusakan tersebut. Namun Tuhan tahu membedakan umat-Nya dari mereka yang hidupnya melawan Tuhan dengan keberdosaan mereka. Sebagai anak-anak Tuhan, kita boleh meyakini bahwa saat penghukuman Tuhan dilangsungkan, Dia akan memelihara kita. Bisa saja dengan menghindarkan kita dari hukuman atau mendapat kekuatan untuk menanggungnya.
Pembacaan KELUARAN 9
Tafsiran :
Kalau Tuhan tidak segera menghukum manusia berdosa secara tuntas, tentu ada maksudnya. Secara khusus, sebelum tulah ketujuh dijatuhkan, Tuhan sudah memberitahukan alasan-Nya lewat suatu uraian yang jelas.
Pertama, tulah ketujuh secara khusus ditujukan kepada Firaun dan pegawai-pegawainya serta rakyat Mesir, agar mereka mengetahui bahwa "tidak ada yang seperti Aku di seluruh bumi" (ayat 14). Seharusnya lewat rangkaian tulah terdahulu, Firaun sudah mempelajari hal itu. Apalagi melihat bahwa tanah Gosyen, tempat tinggal umat Israel, sama sekali tidak terkena tulah itu (ayat 26). Namun kekerasan hati membuat Firaun tegar tengkuk. Kedua, walau Tuhan bisa saja memusnahkan semua orang Mesir dengan penyakit sampar, Tuhan tidak melakukannya. Ia sengaja menambahi tulah-tulah se-belumnya dengan tulah yang semakin dahsyat. Tujuan Tuhan adalah untuk memperagakan kekuatan-Nya dan agar nama-Nya masyhur di seluruh bumi (ayat 16). Ketiga, Tuhan masih memberi kesempatan untuk bertobat. Ia mengingatkan bahwa pegawai Firaun yang mau percaya akan peringatan-Nya, dapat menghindarkan ternak mereka dari kebinasaan akibat tulah ketujuh ini (ayat 20). Di sini terlihat sekali lagi bahwa kemarahan Tuhan bukan bermaksud membinasakan, tetapi mendorong orang pada pertobatan. Keempat, bukan hanya turunnya tulah yang menyatakan siapa Allah, tetapi ber-hentinya tulah pun membuktikan bahwa Allah yang dahsyat itu adalah pemilik bumi. Dia memegang kendali penuh atas alam semesta ini (ayat 29).
Melalui tulah ini sebenarnya kita belajar kemurahan Tuhan. Walaupun Firaun sudah ada di bawah penghakiman Allah karena kekerasan hatinya, tetapi masih ada kesempatan yang diberikan bagi umat Mesir agar tidak ikut dihukum (ayat 20). Berita Injil harus tegas dan lugas: siapa yang menolak anugerah Allah, pasti menerima keadilan-Nya. Namun doa agar pertobatan terjadi tidak pernah boleh ber-henti selama kesempatan untuk itu masih diberikan.
Pembacaan KELUARAN 10
Tafsiran :
Wabah apa yang paling mengerikan bagi para petani di wilayah Anda, yangkalau wabah itu datang bisa dipastikan panen saat itu pasti gagal? Wabah itu biasanya disusul dengan bencana kelaparan yang menyesakkan hidup. Itulah hama belalang! Serangan hama ini luar biasa mengerikan. Seluruh tanaman bisa gundul habis dalam sekejap mata olehnya. Hama seperti ini akan menghancurkan sendi-sendi perekonomian satu daerah, bahkan satu bangsa sekaligus.
Dalam Alkitab, wabah belalang kadang dipakai sebagai gambaran penghukuman yang Tuhan lakukan kepada umat-Nya sebagai akibat dosa-dosa mereka. Misalnya Yoel 1:4-12. Namun tulah kedelapan yang sedang menimpa bangsa Israel merupakan wabah belalang yang nyata (ayat 14-15). Belalang dalam jumlah tak terhitung itu dikatakan menghabiskan segala tumbuh-tumbuhan hijau di tanah Mesir (ayat 15). Hukuman dahsyat dari Tuhan yang melumpuhkan perekonomian Mesir itu merupakan ganjaran adil terhadap sikap kepala batu Firaun. Bahkan para pegawai Firaun sampai memohon dengan sangat agar Firaun menyerah kalah kepada Allah Israel karena kehancuran Mesir yang diambang mata (ayat 7). Kadang hanya dengan cara membuat seseorang tidak berdaya sama sekali, barulah orang tersebut menyerah. Selama beberapa tulah, berbagai sendi kehidupan Mesir digoncang keras, kini segi perekonomian mereka benar-benar dikacaukan. Itupun pertobatan Firaun ternyata semu. Ketika hama itu disingkirkan, ia kembali mengeraskan hati.
Bagi manusia memang mustahil mematahkan atau memaksa seseorang yang tegar tengkuk untuk menyerah. Namun tiada yang mustahil bila Tuhan yang bertindak. Tuhan tahu kapan saat dan bagaimana cara menaklukkan orang-orang yang menentang Dia. Bila kita harus berhadapan dengan masa-masa sulit dalam upaya kita mempraktikkan kebenaran, nantikan waktu dan cara Tuhan. Tugas kita adalah bertekun dalam kebenaran dan percaya akan kedaulatan Allah!
Pembacaan KELUARAN 11
Tafsiran :
Tujuan tulah dijatuhkan kepada orang Mesir adalah untuk membuat mereka sadar bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada dewa-dewi Mesir, supaya mereka mau melepaskan umat Israel untuk beribadah kepada Tuhannya. Karena tidak kunjung bertobat, maka tulah demi tulah dijatuhkan. Semua tulah yang sudah dijatuhkan, memiliki satu kesamaan di dalam nuansa alami. Akan tetapi, tulah yang kesepuluh itu berbeda sama sekali. Tulah itu akan segera tiba dan diberitahukan pertama-tama kepada Musa dan orang Israel. Tulah ini memiliki sifat yang mematikan bagi orang-orang Mesir. Tulah ini akan merupakan pukulan telak yang membuat Firaun akhirnya menyerah (ayat 1).
Sebetulnya dari semua tulah yang sudah terjadi, orang Mesir belajar dan melihat bahwa Allah orang Israel sangat berkuasa. Hati mereka sudah "dilunakkan" oleh Tuhan sehingga rela memberikan emas dan perak kepada orang Israel (ayat 2-3). Ketika tulah ini diumumkan kepada orang Mesir dan seluruh istana Firaun, semua orang digambarkan akan menyerah kecuali Firaun yang bersikukuh mengeraskan hati (ayat 8-10). Oleh karena itu, tulah itu dipastikan akan terjadi.
Tulah ini akan memakan korban semua anak sulung dari Firaun sampai kepada anak sulung budak perempuan, bahkan juga anak sulung hewan-hewan di Mesir akan mati (ayat 4-6). Mereka akan berseru dengan seruan hebat yang tidak pernah terdengar di Mesir sebelumnya (ayat 6). Seruan serupa (kata yang sama digunakan) terdengar dari mulut orang-orang Israel dulu atas penderitaan perbudakan yang mereka alami di Mesir (Kel. 3:7-9). Sebaliknya tulah ini tidak akan mengganggu sedikit ujung rambut pun orang-orang Israel (ayat 7).
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak mengeraskan hati melawan Allah. Jangan sampai pada akhirnya hati kita membatu. Saat itu kita tidak lagi dapat bertobat!
Renungkan: Yesus yang datang dengan lemah lembut menyapa hati Anda (Mat. 11:29), adalah juga Tuhan yang tegas terhadap orang yang terus menolak-Nya.
Pembacaan KELUARAN 12
Tafsiran :
Ritual yang dilaksanakan pada hari Paskah, berupa pemotongan domba dan pengolesan darahnya ke tiang pintu rumah orang-orang Israel dilakukan pada malam ketika mereka akan keluar dari Mesir. Hal ini dilakukan sebelum tulah yang kesepuluh dijatuhkan atas Mesir sebagai suatu tanda nyata bahwa Allah tidak akan menghukum orang Israel dengan tulah tersebut (ayat 23,27).
Lebih daripada hanya sebagai penangkal datangnya tulah, orang Israel yakin darah yang dioleskan di tiang pintu rumah mereka menghapuskan dosa seisi rumah itu. Lalu, daging domba panggang yang dimakan pada perayaan ini ialah daging yang menyucikan mereka yang memakannya. Dengan berpartisipasi dalam ritual Paskah ini, umat Tuhan menyucikan diri mereka di hadapan Tuhan dan menjadi bangsa yang kudus (Lihat 19:6).
Setelah semua ritual itu dilakukan, tulah kesepuluh dinyatakan (ayat 12:29-33). Semua rumah tangga orang Mesir, termasuk Firaun, bahkan ternak-ternak mereka kehilangan anak-anak sulungnya. Namun, mereka yang telah disucikan oleh Tuhan, yaitu orang-orang Israel tidak memperoleh kutukan tersebut. Mereka selamat bahkan justru diizinkan untuk pergi keluar dari Mesir. Orang-orang Mesir yang telah melihat kutukan dahsyat Tuhan menimpa mereka, mendesak dan memaksa semua orang Israel untuk pergi (ayat 33).
Para penulis Perjanjian Baru melihat peristiwa kematian Yesus Kristus pada rentetan ritual Paskah ini. Mereka mengartikan sifat kematian-Nya, untuk menyelamatkan, menyucikan, dan menebus manusia. Dia adalah Anak Domba yang dipersembahkan untuk keselamatan setiap orang yang percaya kepada-Nya (Ibr. 9:12). Lebih jauh lagi, di dalam peringatan Perjamuan Kudus, kita diingatkan akan peristiwa tersebut setiap kali kita memakan roti dan meminum anggur.
Renungkan: Allah telah menebus kita di dalam Yesus Kristus. Kita patut bersyukur karena hal itu. Yesus telah menjadi domba paskah bagi kita yang percaya kepada-Nya.
Pembacaan KELUARAN 13
Tafsiran :
Mengapa kadang Tuhan menuntun hidup kita dengan cara dan ke arah yang sulit kita mengerti? Tentu karena Dia lebih tahu apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan kita, sehingga apapun bentuk tuntunan-Nya pasti terbaik.
Umat Israel juga mengalami hal yang sama. Tuhan tidak langsung memimpin mereka melalui tanah Filistin yaitu jalan tercepat untuk sampai ke tanah perjanjian. Sebaliknya Ia memimpin mereka berputar melalui jalan yang penuh rintangan berupa padang gurun yang harus dilintasi dan Laut Teberau yang harus diseberangi. Tuhan memiliki pertimbangan sendiri. Dia tidak ingin mereka menyesal dan kembali ke Mesir karena harus menghadapi pencobaan yang tidak dapat mereka tanggung (peperangan dengan orang Filistin, yang kuat dan suka berperang dengan senjata yang lengkap). Tuhan tahu mereka adalah mantan budak yang belum siap dan terlatih untuk berperang (terjemahan lebih tepat ay. 18b, adalah "tersusun dalam pasukan", bukan "siap sedia berperang" karena Kel. 12:11 mengatakan mereka hanya membawa tongkat saja).
Walaupun perjalanan mereka agak berputar, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Tuhan hadir melalui tiang awan pada siang hari (ayat 21-22) supaya mereka tidak kepanasan dan tiang api pada malam hari supaya mereka tidak kedinginan (di padang gurun perubahan suhu pada siang dan malam hari biasanya sangat tajam). Yang indah di sini adalah mereka merespons penyertaan Tuhan ini dengan memercayai bahwa Tuhan sedang menggenapkan janji-Nya pada nenek moyang mereka, Yusuf. Oleh karena itu mereka membawa serta tulang belulang Yusuf untuk dimakamkan ulang di tanah perjanjian kelak (ayat 19; lih. Kej. 50:25).
Banyak hal yang mungkin terjadi dalam perjalanan hidup kita, yang tentunya ada dalam izin dan rencana Tuhan. Namun jangan gentar apalagi ragu. Roh-Nya yang kudus akan menyertai kita. Kristus menjadi sahabat sejati mendampingi kita. Bapa menaungi dan memberkati dari atas.
Pembacaan KELUARAN 14
Tafsiran :
Pernahkah Anda merasa bahwa Tuhan terlambat menolong, saat krisis melanda? Mungkin saat itu Anda bertanya-tanya, apakah Tuhan tidak sanggup menolong atau Dia sudah tidak perduli.
Mungkin itulah yang dirasakan oleh umat Israel saat melihat pasukan Firaun mendekat. Mereka menghadapi jalan buntu karena di hadapan mereka membentang Laut Teberau yang tak terseberangi. Musa memang sudah memberikan janji dan jaminan Tuhan bahwa mereka tidak akan ditangkap lagi oleh Firaun. Kenyataannya Firaun semakin dekat, sementara belum ada tindakan sama sekali, baik dari Musa maupun dari Tuhan. Namun justru pada saat itu Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya. Ia tidak terlambat bertindak. Ia tidak tinggal diam (band. ay. 13, orang Israel akan diam saja), melainkan campur tangan dengan melakukan mukjizat yang besar, yang pertama kali mereka saksikan seumur hidup mereka.
Tuhan bertindak tepat pada waktunya dalam kebuntuan, ketegangan, dan ketakutan yang sedang dihadapi manusia dengan memberikan jalan keluar kepada mereka. Dia menyatakan kuasa-Nya. Pertama-tama dengan tiang awan-Nya yang membuat malam menjadi sangat gelap sehingga pasukan Mesir tidak dapat mendekati umat Israel semalam-malaman (ayat 19-20). Dengan memakai tongkat Musa yang diulurkan ke laut Teberau, Tuhan membelah laut tersebut sehingga terbentuk tanah kering untuk dilalui umat Israel ke seberang. Umat pun menyeberang dengan selamat. Dan akhirnya, dengan kuasa dahsyat-Nya atas alam, Ia menenggelamkan pasukan Firaun di laut Teberau hingga binasa.
Tuhan tidak pernah terlambat bertindak, kuasa-Nya yang dahsyat sanggup menyelesaikan masalah sebesar apapun. Karena itu jangan pernah kehilangan iman kita kepada Tuhan. Ia peduli dan akan bertindak dalam kuasa dan kedaulatan-Nya. Entah Dia akan melalukan krisis itu secepatnya atau Dia akan meningkatkan kekuatan anak-anak-Nya dalam menghadapi krisis tersebut.
Pembacaan KELUARAN 15
Tafsiran :
Mengeluh itu sebenarnya manusiawi. Keluhan biasanya ditujukan kepada pihak yang dianggap lebih berkuasa. Keluhan bisa saja wajar dan punya dasar, tetapi bisa juga sebaliknya. Misalnya, ketika kita butuh sesuatu, tetapi pihak yang menurut kita mestinya menyediakan kebutuhan itu, gagal melakukannya.
Bangsa Israel merasa Allah gagal menyediakan air minum yang layak di dalam perjalanan mereka (22-23). Karenanya, mereka "bersungut-sungut". Keluhan mereka kepada Musa dijawab dengan sebuah tindakan luar biasa dari Allah (25) yang menggarisbawahi satu hal penting: Allah terus menyertai mereka, termasuk mencukupkan kebutuhan air minum mereka. Ketika kekurangan air, mereka menemui mata air berlimpah (27). Ketika air yang mereka temui pahit, Allah membuatnya menjadi manis. Atas dasar karya anugerah Allah ini, Allah "mencoba" mereka (25b): Allah tidak dengan sewenang-wenang meneropong ke masa depan melalui kemahatahuan-Nya untuk mencari tahu apakah mereka akan taat atau tidak; Ia justru memberi kesempatan kepada bangsa Israel untuk menunjukkan secara konkret siapa sebenarnya diri mereka, apakah mereka "sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan" ketika berhadapan dengan kesulitan, atau malah sebaliknya. Jika mereka memilih taat, mereka akan menerima jaminan penyertaan dari Dia "yang menyembuhkan" (26).
Sebagai orang yang telah mengecap karya keselamatan Kristus, nas ini tak mengajar kita untuk bersikap seperti bangsa Israel yang menagih-nagih manifestasi penyertaan Allah. Sebaliknya, kita dipanggil untuk taat, yang didefinisikan melalui kepekaan pendengaran, memahami perintah, serta kesiapan untuk melakukannya (27). Inilah yang dikehendaki Allah dalam hidup kita, sebagai respons atas karya keselamatan-Nya. Apa yang Anda lakukan, yaitu membaca dan merenungkan firman-Nya, merupakan bagian ketaatan. Namun tidak berhenti pada saat teduh. Ketaatan mesti mewujud pada kehidupan; firman yang kita renungkan mesti menjelma ke dalam perbuatan dan perkataan kita. Inilah arti ketaatan yang sesungguhnya.
Pembacaan KELUARAN 16
Tafsiran :
Percaya dan harta
Banyak orang merasa khawatir akan kehidupannya. Khawatir sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan. Entah kita merasa Tuhan tidak mengerti dan tidak peduli akan kebutuhan kita, atau bahkan kita tidak yakin Dia mampu menolong kita. Akibatnya, kita tidak mampu taat kepada firman-Nya.
Kondisi seperti itu yang dihadapi oleh umat Israel. Ketika mereka bersungut-sungut karena kekurangan makanan, Allah menjawab mereka dalam kepedulian dan kemaha-kuasaan-Nya (ayat 12-14). Ia menyediakan manna yang langsung dikirim-Nya dari langit. Ia secara ajaib memelihara mereka. Allah mengirimkan pula burung puyuh agar mereka bisa menikmati daging. Allah memakai alam mencukupi kebutuhan umat-Nya. Tindakan Allah ini menunjukkan kesetiaan sekaligus kemahakuasaan-Nya terhadap umat yang berseru kepada-Nya. Seharusnya mereka percaya kepada Allah. Namun, umat Israel tidak sepenuhnya percaya akan pemeli-haraan Tuhan. Itu membuat mereka khawatir tentang kebutuhan jasmani mereka. Akibatnya mereka tidak taat ketika diperintahkan untuk hanya mengumpulkan manna sesuai kebutuhan keluarga mereka (ayat 19-20).
Pernyataan iman kita terbukti melalui sikap dan tindakan nyata kita. Tidak cukup hanya mengaku percaya bahwa Allah Mahakuasa dan Mahakasih. Ungkapan kepercayaan tersebut seringkali hanya di bibir saja sebab tatkala diperhadapkan masalah, kita memilih menyelesaikannya dengan kekuatan sendiri. Hal itu membuktikan bahwa sebenarnya kita meragukan Allah. Cara kita mendapatkan nafkah dan bagaimana kita menggunakannya adalah ungkapan iman kita sesunguhnya. Kekhawatiran dan keserakahan adalah tanda ketidakpercayaan. Kepercayaan akan terwujud dalam kesahajaan, kemurahan terhadap sesama, serta ucapan syukur yang berlimpah.
Renungkan: Percaya sejati selalu mewujudkan ketaatan melakukan firman Tuhan.
Pembacaan KELUARAN 17
Tafsiran :
Hidup Kristen selalu berhadapan dengan peperangan rohani. Iblis dengan berbagai cara berupaya menjatuhkan kita dalam dosa. Bagaimana kita bisa menang dalam peperangan rohani?
Israel sedang menghadapi perang melawan orang Amalek di Rafidim. Menurut seorang penafsir, kemungkinan musuh Israel itu menutup mata air-mata air di Rafidim supaya pasukan Israel menjadi tidak berdaya dan mudah untuk dikalahkan. Namun Tuhan menolong mereka dengan cara yang ajaib dengan mengeluarkan air dari gunung batu di Horeb (ayat 6). Untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan itu, Musa dan umat Israel melakukan beberapa hal. Musa berdoa dengan membawa tongkatnya sebagai lambang penyertaan Tuhan karena ia tahu hanya Tuhanlah yang dapat memberikan kemenangan.
Bukan hanya berdoa, Musa bertindak dengan menyuruh Yosua memimpin umat Israel maju dalam peperangan. Dalam berdoa, Musa tidak sendirian melainkan mendapat dukungan Harun dan Hur. Ketika Musa letih, mereka menopang kedua tangan Musa agar tetap terangkat kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan dari Tuhan dalam peperangan itu. Dengan keperkasaan tangan Allah yang memakai ketaatan umat-Nya, mereka meraih kemenangan gemilang. Akhirnya segala kemuliaan dikembalikan kepada Tuhan dengan mencatatnya sebagai memori akan karya Tuhan yang akan diingat dari generasi ke generasi (ayat 14). Akhirnya kemenangan itu mereka rayakan dengan mendirikan mezbah yang dinamai "Tuhanlah Panji-panjiku" (ayat 15-16).
Kita tidak perlu berperang sendirian. Minta Tuhan menjadi pemimpin perang Anda. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata yang sudah Allah sediakan karena peperangan rohani berarti melawan kuasa dan tipu daya Iblis (Ef. 6:10-18). Libatkan saudara-saudara seiman untuk bersama-sama berjuang, saling menguatkan dan meneguhkan agar jangan sampai Anda lelah dan menyerah kalah.
Pembacaan KELUARAN 18
Tafsiran :
Bayangkan bila kita harus duduk sepanjang hari setiap hari untuk memecahkan permasalahan 600.000 orang (lih. Kel. 12:37) seorang diri. Atau berdiri sepanjang hari menunggu giliran untuk dilayani oleh satu-satunya hakim. Sangat melelahkan bukan? Begitulah yang terjadi pada Musa dan bangsa Israel pada waktu itu. Mengapa bisa demikian?
Ada dua hal yang menjadi penyebab. Pertama, ternyata orang-orang Israel pada masa itu belum atau kurang mengerti firman Tuhan. Hal ini wajar karena Taurat belum ditulis waktu itu. Karena itu Musalah yang mengajarkan kepada mereka segala ketetapan dan perintah yang dia terima langsung dari Allah. Kedua, Musa adalah satu-satunya hakim bagi bangsa Israel, sehingga setiap permasalahan di antara mereka harus diselesaikan oleh Musa. Musa memang seorang pemimpin jempolan yang mampu mengurus bangsa secara keseluruhan sekaligus memperhatikan masalah perseorangan juga. Hal ini menunjukkan kasih dan perhatian seorang pemimpin kepada setiap pribadi yang dia pimpin. Namun di sini Musa harus belajar mengenali batas-batas kapasitas dirinya.
Atas petunjuk Yitro, Musa mendelegasikan tugas pelayanan kepada orang lain. Ada bagian yang tetap ia pegang sesuai kapasitasnya sebagai pemimpin utama, yang lain ia delegasikan kepada mereka yang memenuhi kriteria tertentu. Orang-orang tersebut perlu diperlengkapi dengan kebenaran firman Tuhan (ayat 20) serta memiliki kualitas karakter yang sepadan dengan tugas kepemimpinan itu (ayat 21). Kualitas itu antara lain: cakap atau terampil melayani, takut akan Tuhan, dapat dipercaya dan diandalkan, serta memiliki integritas tinggi.
Seperti Tuhan memercayakan tugas pelayanan dan memperlakukan kita sebagai partner-Nya, mari kita mengga-lang kemitraan dengan sesama anak Tuhan. Mereka yang memerlukan bimbingan, perlu kita dampingi dan beri kepercayaan. Mereka yang sudah mampu, perlu kita utus dan beri tanggung jawab. Mari bahu membahu melayani Tuhan kita.
Pembacaan KELUARAN 22
Tafsiran :
Tuhan memanggil umat Israel menjadi umat yang kudus. Implikasi langsungnya adalah umat Israel harus memiliki gaya hidup yang berbeda: pola hidup, pola beribadah, pola makan. Negatifnya, dalam jangka panjang perbedaan gaya hidup ini bisa membuat sekelompok manusia memandang kelompok manusia lainnya sebagai kelompok yang lebih rendah karena gaya hidup yang berbeda. Lalu bagaimana mengatasinya? Kita mendapati dua perintah yang berulang, yang Tuhan berikan kepada umat-Nya.
Pertama, sikap etis terhadap orang lain yang didasarkan pada ingatan kolektif bahwa mereka pun dulu pernah menjadi umat yang tertindas. Tuhan menghendaki agar umat-Nya berempati kepada orang-orang yang tersingkir dalam masyarakat, yaitu orang asing, janda, anak yatim, orang miskin. Kedua, sikap etis yang nyata melalui tutur kata serta sikap terhadap harta dan persembahan yang ditunjukkan oleh gaya hidup yang berbeda. Tuhan menuntut umat-Nya menjadi teladan melalui kehidupan mereka.
Ketika kita menghayati panggilan Tuhan untuk hidup secara kudus, kita perlu mengingat bahwa kekudusan yang Tuhan inginkan bukanlah kekudusan dalam wawasan yang sempit, yang memandang kekudusan sebagai keunggulan yang membedakan kita dari orang lain. Sikap demikian hanya akan membuat kita tinggi hati. Orang lain pun akan bersikap antipati terhadap kehadiran dan gaya hidup kita, sehingga menghasilkan sebuah dinding yang menghalangi mereka bertemu Tuhan melalui kehidupan kita. Sebaliknya, Tuhan menghendaki umat-Nya hidup kudus dan berempati agar melalui kekudusan yang empati itu, orang-orang di sekitar umat tertarik dan mendapati sebuah jembatan untuk berjumpa dengan Tuhan (bdk. Kis. 2:47).
Perikop hari ini mengundang kita untuk merefleksikan iman kita dalam bersikap terhadap praktik-praktik masyarakat yang tak sejalan dengan perintah Tuhan, hubungan kita dengan orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, sikap terhadap pemerintah dan terhadap harta-benda yang Tuhan percayakan pada kita.
Pembacaan KELUARAN 23
Tafsiran :
Bagian penutup rangkaian peraturan yang menjabarkan Hukum Taurat ini merupakan tantangan untuk taat dan setia pada perjanjian yang Israel akan ikat dengan Allah mereka. Allah menjanjikan penyertaan dan berkat yang mengiringi, tetapi Israel harus taat secara tuntas.
Pertama, janji penyertaan Allah dinyatakan melalui utusan (bhs. Ibr. mala'k berarti utusan atau malaikat) Allah yang akan menghantar mereka masuk ke Tanah Perjanjian (ayat 20). Mereka harus taat penuh kepada utusan Allah ini sama seperti kepada Allah sendiri (ayat 21). Buah ketaatan itu adalah Allah sendiri yang akan melawan para musuh mereka (ayat 22-23). Kedua, mereka hanya boleh menyembah Dia (ayat 25a) dan tidak boleh berpaling kepada berhala-berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir (ayat 24). Kesetiaan kepada Allah membuahkan kesejahteraan dan kelimpahan dalam hidup mereka (ayat 25-25b). Ketiga, Tuhan menjanjikan Tanah Perjanjian bagi mereka karena Tuhan sendiri akan melawan dan menimbulkan ketakutan di antara bangsa-bangsa kafir yang menghuni tanah tersebut (ayat 27-31). Mereka harus taat kepada-Nya, tidak berkompromi sedikit pun dengan penduduk kafir tersebut (ayat 32). Hal ini penting karena kehidupan agama dan sehari-hari bangsa kafir ini dapat menjadi godaan besar bagi umat Israel untuk jatuh dalam dosa penyembahan berhala (ayat 33). Ketidaktaatan kepada Allah berakibat fatal, yaitu janji-janji penyertaan, kemenangan, dan kepemilikan Tanah Perjanjian tidak akan tergenapi. Seperti yang dialami kelak, umat Israel harus meninggalkan Tanah Perjanjian itu masuk ke dalam pembuangan karena dosa-dosa mereka.
Kristuslah penuntun hidup kita menuju Tanah Perjanjian, surga yang mulia. Dalam Kristus, kita yang gampang menyeleweng, akan dikuatkan dan diteguhkan untuk tetap setia hanya beribadah kepada Allah sejati. Tugas kita tetap setia dan taat penuh kepada Tuhan Yesus Kristus
Pembacaan KELUARAN 24
Tafsiran :
Upacara perjanjian yang diadakan antara Allah dengan Israel adalah wujud formal yang memeteraikan perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Allah sebagai pihak pertama, menawarkan penyertaan dan jaminan-Nya atas Israel (ayat 23:20-33). Israel di pihak kedua berjanji taat kepada segenap firman-Nya (ayat 24:3).
Upacara itu dimulai dengan persembahan kurban (ayat 5). Darah kurban yang separuh disiramkan ke mezbah (mewakili Allah) sebagai pernyataan kesetiaan Allah kepada Israel. Sisa darah kurban itu disiramkan kepada umat Israel (ayat 8) setelah mereka menyatakan komitmen mereka (ayat 7). Kurban darah ini merupakan kurban persekutuan karena darah yang disiramkan kepada kedua belah pihak mempersekutukan mereka. Sebagai wujud persekutuan itu, Allah berkenan menampakkan diri kepada umat Israel (ayat 10) dan mereka (diwakili para pemimpinnya, ayat 1,9) menikmati persekutuan dengan-Nya melalui makan dan minum bersama-sama (ayat 11). Lalu, Musa mendapatkan tugas khusus naik ke gunung Sinai untuk menerima loh batu berisikan Sepuluh Hukum Allah dan berbagai peraturan rinci mengenai pendirian kemah suci yang akan dijabarkan di pasal 25-40 (ayat 12-18).
Kurban darah itu melambangkan kurban Kristus di Salib yang memperdamaikan Allah dengan setiap orang percaya. Allah di dalam Kristus menjanjikan penyertaan dan pemeliharaan-Nya kepada kita yang percaya. Sebaliknya kita pun dipanggil untuk mengikrarkan kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya. Secara formal sakramen perjamuan kudus memeragakan kembali upacara perjanjian Allah dengan umat-Nya melalui makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah-Nya. Kiranya setiap kali kita menghampiri meja perjamuan kudus, kita kembali menyatakan komitmen kita untuk lebih setia dan mengasihi Dia yang sudah lebih dahulu setia dan mengasihi kita.
Doaku: Tuhan, aku bersyukur karena Engkau setia kepada perjanjian-Mu. Ajarku juga setia dan taat kepada-Mu.
Selamat menyambut Tahun Baru 2023.
Hari ke 75 pembacaan KELUARAN 25
Tafsiran :
Sampai saat ini masih banyak perdebatan di kalangan Kristen mengenai persembahan, apakah umat wajib memberikan persepuluhan, janji iman, persembahan khusus ?dan masih banyak istilah lain? kepada Tuhan melalui gereja atau berbagai lembaga pelayanan Kristen? Ada orang yang berprinsip memberi dari kerelaan, ada juga yang menghendaki konsep yang jelas serta keteraturan dan keterukuran dalam memberi.
Bacaan hari ini mengajarkan prinsip memberi yang sudah disimpangkan jauh oleh beberapa ahli Taurat, orang Farisi, maupun imam-imam pada masa Yesus. Pemuka-pemuka agama ini menekankan kewajiban memberi semata-mata ritual yang berujung pada kepuasan diri karena sudah menjalankan kewajibannya. Tuhan memerintahkan orang Israel supaya mereka memungut bagi-Nya persembahan khusus dari setiap orang yang terdorong hatinya (2). Lalu memerintahkan mereka untuk membuat tempat kudus bagi-Nya supaya Dia diam di tengah-tengah mereka (7).
Persembahan bukan sekadar kerelaan dan komitmen untuk menyisihkan berkat jasmani ataupun uang. Persembahan harus dimulai dari hati, sebagai ucapan syukur karena kebaikan Tuhan yang telah menjadikan mereka umat-Nya atau untuk menyatakan ketundukan dan hormat kepada Tuhan. Ini sesuai dengan perintah untuk mendirikan tempat kudus bagi-Nya. Kehadiran Allah di tengah-tengah umat menjadi alasan paling mendasar untuk memberikan persembahan yang terbaik. Sebaliknya, hanya saat umat mau melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, yaitu membangun rumah bagi-Nya, barulah kehadiran-Nya akan mereka rasakan penuh (9).
Jadi bagaimana kita memberikan persembahan? Motivasi yang tepat akan mendorong kita memberikan yang terbaik. Kita memberi persembahan karena kita sudah menerima anugerah terbesar, yang tidak terukur dan tidak bisa dibalas dengan apa pun yang kita miliki. Namun, dengan memberikan yang terbaik dari uang, waktu, talenta kita, dst., kita menunjukkan kesadaran akan anugerah tersebut. Allah pasti berkenan dan mau hadir di tengah-tengah umat-Nya.
Tafsiran :
Sangat rumit memahami rincian pembuatan kemah pertemuan. Bahan-bahan yang dipakai pun sangat banyak (ayat 1-29). Bangunan kemah suci itu merupakan satu-satunya tempat yang sah bagi umat Israel untuk beribadah karena Allah sendiri yang menetapkannya.
Oleh karena itu, yang paling penting dari pembangunan kemah suci ini adalah harus sesuai dengan ketentuan yang Allah berikan kepada Musa di puncak gunung Sinai (ayat 30). Bangunan kemah itu sendiri terdiri dari ruang kudus dan ruang mahakudus (ayat 33). Di dalam ruang kudus terdapat meja kurban sajian dan kandil (ayat 35). Sedangkan di dalam ruang mahakudus terdapat tabut perjanjian dengan tutup pendamaiannya (ayat 34). Pemisah antara ruang kudus dengan ruang mahakudus adalah sebilah tirai dari kain ungu (ayat 31-32). Kemah suci menjadi pusat umat Israel beribadah. Kelak, setelah Israel tiba dan menetap di Tanah Perjanjian, Bait Allah menggantikan fungsi kemah suci. Itu sebabnya di kemudian hari, pada zaman raja-raja, Allah murka kepada umat-Nya yang mempersembahkan kurban bukan kepada Allah di Bait Allah melainkan di bukit-bukit pengurbanan kepada para berhala.
Yesus berkata bahwa Dialah Bait Allah yang sesungguhnya (Yoh. 2:19-21). Ibadah yang benar hanya di dalam Tuhan Yesus. Oleh Roh-Nya, Tuhan Yesus mendiami hati orang percaya. Maka dalam zaman PB semua orang percaya menjadi Bait Allah. Persekutuan orang percaya (gereja) menjadi Bait Allah secara rohani. Tidak ada satu ibadah apa pun di dunia ini yang berkenan kepada Allah, kecuali di dalam Yesus. Yesus berkata, "Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yoh. 4:24). Menyembah dalam roh dan kebenaran artinya, menyembah Allah dalam kebenaran Kristus yang melalui Roh Allah telah menghidupkan roh orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Camkan: Ibadah yang hanya bersifat lahiriah tidak ada artinya di hadapan Allah.
Pembacaan KELUARAN 27 (hari ke 77)
Tafsiran :
Bacaan kali ini berkaitan dengan pembuatan mezbah dan pelataran Kemah Suci. Mezbah ini merupakan mezbah kurban bakaran yang akan terlihat saat pertama masuk ke pelataran Kemah Suci (lihat Kel. 40:6). Mezbah dari kayu ini harus dilapisi dengan tembaga agar tahan api. Di sinilah kurban yang dibawa umat Israel dipersembahkan agar umat dapat menghampiri Allah. Keempat tanduk pada mezbah melambangkan perlindungan dan penebusan karena darah yang dibubuhkan padanya (Kel. 29:12). Bahkan dipercayai bahwa seorang penjahat yang melarikan diri dan memegang ujung tanduk tersebut akan beroleh perlindungan (lihat 1Raj. 1:50-53; 2:28-34).
Pelataran dibuat dengan tirai yang tinggi di sekelilingnya, yang memberi batas wilayah kekudusan Kemah Suci (lihat Kel. 19:12). Pelataran ini sangat luas dibandingkan dengan Kemah Suci untuk menampung umat Tuhan yang akan membawa persembahan kurban mereka, yang selanjutnya dikelola oleh para imam yang boleh masuk ke ruang kudus. Lewat serangkaian ritual, umat diwakili imam beroleh jalan masuk kepada Allah yang bertakhta di ruang maha kudus.
Ayat 20-21 memaparkan instruksi pengaturan di dalam Kemah Suci. Kemah Suci harus senantiasa diterangi oleh pelita dengan minyak yang terbaik. Pelita yang terus menyala di Kemah Suci menyatakan bahwa Allah senantiasa hadir bagi mereka untuk melayani mereka yang datang dengan suatu kebutuhan rohani.
Begitu detailnya pengaturan ruang, tempat umat beribadah di hadapan Allah. Ini memberi pelajaran kepada kita untuk detail juga dalam mengelola hidup ini sebagai ibadah kita. Memang gereja bukan Kemah Suci atau Bait Suci Perjanjian Lama. Gereja adalah hidup anak-anak Tuhan yang sudah ditebus oleh kurban Kristus yang sempurna sehingga tidak ada lagi bagian pelataran yang terpisah dari Kemah Suci, dan ruang kudus yang terpisah dari ruang maha kudus. Justru karena Kristus kita boleh masuk ke tempat terdalam hati Allah, maka kita harus menata hidup kita secara detail sehingga setiap aspeknya kudus dan diperkenan Allah.
Hari ke 78 pembacaan KELUARAN 28
Tafsiran :
Imam adalah orang yang ditetapkan Tuhan untuk mewakili umat-Nya di hadapan Dia. Imam menjadi pengantara antara umat dan Allah dengan mengadakan korban pendamaian bagi dosa umat sesudah terlebih dulu mempersembahkan korban bagi dirinya sendiri. Itu sangat diperlukan sebab imam adalah manusia berdosa juga yang memerlukan pendamaian dari Allah. Tugas imam adalah tugas yang mulia, hal itu digambarkan dengan pakaian dan perhiasan indah yang diatur Tuhan untuk dikenakan oleh para imam. Seorang Imam Besar Agung yang tanpa dosa hanya terdapat dalam diri Yesus Kristus (Ibr. 4:14-15). Dialah yang telah mewakili kita di hadapan Allah.
Baju Efod. Efod semacam celemek sepanjang lutut, dipakai sebagai penutup jubah imam. Pada baju itu terdapat hiasan duabelas permata krisopras yang di dalamnya diukirkan nama keduabelas suku Israel. Jelas imam mewakili seluruh suku dan keturunan Israel. Demikian juga Kristus sebagai Imam Besar mewakili semua umat pilihan Allah. Pendamaian yang dipersembahkan-Nya bukan korban binatang, tetapi diri-Nya sendiri (Ibr. 9). Dia yang tidak berdosa telah dijadikan dosa ganti kita (2Kor. 5:21).
Doa: Hatiku beriman teguh pada karya penyelamatan-Mu, Yesus.
Pembacaan KELUARAN 29 (hari ke 79)
Tafsiran :
Saat teduh adalah saat kita bisa menyediakan waktu secara khusus untuk bersekutu secara pribadi dengan Allah. Saat teduh menjadi saat bagi kita untuk mendengarkan suara Allah melalui firman-Nya, juga saat untuk mencurahkan isi hati kita kepada Tuhan melalui doa. Itulah pengajaran yang sering kita dengar mengenai saat teduh. Seolah saat teduh dilakukan untuk kepentingan kita, sebagai umat yang membutuhkan Tuhan, sebagai sumber hidup kita. Ini tentu tidak salah. Namun nas hari ini menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan pun merindukan adanya waktu persekutuan dengan umat secara khusus.
Setelah imam-imam ditahbiskan, mereka harus mempersembahkan kurban tiap pagi dan tiap petang, tiap-tiap hari dalam setiap tahun (38-39), menurut aturan yang diberlakukan Tuhan (40-41). Persembahan kurban itu berupa dua ekor domba untuk sehari, yang dipersembahkan bersama tepung, minyak, dan anggur.
Mengapa Tuhan menghendaki para imam mempersembahkan kurban dua kali dalam sehari? Tentu bukan sebagai ajang pelatihan kerja bagi para imam yang telah ditahbiskan, melainkan karena Tuhan ingin bertemu umat dan berfirman kepada mereka (42-43).
Maka kita melihat bahwa persembahan kurban itu dilakukan untuk memastikan kelangsungan persekutuan umat dengan Tuhan, juga untuk mengingatkan umat Israel bahwa setiap hari adalah hari pengabdian kepada Tuhan. Itu sebabnya setiap hari harus dimulai dan diakhiri dengan mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Tuhan sendiri akan berdiam di tengah umat dan akan menjadi Allah mereka (45) supaya umat dapat memuliakan Tuhan, yang telah melakukan perkara besar bagi mereka (46).
Jika Tuhan merindukan waktu khusus untuk bersekutu dengan kita secara pribadi tiap hari, adakah juga kerinduan itu dalam hati kita? Sudahkah kita menyediakan waktu khusus untuk bersaat teduh? Bila belum, jadwalkan 15-30 menit tiap hari, sebagai permulaan. Bila sudah, ingatlah bahwa muara dari semua itu adalah agar kita memuliakan Dia.
Pembacaan KELUARAN 30 (hari ke 80)
Tafsiran :
Setiap aturan yang diberlakukan dalam kemah suci adalah aturan-aturan yang menguduskan umat. Tujuannya agar tempat kudus Allah tidak sembarangan dijamah dan umat Tuhan memelihara hidup yang berkenan kepada-Nya.
Ada tiga benda yang disebutkan dalam nas ini. Pertama, bejana pembasuhan. Fungsi bejana ini adalah persediaan air supaya para imam yang akan masuk kemah suci dapat membasuh tangan dan kaki mereka (ayat 18-21). Kebersihan badan para imam saat masuk kemah suci menandakan penghormatan mereka pada Allah. Itu sebabnya, hal ini berlaku seterusnya bagi para imam Israel. Apabila hal ini dilanggar maka kematian akan menimpa. Kedua, minyak urapan. Bahan minyak ini merupakan bahan-bahan pilihan (ayat 22-24). Pembuat minyak urapan ini haruslah seorang ahli yang memiliki keahlian khusus dalam mencampur rempah-rempah. Sebab minyak ini hanya boleh dikenakan para imam, kemah suci dan perabotan tertentu dalam kemah suci. Pengurapan minyak ini menyatakan persiapan para imam memasuki hadirat Tuhan. Itu sebabnya, pelanggaran terhadap pemakaian dan pembuatan minyak akan mendatangkan kematian (ayat 22-33). Ketiga, ukupan. Sama seperti minyak urapan, bahan ukupan juga terpilih, perbedaannya terletak pada cara pembuatannya yang harus digiling. Ukupan tidak dikenakan pada tubuh melainkan diletakkan pada mezbah ukupan (lih. ayat 1-10). Oleh karena persembahan ukupan melambangkan doa umat Tuhan (Mzm. 141:2), maka orang yang sengaja membuat bahan ukupan untuk menghirup aromanya harus dihukum mati (Kel. 30:38).
Peraturan-peraturan di atas dan sanksinya tidak berlaku bagi kita karena Kristus sudah menebus dosa dan pelanggaran kita. Namun, kita harus memelihara hidup kudus yang sudah diberikan kepada kita. Jagalah diri Anda dari segala hal yang menajiskan hidup Anda di hadapan-Nya.
Renungkan: Orang yang sudah dikuduskan akan menunjukkan sikap hidup yang memelihara kekudusan diri.
Pembacaan KELUARAN 31 (hari ke 81)
Tafsiran :
Menguduskan hari Sabat bermula dari perintah Tuhan kepada umat Israel melalui Musa agar umat Israel memelihara dan menguduskan hari Sabat. Di tengah-tengah kesibukan mereka dalam bekerja, khususnya karena akan membuat Kemah Suci dan segala perkakasnya, mereka harus beristirahat pada hari Sabat. Barangsiapa melanggarnya akan dihukum mati (14, 15b).
Umat Israel harus menguduskan hari Sabat karena hari itu merupakan peringatan akan kebaikan Tuhan. Allah telah menjadikan Israel sebagai umat pilihan dan bangsa yang kudus agar dapat melayani Dia. Ia telah melepaskan mereka sebagai budak rodi di Mesir agar mereka dapat "beristirahat" dari kerja paksa mereka. Maka, bila tetap bekerja pada hari Sabat, berarti mereka meniadakan kebebasan mereka dan seolah-olah kembali memperbudak diri pada pekerjaan.
Tuhan juga berhenti dari karya penciptaan-Nya setelah mencipta alam semesta ini selama enam hari. Maka, Tuhan menuntut umat-Nya untuk beristirahat pada hari ketujuh agar mereka datang ke rumah Tuhan. Mereka bukan hanya akan mendapatkan waktu untuk beribadah, tetapi juga waktu untuk memulihkan kekuatan mereka setelah enam hari bekerja. Pada hari itu mereka akan bersekutu bersama dengan saudara sebangsa mereka dan mendengarkan sabda Tuhan yang menjadi pedoman bagi kehidupan mereka. Dengan menguduskan hari Sabat, berarti mereka telah menunjukkan rasa hormat kepada Tuhan yang telah menebus dan memelihara mereka. Perintah Tuhan kepada umat Israel mengenai hari Sabat diberikan demi kepentingan dan kebaikan mereka.
Bagi kita, umat Kristen pada masa kini, hari Minggu merupakan Sabat buat kita. Hari itu merupakan hari peringatan akan kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus. Pada hari itu, kita menyatakan rasa syukur kita atas segala berkat dan pemeliharaan Tuhan, bersekutu dengan saudara seiman, memulihkan kekuatan fisik, mental, dan rohani kita, serta mendapatkan pedoman firman Tuhan untuk menjalankan hidup kita setiap hari.
Pembacaan KELUARAN 32 (hari ke 82)
Kepemimpinan yang baik.
Ditimbang sepintas lalu, Harun lebih mampu memimpin umat Israel daripada Musa. Harun berkarisma dan pandai berbicara (Kel. 4:10-17). Harun memuaskan hati bangsa Israel pada saat mereka gelisah dan meminta allah yang tampak. Sedangkan Musa tidak pandai berbicara. Baik di tanah Mesir, maupun di padang gurun, bangsa Israel menggerutu tentang Musa karena mereka kecewa dengan kepemimpinannya. Dengan ukuran apakah seorang patut dinilai pemimpin yang baik?
Pemimpin yang kuat. Tujuan Musa bukan menyenangkan hati umatnya, melainkan membawa mereka dari Tanah Mesir ke Tanah Perjanjian. Ia menjadi sangat marah melihat orang Israel menyembah anak lembu emas. Kedua loh hukum Allah dipecahkan dan anak lembu dicairkan, lalu disuruhnya orang Israel meminumnya agar mereka sadar akan kemurtadan mereka. Musa menghukum mereka, namun juga mendoakan. Ia menanggung dosa bangsanya di depan Tuhan, sampai ia rela dihapuskan namanya dari "Kitab yang Kau tulis" (ayat 32). Sedangkan Harun menyalahkan bangsanya, dan berbicara seakan-akan anak lembu emas itu membentuk dirinya sendiri. Terbukti kepemimpinan Harun yang banyak kompromi lemah, sehingga mendatangkan dosa besar pada umatnya.
Pembacaan KELUARAN 33 (hari ke 83)
Tafsiran :
Perjalanan Israel sedang dalam krisis dahsyat, bagai terdampar di tengah gua penuh kelokan. Tak tahu lagi bagaimana harus meneruskan perjalanan. Celakanya lagi, Musa pun mengalami keraguan. Ia menyadari dirinya tidak sanggup memimpin. Tidak sanggup bukan saja karena umat berpotensi menimbulkan banyak gara-gara dan masalah, tetapi juga karena dirinya sendiri ternyata lemah. Lebih lagi di momen krisis itu Musa sendiri terhempas oleh gelombang ketakutan akan kehilangan kepemimpinan Allah!
Dalam keraguan yang dialami baik umat maupun pemimpin, akar penyebabnya harus diselesaikan! Dalam hal kondisi Israel dan Musa saat itu, keraguan mereka disebabkan oleh dosa yang membuat Allah membuat ultimatum akan menarik diri dari mereka dan memberikan malaikat untuk ganti-Nya memimpin mereka. Ancaman ini disebabkan mereka menyembah lembu emas tuangan dan berkata bahwa lembu itu yang telah memimpin mereka keluar dari Mesir. Dosa apapun terutama dosa berhala menimbulkan disorientasi dalam perjalanan rohani kita. Hal terburuk yang diakibatkan dosa dalam kehidupan kita ialah hilangnya kepekaan akan hadirat dan arahan Allah. Maka krisis yang terjadi ini bukan sekadar keraguan, tetapi kegentaran. Dengan takut dan rendah hati, Musa mewakili seluruh umat mohon ampun, mohon belas kasih agar Tuhan tidak membuang mereka, tidak meninggalkan mereka. Inilah jalan keluar paling penting bagi setiap krisis karena dosa dalam kehidupan kita. Keraguan karena dosa? Rendahkan diri sampai berjumpa kembali Sang Pemimpin hidup!
Hari ke 84 pembacaan KELUARAN 34
Tafsiran :
Menaati perintah Tuhan seharusnya merupakan manifestasi dari kehidupan orang percaya. Namun tidak mudah untuk melakukannya. Begitu banyak kendala atau hal yang sadar maupun tidak, bisa menjadi alasan untuk tidak menaatinya. Demikian pula dengan bangsa Israel yang telah melihat dan mengalami banyak mukjizat Tuhan dalam kehidupan mereka. Walau Tuhan menyebut mereka umat pilihan-Nya, tetapi Tuhan menyebut mereka sebagai bangsa yang tegar tengkuk (3; Kel. 32:9) karena mereka tidak tunduk pada otoritas Tuhan. Mereka malah menyembah berhala.
Memang keberadaan bangsa Israel selama ratusan tahun di Mesir (Kel. 12:40) telah menambah wawasan mereka tentang kehidupan bangsa lain. Termasuk kehidupan kerohanian bangsa Mesir yang menyembah dewa-dewa dalam berbagai wujud. Hal itulah yang membuat mereka ingin menyaksikan Allah dalam wujud yang dapat mereka lihat. Padahal mereka sudah melihat ketidakberdayaan para dewa Mesir melawan Tuhan. Tindakan mereka merupakan kekejian di mata Tuhan, yang nama-Nya Cemburuan (14). Maka tidak heran jika hal ini menjadi perintah pertama dari sepuluh hukum yang diberikan Tuhan kepada bangsa Israel melalui Musa. Sebuah hukum yang sekali lagi Tuhan tegaskan untuk ditulis dalam loh batu yang baru. Sedemikian rupa Allah yang cemburu itu membenci para ilah sehingga memerintahkan bangsa Israel untuk menghancurkan setiap berhala yang mereka jumpai ketika menundukkan bangsa-bangsa lain. Allah juga melarang pernikahan campur dengan bangsa lain yang menyembah ilah.
Sebagai orang percaya yang hidup dimasa kini, kita tentu tidak pernah membuat allah tuangan (17 - 'patung untuk disembah'), tetapi ketika pekerjaan, kegiatan usaha, atau kegiatan lain menjauhkan kita dari relasi yang akrab dengan Tuhan, maka hal itu berarti berhala. Demikian juga jika uang atau hobi telah menghalangi pertumbuhan kerohanian kita, maka hal itu telah menjadi ilah. Marilah menjaga kemurnian hati untuk tetap berpusat kepada Tuhan lebih daripada apapun yang ditawarkan dunia!
Pembacaan KELUARAN 35 (hari ke 85)
Tafsiran :
Bangsa Israel disuruh memberikan persembahan khusus dari harta benda mereka untuk nendirikan tempat beribadah yang indah. Persembahan tersebut berbagai rupa. Ada emas, perak, barang-barang perhiasan, kain, kulit binatang, rempah-rempah, dll. Pokoknya yang dieprsmbahkan kepada Tuhan harus yang terbaik sebab seluruh hidup dan milik mereka berasal dari kebaikan Tuhan saja. Para tukang pun diminta untuk menyumbangkan keahlian mereka demi kemuliaan Tuhan.
Memberi dengan suka dan rela. Musa menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, lalu mereka pulang ke tempat masing-masing. Ada kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan dan memperhitungkan dulu apa yang mau mereka berikan. Tidak ada paksaan, tetapi setiap orang memberi dengan sukacita dan rela hati. Prinsip pemberian sukarela diungkapkan beberapa kali dalam perikop ini. Setiap orang memberi karena "terdorong hatinya" (ayat 5,22,29), "tergerak hatinya" (ayat 21,26), "terdorong jiwanya" (ayat 21) atau "hendak mempersembahkan persembahan khusus" (ayat 24). Namun jelas bahwa setiap orang Israel memberikan sesuatu. Persembahan bangsa Israel itu sedemikian banyaknya sehingga Musa harus menyuruh mereka berhenti, karena yang diberikan lebih banyak daripada yang dibutuhkan (Kel. 36:5-7)!
Persembahan kita. Sebenarnya Allah tidak memerlukan bantuan berupa uang atau harta atau pemberian lainnya. Sesungguhnya jika kita memberi persembahan, kitalah yang beroleh hak istimewa untuk tahu bersyukur kepada Tuhan dan menyadari bahwa Ia telah begitu baik menyediakan segala keperluan hidup kita. Persembahan adalah ungkapan dari pengakuan iman bahwa kita adalah milik Tuhan dan ungkapan dari kesediaan menjadi uluran tangan Tuhan bagi berbagai kebutuhan yang ada baik dalam pekerjaan-Nya maupun dalam sesama kita manusia
Pembacaan KELUARAN 36 (hari ke 86)
Tafsiran :
Presisi adalah suatu istilah yang banyak digunakan dalam dunia teknik. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata presisi memiliki arti ketepatan atau ketelitian. Maka, kata presisi adalah kata yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan Kemah Suci, karena Tuhan menghendaki agar pola yang telah ditunjukkan kepada Musa diwujudkan secara nyata dengan tepat dan teliti.
Bacaan hari ini berbicara tentang pelaksanaan pembuatan Kemah Suci yang polanya telah disampaikan Tuhan kepada Musa dalam Keluaran 25-31, khususnya pasal 26. Segala ukuran yang berhubungan dengan Kemah Suci telah ditetapkan Tuhan dan diberitahukan kepada Musa. Kini, saatnya Bezaleel dan Aholiab beserta para ahli lainnya memulai pembuatan Kemah Suci. Mereka bekerja dengan sepenuh hati untuk mewujudkan secara nyata pola Ilahi tentang Kemah Suci tersebut.
Dalam pembuatan Kemah Suci, Tuhan menghendaki setiap detail pekerjaan harus dibuat dengan tepat sesuai dengan pola yang telah Dia tunjukkan kepada Musa di atas gunung (Kel. 25:40). Ketepatan adalah hal yang harus dilakukan karena itulah yang Tuhan kehendaki (Ibr. 8:5).
Jika hal bangunan fisik saja Tuhan menghendaki ketepatan dalam pembangunannya, terlebih dalam hal kerohanian. Maka hal ini bisa dipandang sebagai gambaran kehendak Tuhan bagi bangsa Israel dan umat percaya, yaitu agar mereka menuruti perintah Tuhan secara tepat. Sehingga tidak mengherankan jika berulang kali Tuhan menghukum bangsa Israel atas tindakan mereka melanggar hukum dan menyembah berhala. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak menjalankan hukum Tuhan dengan tepat dan teliti.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita melakukan segala sesuatu dengan kesadaran bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol. 3:23)? Sudahkah kita menjalankan kehidupan kerohanian kita dengan tepat dan teliti? Marilah kita terus belajar untuk tepat dan teliti dalam mengerjakan segala kehendak Tuhan sampai Dia datang kembali!
Pembacaan KELUARAN 37 (hari ke 87)
Tafsiran :
Tabut Perjanjian melambangkan tuntunan, perlindungan bagi Israel yang datang dari hadirat Tuhan. Tabut itu menegaskan bahwa Allah hadir bersama mereka. Karena melambangkan Allah sendiri, benda itu kudus, ditempatkan di bagian terdalam Kemah Suci, yaitu di ruang maha kudus. Bahkan orang Lewi sekalipun tidak boleh melihatnya. Syukurlah kini Kristus telah mempersekutukan kita dengan Allah.
Meja Roti Sajian. Meja itu dibuat sangat indah, dilengkapi dengan pinggan, cawan, dan kendi. Semua itu dipakai untuk persembahan. Karena roti adalah makanan Israel tiap hari, meja sajian itu melambangkan ungkapan iman dan syukur mereka atas pemeliharaan Tuhan bagi kebutuhan mereka sehari-hari. Semua kebutuhan kita berasal dari Tuhan, berarti semua tenaga, pikiran, keberhasilan kita pun datang dari Tuhan. Dengan apakah hendak kita ungkapkan iman dan syukur kita atas keterlibatan-Nya dalam seluruh segi kehidupan kita?
Renungkan: Begitu banyak hal dan syarat rohani bagi ibadah yang tak mungkin kita penuhi. Hanya Kristus yang mampu membukakan kemungkinan itu.
Doa: Seluruh hidupku ini, kuduskanlah ya Tuhan. Jadikanku sepenuhnya milik-Mu, agar aku mampu memuliakan Nama-Mu.
Pembacaan KELUARAN 38 (hari ke 88)
Tafsiran :
Setelah pembangunan kemah suci dan pembuatan semua perabotannya selesai dilakukan, diadakanlah perhitungan berapa banyak biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan kalau dihitung dengan ukuran sekarang sama dengan satu ton emas (ayat 24), empat ton perak (ayat 25), dan tiga ton tembaga (ayat 29).
Jumlah yang sangat fantastis untuk ukuran waktu itu, mungkin menjadi relatif untuk ukuran masa kini. Namun, bukan jumlahnya yang relevan untuk kita simak. Rekapitulasi yang dilakukan umat Israel setelah selesai pembangunan ini mengajarkan beberapa hal. Pertama, Tuhan menuntut pertanggungjawaban atas semua dana yang sudah dipersembahkan untuk pembangunan ini. Persembahan umat berasal dari Tuhan jua, maka tidak boleh dipakai sembarangan, apalagi disalahgunakan. Kedua, ada persembahan sukarela, yaitu emas dan tembaga, disebut juga persembahan unjukan, dan ada persembahan wajib, yaitu perak. Seluruh umat Israel yang berusia di atas dua puluh tahun wajib memberikan setengah syikal perak per orang (Kel. 30:13). Persembahan sukarela merupakan pengucapan syukur umat Israel atas kebaikan Tuhan yang sudah membebaskan mereka dari per-budakan Mesir dan menjadikan mereka umat-Nya. Persembahan wajib menunjukkan ketundukan mereka kepada Allah sebagai raja.
Bukan besar kecilnya pemberian yang Allah lihat dan perkenan melainkan berapa besar hati kita tatkala kita terlibat dalam berbagai pelayanan yang menuntut persembahan diri kita. Orang yang sudah mengalami anugerah Tuhan pasti tidak memikirkan untung rugi pribadi ketika ia melayani Tuhan. Sebaliknya, orang demikian akan memastikan per-sembahannya tepat sasaran dan setiap tenaga, waktu, dan rupiah yang dipersembahkan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya.
Pembacaan KELUARAN 39 (hari ke 89)
Tafsiran :
Allah kita adalah Allah yang teliti dan selalu melakukan sesuatu dengan sangat baik. Ketika kita meneliti bahasa yang dipakai dalam nas hari ini, maka kita melihat bahwa penulis mau menunjukkan betapa baik pembangunan Kemah Suci yang telah dilakukan, mengikuti yang Allah lakukan dalam Penciptaan.
Pekerjaan Kemah Suci telah diselesaikan dan ayat 32 menyatakan, "Demikianlah diselesaikan segala pekerjaan melengkapi Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu." Disini kita dapat melihat paralel dengan konklusi dari kisah Penciptaan. Setelah Allah menyelesaikan Penciptaan-Nya, Alkitab menutupnya dengan perkataan ini: "Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya" (Kej. 2:1).
Kita masih dapat melihat paralel yang lain dengan Penciptaan. Setelah memeriksa semuanya, Musa kemudian berkata: "Dan Musa melihat segala pekerjaan itu, dan sesungguhnya, mereka telah melakukannya seperti yang diperintahkan Tuhan, demikianlan mereka melakukannya." Bandingkan ini dengan Kejadian 1:31: "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." Dengan demikian Musa mau menyatakan bahwa pembuatan Kemah Suci sangat baik, karena sesuai perintah Tuhan, sama seperti penciptaan dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Setelah daftar yang mendetail dari semua bagian Kemah Suci diberikan (33-41), maka dikatakan: "Tepat seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan itu" (42). Perhatikan, ada penekanan bahwa "orang Israel telah melakukannya tepat seperti yang diperintahkan", sama seperti di ayat 32. Ini karena para pekerja mewakili keseluruhan Israel dan materi-materi yang dipakai diberikan oleh seluruh Israel.
Pekerjaan ini diselesaikan dengan baik karena orang Israel melakukan persis seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Kita juga harus melakukan pekerjaan baik yang telah Allah persiapkan (Ef. 2:10) dengan baik dan sesuai kebenaran firman Allah karena Allah kita adalah Allah yang melakukan segala sesuatu dengan sangat baik.
"Fukus dan Janji Allah kepada Abraham"
Keluaran 1:12 (TB) Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.
Janji Allah kepada Abraham sungguh digenapi. Keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar. Tidak ada manusia yang bisa menggagalkan rencana Tuhan, termasuk Firaun yang memiliki kuasa atas seluruh tanah Mesir sekalipun. Sebagai keturunan Abraham secara rohani, kita pun berhak menerima janji Allah. Karena itu jangan pernah takut kalau orang-orang dunia berusaha mematikan kita, menindas, menghambat, atau menggagalkan rencana Tuhan itu. Jika Tuhan ada di pihak kita, siapakah yang bisa melawan kita. Jika kita hari ini kita menghadapi tekanan hidup yang berat, janganlah putus asa. Percayalah bahwa rencana Tuhan tidak akan pernah bisa digagalkan oleh manusia.
Selamat berkarya dan tetap semangat melakoni hidup kita hari ini bersama Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 2
"Peran Penting"
eluaran 2:4 (TB) kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
Salah satu hal yang menarik dari kisah ini adalah peran Miryam dari kehidupan Musa. Alkitab memang tidak menjelaskan secara rinci apakah sang ibu yang menyuruh Miryam berdiri menjaga adiknya di pinggir sungai atau tidak, tapi jika hal tersebut merupakan perintah sang ibu, berati Miryam taat akan orang tuanya, tetapi ia melakukan tugasnya dengan sepenuh hati, artinya ia tidak lengah dan mengganggap tugasnya itu hal yang kecil. Kedua, Miryam peka dan pintar mengambil kesempatan, ketika dilihatnya Putri Firaun mengambil Musa dari Sungai Nil, ia datang dan mengusulkan untuk mencari inang pengasuh bagi Musa.
Kisah ini mengajarkan kepada kita untuk setia dengan segala perkara yang Tuhan percayakan kepada kita. Kesetiaan Miryam menjaga Musa, membuat bangsa Israel memiliki pemimpin besar yang bisa membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Hal kecil ternyata berdampak sangat besar. Inilah yang harus kita sadari, sehingga kita berusaha untuk selalu melakukan yang terbaik dalam pekerjaan kita, sekecil apapun tugas itu.
Kesetiaan kita terhadap perkara kecil menghasilkan perkara-perkara besar untuk selanjutnya.
Selamat berkarya & berjuang, tetaplah semangat. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar Keluaran 3
"Tuhan Mengutus Musa"
Keluaran 3:9-10 (TB) Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.
Bagaimana cara Tuhan mengutus dan memakai Musa. Pertama, Tuhan menyatakan kekudusan -Nya di hadapan Musa (ay. 5). Ini hal yang sangat penting. Tidak peduli sehebat apapun Musa, jika ia tidak hidup kudus di hadapan Tuhan, maka ia tidak bisa dipakai oleh Tuhan. Begitu mudah Tuhan memakai kita, tapi yang sulit adalah apakah kita bisa menjaga untuk terus hidup kudus di hadapan Tuhan? Kedua, Tuhan menyatakan identitas diri-Nya dihadapan Musa. Tuhan memperkenalkan-Nya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub (ay.6). Tujuannya adalah untuk menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang setia terhadap janji-Nya. Ketiga, Tuhan menyatakan rencana-Nya di hadapan Musa, yaitu tidak hanya membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir tapi juga membawa bangsa Israel ke negeri yang berlimpah-limpah susu madunya ( ay. 8). Ini bicara tentang pengharapan kepada bangsa Israel tentang negeri yang penuh susu dan madu yang bakal mereka diami. Demikian juga Tuhan memberikan pengharapan dalam hidup kita. Satu hal yang perlu kita percayai bahwa pengharapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan (Roma 5:5).
Selamat menikmati libur akhir pekan bersama keluarga tercinta. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 4
"Taat Saja Tak Cukup"
Keluaran 4:24 (TB) Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.
Tuhan yang mengutus. Tuhan yang akan memperlengkapi. Makna itulah yang sering kali kita dapat ketika membaca kisah Musa yang awalnya enggan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Namun sering kali yang membuat bingung justru adalah ayat-ayat selanjutnya, tepatnya ayat 24 dimana Allah hendak membunuh Musa. Tapi mengapa kini setelah ia bersedia, Allah justru ingin membunuhnya ?
Rupanya, hal ini terjadi karena Musa tidak kudus di hadapan Allah. Ia memang taat tapi hidupnya belum kudus, Allah hendak membunuh Musa karena ia lalai menyunat anaknya sebagai tanda kudusnya hidup dihadapan Allah (Kej. 17:14).
Tuhan memang menghendaki kita taat akan kehendak -Nya dan bersedia memenuhi panggilan-Nya, tapi yang penting dari itu sebenarnya adalah hidup kudus di hadapan-Nya. Orang yang hidup kudus, segala tindak tanduknya pasti merupakan wujud ketaatan -Nya pada Tuhan.
Selamat malam dan jadilah Alkitab terbuka di mana Tuhan tempatkan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 5
"Sengsara Sebelum Nikmat"
Keluaran 5:2 (TB) Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi."
Membaca kisah Musa menghadap Firaun untuk memintanya melepaskan bangsa Israel sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari dua bagian ayat sebelumnya, yakni Keluaran 3:19-20 dan Keluaran 4:21.
Allah bukannya tidak tahu apa yang akan terjadi. Allah tahu benar bahwa usaha Musa itu tidak hanya tidak akan berhasil, tapi juga justru akan membawa sengsara yang lebih berat bagi bangsa Israel. Tapi Allah memang membuat itu terjadi untuk mengajar sebuah kebenaran yang penting, bahwa seperti bangsa Israel harus mengalami banyak sengsara sebelum akhirnya dapat menikmati tanah yang Allah janjikan, maka kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru pun sering kali juga harus mengalami banyak sengsara sebelum akhirnya mendapat bagian dalam kerajaan Allah (Kis. 14:22, Yoh. 16: 33; 1 Tes. 3:3 ; 2 Tim 3:12).
Tapi jelas apapun rencana-Nya dan apapun yang dilakukan-Nya , kita boleh percaya 101% bahwa semua yang dilakukan-Nya untuk mendatangkan kebaikan bagi hidup kita akhirnya (Rm. 8:28).
Ajari kami terus untuk bisa menyelami maksud-Mu ya Allah. Bimbinglah kami dengan Roh Kudus agar kami taat dan setia mengikuti jalan-Mu.
Selamat berkarya saudara2ku. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 6
"Salib-Nya Cukup"
Keluaran 6:4 (TB) (6-3) Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing,
Setidaknya ada dua alasan mengapa Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Yang pertama adalah karena Allah telah berjanji kepada Abraham, Ishak, dan Yakub --leluhur bangsa Israel -- bahwa Ia akan memberikan tanah Kanaan (ay. 2). Dan kedua karena Ia telah mendengar penderitaan bangsa Israel yang menjadi budak pembangunan di Mesir (ay. 3).
Secara konteks, peristiwa penebusan bangsa Israel dari Mesir sama persis dengan peristiwa penebusan yang lebih besar, yaitu penebusan manusia berdosa melalui kematian Yesus di Salib. Manusia yang menjadi budak dosa mendapatkan keselamatan murni karena kasih-Nya yang ditunjukkan di atas kayu salib. Sama sekali bukan karena iman atau kebaikan kita. Kasih-Nya menyelamatkan kita dari perbudakan dosa seperti halnya kasih-Nya menyelamatkan Israel dari perbudakan Mesir.
Jadi, apakah pantas jika selama ini kita justru sering masih menuntut-Nya menunjukkan kasih setia-Nya. Ketika keadaan jauh dari harapan, lihatlah pada salib-Nya. Itu adalah bukti mutlak bahwa Tuhan adalah Pribadi yang mengasihi dan mempedulikan kita. Itu adalah bukti tak terbantahkan bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan kita.
Jika Ia sudah pernah rela mati demi kita, masakan kita masih tidak percaya Ia peduli ketika kita dirundung masalah ?
Selamat malam dan mensyukuri berkat Tuhan berupa umur panjang dan kesehatan serta nafas kehidupan yang Tuhan berikan secara cuma-cuma. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 7
"Mengeraskan Hati ?"
Keluaran 7:3 (TB) Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.
Dalam Ibrani 3:15 (TB) Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",
Saat itu, Allah bertindak berdasarkan prinsip ilahi yang berlaku bagi semua orang yang bertobat. Bahwa apabila seseorang tetap menentang Allah dan firman-Nya, akhirnya Allah menetapkan agar hatinya dikeraskan (Rm. 9:18), menyerahkannya pada keinginan dosanya sendiri (Rm. 1:24), dan bahkan mendatangkan tipu daya atasnya (2 Tes. 2:10). Allah memang maha pengampun, sabar, dan lemah lembut, namun jangan lupakan juga bahwa Ia adalah Allah yang tegas. Jika kita sudah mendengar suara-Nya, maka yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah tidak mengeraskan hati dan tidak menunda-nunda menerima teguran dan peringatan-Nya (Ibr. 3:15).
Jika seseorang selalu mengeraskan hati, maka selanjutnya Tuhan akan menetapkan agar hatinya dikeraskan.
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Kejadian 8
"Kuasa-Nya Menyelamatkan"
Keluaran 8:8 (TB) Kemudian Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: "Berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya katak-katak itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan bangsa itu pergi, supaya mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN."
Peristiwa ini seolah menegaskan bahwa kekuasaan di luar Tuhan tidak dapat kita pungkiri keberadaannya. Kekuasaan dan kekuatan gelap seperti itu memang ada di sekitar kita dan faktanya memang dapat memberikan apa yang kita mau. Bahkan seluruh kerajaan dunia ini bisa ia berikan kepada kita, seperti halnya yang katakan dan janjikan ketika ia membawa Yesus di suatu tempat tinggi (Luk. 4:5-7). Meski demikian, seperti halnya dewa yang Firaun sembah tidak dapat membuat air menjadi jernih (memberikan kelegaan, red) dan menghilangkan wabah katak (memberikan keselamatan, red), kekuasaan-kekuasaan di luar Tuhan hanyalah memperbudak dan pada akhirnya mengecewakan. Sebaliknya, seperti halnya Tuhan mampu kembali membuat air menjadi jernih dan menghentikan wabah katak, hanya kuasa Tuhanlah yang dapat memberikan kelegaan dan keselamatan sejati.
Kuasa di luar Dia bersifat memperbudak, sedang kuasa di dalam Dia bersifat menyelamatkan.
Selamat malam, istirahat dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 9
"Aku Telah Berdosa"
Keluaran 9:27 (TB) Lalu Firaun menyuruh memanggil Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: "Aku telah berdosa sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah.
Kedahsyatan badai inilah yang memungkinkan mendorong Firaun mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia katakan sebelumnya ketika tulah-tulah lain terjadi: "Aku berdoa sekali ini, Tuhan itu yang benar tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah,"Surprise surprise ! Firaun mengaku dosa ketika badai dahsyat menerjang hidupnya! Sayang, seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya, pengakuan dosa itu hanya sementara atau bahkan bisa dibilang palsu. Setelah ia melihat bahwa hujan es dan guruh sudah berhenti, ia kembali melakukan dosa (ay. 24).
Ketika badai dahsyat menerjang hidup kita (entah itu masalah keluarga, keuangan, atau bahkan penyakit), dan kita kemudian menyadari bahwa hal itu sedikit banyak karena dosa yang kita lakukan selama ini, kita pun sering bersikap seperti Firaun. Kita menekuk lutut kita, menengadahkan kepala, mengangkat tangan kita, dan berkata penuh penyesalan kepada Tuhan: " Aku telah berdosa Ampuni aku Tuhan." Meski demikian, pengakuan dosa itu pun segera berlalu seiring kembali cerahnya hidup kita. Setelah badai tersebut berlalu, kita pun kembali mengabaikan Firman dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Mari bersama-sama berusaha mengubah kebiasaan hidup kita seperti ini.
Tak ada gunanya berkata "aku berdosa" di tengah badai namun kemudian melupakannya setelah badai berlalu.
Selamat menikmati libur akhir pekan dengan terus merasakan dan mengingat kebaikan-kebaikan-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 10
"Tuhan Bukan Dewa"
Keluaran 10:7 (TB) Sesudah itu berkatalah para pegawai Firaun kepadanya: "Berapa lama lagi orang ini akan menjadi jerat kepada kita? Biarkanlah orang-orang itu pergi supaya mereka beribadah kepada TUHAN, Allah mereka. Belumkah tuanku insaf, bahwa Mesir pasti akan binasa?"
Sebelumnya, para pejabat yang menjadi penasihat Firaun, termasuk para ahli kerajaan Mesir, mungkin sudah memberikan nasihat pada Firaun untuk segera melepaskan bangsa Israel karena mereka sudah tidak tahan dengan serangkaian tulah yang mereka alami. Hal ini setidaknya dapat kita simpulkan dari apa yang kita baca pada Kel. 8:19 (tulah ketiga) dan Kel. 9:12 (tulah keenam). Namun, baru pada pasal inilah (tulah kedelapan) hal itu dapat kita baca dengan jelas.
Terpujikah sikap mereka ? Atau sudah insyafkah mereka ? Perlu diperhatikan bahwa mereka sebenarnya melakukan ini bukan karena mereka mengakui kekuasaan Tuhan sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah. Jika kita memperhatikan kata-kata mereka, sebenarnya mereka memberikan nasihat itu karena mereka benar-benar sudah tidak tahan dengan mereka alami. Dengan kata lain, sebenarnya mereka ingin berkata: " Lakukan saja apa yang diminta oleh Tuhan mereka asalkan kita dalam keadaan baik; asal kita tidak mengalami kesulitan; dan asalkan kita tidak mengalami kesengsaraan.
Tanpa disadari, sebenarnya kita pun sering bersikap seperti pejabat Firaun itu. Kita berkata bahwa kita mau mengikut Tuhan dan bahkan melayani -Nya, namun dengan sebuah kompromi. "Tuhan, saya akan mengikut Engkau asal hidup saya melimpah dengan berkat." Tuhan, saya akan melayani Engkau asal jangan di pedalaman. " Tuhan, saya akan mulai memberi asal Engkau membebaskan saya dari utang." Dan sebagainya. Jika demikian yang terjadi, sesungguhnya fokus dari apa yang kita lakukan itu adalah kebaikan kita sendiri, bukan kemuliaan Tuhan. Dan kalau sudah begitu, kita tak ubahnya seperti para pejabat Mesir yang memandang Tuhan sebagai dewa, yang harus dituruti/disembah agar hidup kita bebas masalah, bukannya Bapa yang mengasihi kita dan karenanya layak untuk kita sembah.
Selamat malam dan istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 11
"Tuhan yang Membedakan"
Keluaran 11:7 (TB) Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjing pun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.
Mereka merasa bahwa Allah ada di pihak mereka sehingga Ia melindungi mereka sedemikian rupa. Dan karena itu pun pada akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa mereka adalah bangsa yang spesial, dan merasa pantas meninggikan diri di hadapan bangsa lain. Meski begitu ada kalimat dalam pasal ini yang agaknya Tuhan tekankan untuk menjadi penawar bagi racun yang mungkin sedang merasuki pikiran bangsa Israel, yakni:"Tuhan membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel. "Tuhanlah yang membuat perbedaan, bukan bangsa Israel. Oleh karena itu, khusus untuk tulah terakhir ini, Ia meminta agar bangsa Israel membuat tanda dengan darah anak domba agar anak sulung mereka tidak mati (Kel. 12:21-23). Sehingga dengan demikian mereka tidak berbangga diri dan sekaligus sadar bahwa sebenarnya tak seorang pun cukup baik untuk lolos dari hukuman-Nya.
Anugerah keselamatan yang sudah kita terima lewat kematian -Nya di kayu salib sebenarnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk merasa diri istimewa, apalagi merasa diri lebih istimewa daripada orang lain di luar Tuhan. Sebab anugerah ini kita dapatkan bukan karena kebaikan kita, namun murni karena kasih Allah terhadap kita. Karenanya, tidak sepatutnya kita memakai identitas "Kristen" kita ini untuk merasa diri lebih tinggi dan apalagi bersikap eksklusif di tengah lingkungan di mana kita tinggal. Lagipula, bukankah Tuhan memanggil kita untuk bersikap "lebih tinggi" daripada orang lain, namun untuk menjadi pelayan bagi mereka.
Selamat hari Minggu, selamat berkarya & melayani sesama dengan anugerah-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 12
"Ketaatan yang Memerdekakan"
Keluaran 12:31 (TB) Lalu pada malam itu dipanggilnyalah Musa dan Harun, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu.
Ketaatan merekalah yang akhirnya membuat Allah melewatkan mereka dari tulah yang akhirnya membuat pembelenggu mereka (Firaun) melepaskan mereka. Passover atau Paskah adalah sebuah lambang ketaatan mutlak pada firman-Nya yang akhirnya memberikan kemerdekaan.
Kebencian, iri hati, kepahitan, dendam, keras kepala, dan arogansi adalah "firaun-firaun" yang sedang menelenggu kita hari-hari ini, dan melepaskan diri darinya mungkin kita temui sangat sulit. Tapi seperti Firaun yang saat itu tidak punya pilihan lain selain melepaskan Israel karena mereka metaati segala instruksi-Nya dengan sempurna; percayalah bahwa segala Firaun modern juga akhirnya tidak akan punya pilihan lain selain melepaskan kita ketika kita mau dengan total mentaati firman-Nya -- melakukan segala sesuatu persis seperti apa yang Ia perintahkan.
Ketaatan pada firman-Nya memberikan kemerdekaan.
Selamat berkarya dan beraktifitas hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 13
"Bereskan Dosa Kecil"
Keluaran 13:3 (TB) Lalu berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Peringatilah hari ini, sebab pada hari ini kamu keluar dari Mesir, dari rumah perbudakan; karena dengan kekuatan tangan-Nya TUHAN telah membawa kamu keluar dari sana. Sebab itu tidak boleh dimakan sesuatu pun yang beragi.
Mengapa segala ragi dan segala yang mengandung ragi/ mengalami fermentasi harus dibuang ? Ternyata, ragi atau fermentasi dipandang sebagai lambang kecemaran, kejahatan, dan ketidaksucian moral. Dan Allah ingin bangsa Israel melakukan hal itu tidak lain untuk menyampaikan pesan agar mereka menjalani hidup baru l, yakni hidup dalam kebebasan, dengan hidup yang lebih suci dan jauh dari segala macam kecemaran.
Demikian jugalah hidup merdeka yang kita dapatkan setelah kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Tuhan ingin mengisi hidup ini dengan kebenaran dan kesucian, dimana segala ragi kecemaran harus dibuang. Dan tidak hanya itu, Ia ingin kita senantiasa menyadari dan sekaligus waspada, bahwa sedikit ragi saja bisa merusak seluruh hidup kita jika dibiarkan. Ya, bukanlah kita justru sering kali meremehkan beberapa perbuatan dosa ? Hati-hati jika kita berpikir demikian, sebab sama seperti ragi, dosa yang kita anggap kecil itu lama-lama akan merusak seluruh hidup kita sampai semuanya terlambat ketika kita menyadarinya.
Dosa "sekecil' apa pun adalah kecemaran yang akhirnya dapat meresap mencemari seluruh hidup kita.
Selamat berkarya dan teruslah jaga hidup kita Kudus dihadapan Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 14
"Berdoa dan Bergerak"
Keluaran 14:15 (TB) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.
Ketika kita menghadapi masalah, berdoa dan berseru pada Tuhan adalah proses yang sangat tepat. Namun, tidak cukup hanya berdoa, kita juga harus punya iman untuk berjalan di dalam kehendak-Nya . Jika Tuhan sendiri sudah berjanji bahwa Ia akan menunjukkan kemuliaan -Nya dan akan menolong kita, hanya diam berdoa kadang bukanlah respon yang tepat. Bergerak, bertindak, lakukan sesuatu, itulah yang Tuhan mau. Dalam banyak kasus, nyata bahwa iman adalah sesuatu yang aktif, bukan yang diam saja. Nah, bagaimana dengan kita? Apakah di dalam pergumulan yang sedang kita hadapi hari-hari ini kita juga sudah melakukan sesuatu ? Ataukah kita masih diam saja? Kecuali Tuhan memerintahkan demikian, firman Tuhan hari ini menunjukkan bahwa berani melangkah dalam iman itu adalah salah satu syarat untuk bisa melihat kuasa Tuhan terjadi atas hidup kita.
Bukan hanya diam dan berdoa, ... tapi juga berani melangkah
Selamat berkarya dan terus melangkah dalam iman untuk setiap keputusan-keputusan hidup. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 15
"Kontras"
Keluaran 15:24 (TB) Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
Bangsa Israel berhari-hari masih menyanyikan nyanyian tentang peristiwa luar biasa itu. Tapi perhatikan apa yang dicatat Alkitab tiga hari setelah peristiwa itu. Bangsa Israel mulai kekurangan air, setelah sampai di Mara menjumpai mata air yang airnya pahit mereka mulai bersungut-sungut.
Bukan kebetulan jika kedua kisah yang bertolak belakang ini diletakkan dalam dua perikop berurutan. Ya sangat kontras! Namun ini pun terjadi dalam hidup kita. Banyak orang yang bahkan usai beribadah pun bertengkar dengan sesamanya. Suasana rohani di dalam ibadah tidak berbekas lagi. Banyak juga yang meski baru kemarin diluputkan Tuhan dari kemalangan tapi hari ini sudah mengeluh karena gagal meraih apa yang diinginkannya. Iman kita pun hanya situasional. Jika kita baru percaya ketika Tuhan memberikan apa yang kita mau, itu bukanlah iman, tapi menganggap Tuhan sebagai pelayan kita. Seperti apakah iman kita selama ini ?
Bersyukur dan percaya harus tetap ada apapun situasinya.
Selamat berkarya, semangat, mengucap syukur dan percaya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 16
"Tidak Mau Bersyukur"
Keluaran 16:3 (TB) dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."
Sejak keluar dari Mesir (Kel. 13:17-22) hingga di pasal 16, Alkitab mencatat sudah 3 kali bangsa Israel bersungut-sungut.
Apakah bangsa Israel lupa akan segala perbuatan Tuhan yang baru beberapa hari lalu mereka saksikan sendiri? Tentunya tidak. Namun, sikap tidak bisa bersyukur, itulah penyebabnya. Orang yang tidak bersyukur adalah orang yang tidak bisa puas dan orang yang tak pernah puas cenderung memberontak. Akibatnya, sikap suka khawatir, menyalahkan, menghakimi, berprasangka dan asal tuduh akan muncul dari situ. Bukankah itu yang ditujukkan oleh bangsa Israel ?
Karena itulah jangan pernah lupa bersyukur!! Mengucap syukur adalah hal sederhana tapi dampaknya sesungguhnya sama sekali tidak sederhana. Kebiasaan mengucap syukur dalam segala situasi bukan hanya diperintahkan Tuhan, tapi baik untuk diri sendiri dan menghindarkan kita dari melakukan dosa-dosa seperti di atas. Pelajaran pengalaman dari bangsa Israel hari ini menunjukkan pada kita bahwa betapa konyol keluhan-keluhan kita sebenarnya. Jika kita masih ada hingga saat ini, bukankah itu sendiri adalah bukti penyertaan Tuhan? Mengapa kita masih saja mengeluh atas hari ini dan lupa akan Tuhan ?
Hidup yang tidak mau bersyukur akan berujung melakukan dosa.
Selamat berkarya dan terus berjuang. Dan jangan lupa selalu bersyukur karena Dia memberikan nafas kehidupan pada kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 18
"Tidak Percaya Meski Melihat"
Keluaran 18:10-11 (TB) Lalu kata Yitro: "Terpujilah TUHAN, yang telah menyelamatkan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan Firaun. Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka."
Yitro, mertua Musa adalah imam bangsa Median. Ketika Musa bertemu mertuanya itu, Musa pun menceritakan segala perbuatan tangan Tuhan itu. Dan bagaimana respon Yitro? Ia langsung memuji Allah, mengakui bahwa Ia adalah Tuhan yang lebih besar dari segala illah lain, dan ia pun mempersembahkan korban bakaran bagi-Nya. Respon Yitro menunjukkan bagaimana imannya terhadap Tuhan, meski ia tidak melihat sendiri segala hal yang diceritakan Musa. Namun bandingkan dengan respons bangsa Israel yang bahkan menjadi saksi mata atas berbagai pertolongan Tuhan itu ! Mereka justru berkali kali bersungut-sungut setiap kali menghadapi masalah, ingin memberontak, dan tidak percaya Tuhan sanggup menolong.
Ironis bukan ? Tapi, hal itu nyata terjadi. Dan banyak orang bersikap demikian. Meski sudah pernah mengalami sendiri pertolongan Tuhan, mereka tetap terus dihinggapi khawatir, mengeluh, ingin memberontak, dan mengandalkan kekuatan manusia. Yang lebih sering terjadi, mereka baru percaya asal ditolong atau mengalami mujizat lebih dulu. Yesus pernah berkata,"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" ( Yoh. 20:29 ).
Selamat berkarya dan berjuang terus mengandalkan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 19
Musa, Ring 1.
Keluaran 19:21 (TB) Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa.
Ketika Tuhan menyatakan diri-Nya pada bangsa Israel di gunung Sinai, Alkitab melukiskan kejadian itu sebagai sesuatu yang begitu menggetarkan siapapun yang menyaksikannya. Di situ, hanya Musa yang boleh naik ke atas. Hanya Musa, sang pemimpin yang mendapatkan hak istimewa layaknya Ring 1 sang Raja di atas segala raja. Betapa bangganya jika kita menjadi Musa.
Kita suka mendapatkan anugerah seperti itu. Sebagai umat Perjanjian Baru, kini kita bisa langsung datang menghadap Tuhan tanpa melalui perantara seperti di zaman Musa. Bukankah itu anugerah yang luar biasa dan harus kita syukuri? Dapat menyembah Tuhan secara pribadi, dapat menghadap hadirat-Nya kapan saja, bahkan memanggil Dia dengan sebutan Bapa, itulah hak istimewa yang kita dapatkan sebagai umat yang telah ditebus dan dijadikan -Nya anak. Bukankah relasi seperti itu jauh lebih berharga, bahkan lebih dari segala harta ? Sayang, banyak orang Kristen justru mengesampingkan pengenalan akan Tuhan hanya demi mengejar berkat-berkat -Nya. Bukankah ini terbalik? Faktanya jika kita hanya mengejar berkat-Nya saja, kita begitu mudah khawatir apakah besok Dia masih memberkati kita atau tidak.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Bangunlah relasi dengan Dia secara pribadi dan terus melekat pada-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan KELUARAN 19
Kedahsyatan penyataan Allah
Seperti apakah penyataan Allah? Kebanyakan kita mungkin belum pernah memiliki pengalaman merasakan kehadiran Allah. Umat Israel pun selama itu hanya melihat kehadiran Allah lewat mukjizat dan tanda-tanda yang diperagakan Musa. Namun kali ini Allah sendiri menyatakan kehadiran-Nya secara langsung.
Kehadiran Allah di gunung Sinai tentu tidak bisa dilihat secara kasat mata karena Dia adalah Roh adanya. Namun kehadiran-Nya ditandai gejala alam seperti yang digambarkan perikop ini yaitu guruh, petir, awan yang pekat, bunyi sangkakala, dan api yang asapnya begitu tebal seperti dari dapur perapian. Nyatalah bagi bangsa Israel sekarang bahwa Allah mereka adalah Allah yang begitu agung dan mulia, begitu tinggi, jauh di atas manusia.
Dengan penyataan yang begitu dahsyat, Allah menunjukkan kehendak-Nya. Pertama, sekali lagi Allah ingin mengajari umat agar tidak sembarangan menghampiri Allah yang Maha Kudus. Kekudusan Allah akan menghanguskan manusia bagai api yang membakar semua kotoran (lih. Kel. 24:17; Ibr. 12:29). Kedua, agar umat menyadari bahwa Allah berdaulat atas alam, juga atas umat manusia. Kesadaran akan hal itu seharusnya membuat umat Tuhan siap mendengarkan firman Tuhan yang akan menjadi pedoman bagi mereka untuk hidup sesuai perjanjian-Nya, sekaligus menikmatinya. Segera sesudah penyataan-Nya ini, Allah langsung mengajarkan Sepuluh Hukum Allah yang menjadi fondasi hidup dan karakter umat Tuhan (Kel. 20:1-17).
Syukur kepada Kristus karena kita dapat menghampiri Allah dengan keberanian iman kita. Namun hendaknya kita datang bukan karena hanya mengharapkan berkat-Nya yang berlimpah. Penyataan-Nya yang dahsyat harus menyadarkan kita bahwa Dia berdaulat atas segala hal dalam hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita menghampiri Dia dengan hati yang tunduk, dengan keterbukaan untuk diajar, dibentuk, dan diutus-Nya menjadi berkat untuk sesama
Pembacaan KELUARAN 20
Hanya Dia Allahku!
Seorang ibu menuntut hak asuh anak kandungnya dari sebuah keluarga yang mengadopsi anaknya. Ketika anak itu diminta memilih siapa orang tua yang ia inginkan, serta-merta anak itu memilih keluarga yang telah mengasuhnya. Ia berkata, "Mereka adalah orang tua sejatiku. Mereka telah mengasihiku, mengasuhku, dan memberikan semua kebutuhan hidupku."
Sepuluh perintah Allah dimulai dengan fakta tindakan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir (ayat 2). Dengan demikian, Ia adalah pemilik sejati umat-Nya. Tuntutan-Nya agar Israel hanya menyembah Dia (ayat 3) adalah tindakan yang selayaknya. Perintah pertama ini memang wewenang Allah dan kewajiban Israel untuk menaatinya. Israel seharusnya berkata, "Engkau adalah Allah kami. Engkaulah pemilik, penebus, dan pembebas hidup kami. Hanya Engkaulah Allah dan tidak ada Allah yang lain lagi."
Perintah agar jangan ada allah lain di hadapan Allah Israel bukan lahir dari teori keesaan Allah (monoteisme) melainkan dari kenyataan bahwa hanya Dialah satu-satunya Allah. Israel sudah menyaksikan fakta ini ketika mereka melihat satu per satu dewa dewi Mesir hancur tidak berdaya menghadapi Allah mereka. Oleh karena itu, Allah berhak menerima ketaatan dan kesetiaan total dari bangsa Israel.
Ada perbedaan prinsip antara penyembahan Allah Israel dengan monoteisme. Monoteisme bukan kebenaran teoritis yang harus dibuktikan dengan berbagai argumentasi logis. Kebenaran monoteis muncul dari penyataan Allah dalam firman-Nya dan pengalaman anak Tuhan bersama Dia. Bagi umat Allah yang sudah mengalami penebusan Yesus dan pembebasan-Nya dari belenggu dosa, tak ada yang lebih pantas daripada menyatakan dan mewujudkan loyalitas tunggal kepada-Nya, satu-satunya Allah dan penyelamat.
Camkan: Menduakan Allah adalah mengingkari karya-Nya dalam hidup kita!
Pembacaan KELUARAN 2
Aturan tentang budak Ibrani.
Di balik peraturan ini tersirat pengalaman Israel ketika menjadi budak bangsa Mesir. Mereka tidak boleh memperlakukan budak dari bangsa mereka sendiri seperti dulu mereka diperlakukan oleh bangsa Mesir. Sebaliknya Israel harus bermurah hati. Budak pria dianggap seperti orang magang, yang sesudah enam tahun mengabdi beroleh kemerdekaannya di tahun ketujuh. Kecuali jika ada yang memutuskan dalam hak kemerdekaannya untuk mengabdi seumur hidup karena mengasihi istri dan anak-anaknya. Perlakuan kepada para budak perempuan memang berbeda. Intinya bukan merendahkan perempuan tetapi memikirkan keperluan nafkahnya baik secara jasmani maupun secara batin.
Citra Allah. Umat Allah harus menjadi citra sifat-sifat Allah sendiri. Perlakuan kepada orang bawahan kita merupakan kesempatan emas untuk kita mencitrakan bagaimana Allah sudah memperlakukan kita. Di dalam gereja sendiri pun ada cukup banyak saudara seiman kita yang tingkat sosialnya lebih rendah dari kita. Apakah anugerah yang kita terima dalam Yesus Kristus sudah menyanggupkan kita untuk memandang dan memperlakukan mereka secara terhormat?
Doa: Ampuni kami Tuhan, sering kami menghargai orang lain dengan terlebih dahulu melihat status sosialnya.
Belajar Keluaran 20
"Bahasa Ibrani : Yare (ketakutan) & Yirah (takut)"
Keluaran 20:20 (TB) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa."
Pada kalimat "jangan takut" yang dipakai adalah"yare". Ini adalah kata yang melukiskan rasa takut (ketakutan) karena ada sesuatu yang mengerikan. Sementara takut yang kedua dipakai di kalimat ini memakai kata "yirah" yang meski punya hubungan dengan yare tapi lebih dipakai untuk takut yang berarti segan dan hormat.
Segan, hormat, dan menyadari bahwa Tuhan adalah Sang Empunya langit dan bumi yang berkuasa atas segalanya, itulah perasaan yang mestinya kita miliki. Ketika kita hormati Tuhan, maka perintah-Nya akan kita hormati dan taati. Namun, jika tidak, itu artinya kita tidak menghormati Tuhan. Tentu kita tak perlu menunggu Tuhan mendemonstrasikan kuasa-Nya di hadapan kita seperti yang dilihat Israel dan membuat kita gemetar ketakutan (yare) hanya supaya kita bisa "yirah" pada-Nya. Tentu tidak perlu kita harus mengalami jajaran Tuhan baru kita mau taat, percaya, dan hormat pada-Nya. Belajar firman Allah pun seharusnya sudah cukup membuat kita "yirah" pada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut -Amsal 14:23
Selamat berkarya dan berjuang tetap semangat. Andalkan Tuhan dalam setiap laku kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 21
"Tuhan Setuju Perbudakan ?"
Keluaran 21:2 (TB) Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa.
Jangan melihat ketetapan Tuhan tentang perbudakan ini sebagai sebuah persetujuan soal perbudakan, sebaliknya kita justru melihat bahwa ketetapan ini merupakan cara Tuhan membela dan memberi perlindungan kepada kaum yang lemah ! Mengapa Tuhan memperhatikan budak ? Karena bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Dia ! Barangkali era perbudakan tidak ada lagi di zaman sekarang ini, meski demikian ketidakadilan terhadap kaum lemah masih saja terjadi di sana sini. Jika Tuhan begitu memperhatikan kaum yang lemah, bagaimana dengan kita sebagai orang percaya ?
Selamat menjalani hidup kita hari. Ya Tuhan berikan hati kami mempunyai rasa empati untuk bisa memperhatikan orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 24
"Bagaimana Menghormati Tuhan" ?
Keluaran 24:11 (TB) Tetapi kepada pemuka-pemuka orang Israel itu tidaklah diulurkan-Nya tangan-Nya; mereka memandang Allah, lalu makan dan minum.
Yang menarik di ayat 11. " Tetapi kepada pemuka-pemuka orang Israel tidaklah diulurkan-Nya tangan-Nya; mereka memandang Allah, lalu makan dan minum". Ketika mereka memandang Allah yang penuh kemuliaan, seharusnya ayat tersebut mencatat ,"Lalu mereka sujud dan berdoa". Namun nyatanya tidak demikian. Mereka justru makan dan minum! Pemuka-pemuka Israel sungguh kelewatan
Ini soal menghormati Tuhan. Kita hidup di zaman kasih karunia justru kerap kurang ajar dengan Tuhan. Konsep memandang Tuhan sebagai Bapa disalahmengerti sehingga kedekatan kita dengan Tuhan membuat kita seenaknya dengan Tuhan. Meski dekat kita harus hormat. Ketika firman Tuhan disampaikan, banyak jemaat asyik dengan ponselnya masing-masing. Ada jemaat yang kasak-kusuk sendiri. Ada yang sibuk melakukan ini itu di saat ibadah berlangsung. Apa bedanya dengan para pemuka Israel yang memandang Allah, lalu makan dan minum ? Sama-sama tidak menghormati Allah, bukan ?
Selamat ibadah jelang Tahun Baru 2023, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 25
"Persembahan Tanpa Paksa"
Keluaran 25:2 (TB) "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu.
Untuk mendirikan Kemah Suci lengkap dengan seluruh perabotnya Tuhan melibatkan umat Israel mendirikannya yaitu dengan cara mempersembahkan kekayaan mereka baik itu emas, perak, tembaga, kain, kulit, minyak rempah-rempah, dsb. Jika mereka melihat dengan perspektif yang benar, maka hal ini tidak dilihat sebagai beban tetapi justru sebagai hak istimewa.
Apakah ini sebuah paksaan? Tidak ! Tuhan tidak menginginkan Kemah Suci lahir dari sebuah paksaan. Karena itu Tuhan memerintahkan Musa untuk memungut persembahan dari setiap orang yang terdorong hatinya (ay.2).
Memberi persembahan harusnya menjadi saat yang penuh sukacita, tapi tidak demikian jika kita melakukannya dengan terpaksa. Jika tidak dipaksa bukankah persembahan yang terkumpul akan sedikit jumlahnya? Ternyata tidak! Persembahan yang didasarkan atas kerelaan hati dan tanpa paksaan hasilnya justru luar biasa. Keluaran 36:6 mengatakan, "Lalu Musa memerintahkan, supaya dimaklumkan di mana-mana di perkemahan itu, demikian: "Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu menjadi persembahan khusus bagi tempat kudus,". Demikian rakyat itu dicegah membawa persembahan lagi. "Hebat, bukan ?
Persembahan haruslah lahir dari dorongan hati, bukan karena paksaan.
Selamat berkarya dan berjuang dengan semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amen
Belajar Keluaran 27
"Haruslah"
Keluaran 27:1 (TB) "Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya.
Dalam Keluaran 26 - 27, pengulangan kata "haruslah" secara terus-menerus menunjukkan bahwa aturan Tuhan ini bersifat mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bangsa Israel diharuskan melakukan persis seperti apa yang diminta Tuhan, tidak ada improvisasi sedikitpun.
Sebagaimana Tuhan memiliki cetak biru dalam pembuatan Kemah Suci & Mezbah Korban Bakaran, demikian juga halnya Tuhan punya rancangan yang indah atas hidup kita. Persoalannya justru apakah kita bersedia hidup dalam rencana Tuhan ? Ataukah sebaliknya kita memilih untuk mengambil jalan hidup kita sendiri.
Ingin rencana Tuhan digenapi secara sempurna dalam hidup kita ? Baiklah kita memutuskan untuk hidup dalam ketaatan secara mutlak dan total terhadap Firman-Nya. Kata "haruslah" bukan berarti Tuhan hendak membatasi kehendak kita, tapi justru agar kita mendapatkan kehidupan terbaik yang Dia persiapkan bagi kita.
Selamat berjuang dalam menjalani kehidupan ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 28
"Tuhan sendiri Desainernya !"
Keluaran 28:4 (TB) Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku.
Membaca Keluaran 28 ini menunjukkan kepada kita bahwa baju imam yang dipakai oleh imam di Israel turun-temurun adalah karya rancangan Tuhan sendiri. Jadi, baju imam ini sangatlah luar biasa. Dirancang oleh Tuhan sendiri dan masih ditambah Tuhan memenuhi orang-orang ahli itu dengan roh keahlian (ay. 3).
Mengapa Tuhan sampai sebegitu telitinya soal baju imam? Karena jabatan imam sangatlah penting di mata Tuhan ! Karena jabatan imam itu penting, setiap imam yang bertugas tidak boleh sembarang. Jika mereka sembrono dalam menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, bisa-bisa mereka mati ( ay. 43).
Dalam tradisi gereja masa kini, posisi imam merujuk para rohaniawan gereja, entah itu pastur, dewan gereja, pendeta, majelis, penatua, dsb. Mereka ini yang menjalankan fungsi dan tugas keagamaan, baik dalam menyampaikan pesan Tuhan maupun membawa umat Tuhan kepada Kristus. Karena itu, menjadi imam bukan hanya posisi atau jabatan belaka, melainkan sebuah panggilan khusus untuk melayani Tuhan. Biarlah ini menyadarkan bahwa kita tidak boleh sembarang dan asal-asalan di dalam melayani Tuhan, sebaliknya kita akan melakukan yang terbaik dalam tugas pelayanan kita.
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar Keluaran 29
"Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia"
Keluaran 29:36 (TB) Tiap-tiap hari haruslah engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa untuk mengadakan pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan mengadakan pendamaian baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk menguduskannya.
Kristus, Anak Domba Allah, mati karena menggantikan kita. Kita seharusnya dihukum, tapi korban Kristus membebaskan kita dari hukuman. Kita harusnya terkutuk, tapi kini dibenarkan. Semua dosa kita ditimpakan kepada Kristus yang tergantung di atas kayu salib. Anak domba Allah telah menjadi korban pendamaian bagi kita. Bukankah ini merupakan alasan yang lebih dari cukup untuk mengucap syukur atas pengorbanan Kristus bagi kita ? Bukankah ini alasan yang lebih dari cukup untuk mengucap syukur atas pengorbanan Kristus bagi kita?? Bukankah ini alasan yang lebih dari cukup untuk kita memberikan hidup bagi Allah. Ya, Kristus telah mati bagi kita, marilah kita hidup bagi Allah.
Domba jantan yang disembelih itu merupakan topologi Kristus yang menjadi korban pendamaian bagi kita.
Selamat berkarya dan berjuang untuk hidup kita hari ini. Tetep semangat dan jangan lupa jaga kesehatan rohani dan jasmani kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin 🙏🏻
Belajar Keluaran 30
"Di Gereja Ada Pajak"
Keluaran 30:12 (TB) "Apabila engkau menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu.
Kita tentu tidak asing dengan bagaimana Yesus membayar bea untuk Bait Allah. Bea Bait Allah ini dipungut setahun sekali terhadap lelaki berumur di atas dua puluh tahun untuk digunakan sebagai biaya pemeliharaan Bait Allah (Mat. 17:24-27). Pada zaman Musa, bea Bait Allah ini disebut uang pendamaian (ay.12). Dikenakan kepada orang Israel yang berumur dua puluh tahun ke atas, dengan jumlah setengah syikal. Tujuannya pun jelas, yaitu untuk penyelenggaraan ibadah dalam Kemah Pertemuan (ay. 16).
Mengapa kita memberikan persembahan di rumah Tuhan ? Sebagaimana penyelenggaraan ibadah di Jemah Pertemuan membutuhkan uang, demikian juga penyelenggaraan ibadah di gereja. Bukankah wajar jika gereja membutuhkan dana untuk kelangsungan pekerjaan Tuhan. Bukankah kita sebagai jemaat secara tidak langsung juga memakai dan menikmati sarana dan prasarana yang dipakai dalam penyelenggaraan ibadah ?
Berilah persembahan dengan sukacita, bukan menganggapnya seperti pajak yang membebani kita.
Selamat berkarya dan terus bersandar kepada Allah. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar Keluaran 31
"Tempat Istimewa"
Keluaran 31:18 (TB) Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.
Pada saat Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa pertama kali di gunung Horeb; disebut juga sebagai gunung Sinai, Allah menyuruh Musa melepaskan kasutnya, karena tempat yang diinjak Musa adalah Kudus. Ya kekudusan inilah yang menjadikan gunung Sinai begitu istimewa dibandingkan gunung yang lain. Kisah inilah salah satu bukti bahwa Allah begitu mencintai kekudusan. Bagi Allah kekudusan itu adalah hal penting dan tidak bisa dikompromikan. Kekudusan mendatangkan hadirat Allah dalam kehidupan kita. Kekudusan mendatangkan berkat, kekudusan membuat hati Tuhan berkenan kepada umat-Nya. Melalui renungan hari ini, mari kita sama-sama introspeksi apakah kita sudah menjaga hidup kudus di hadapan Allah, sehingga hadirat Allah begitu nyata dalam kehidupan kita ?
Selamat menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin