1 Samuel 10:1 (TB) Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri:
Kemarin kita membaca bagaimana Saul bisa dibilang representasi dari keadaan Israel waktu itu. Di luar segala kekurangan dan kelebihan by Saul, hari ini kita bisa melihat bagaimana Tuhan tetap mempersiapkan rohani Saul, mengubah hatinya seperti melalui peristiwa ia kepenuhan Roh Allah. Melalui Samuel, Tuhan juga mengurapi Saul. Inilah tanda bahwa sekalipun saat ini Israel memiliki raja manusia sebagai pemimpin mereka, tapi tetap saja Tuhanlah yang ada di atasnya dan lebih berkuasa serta menentukan arah hidup mereka.
Melalui perenungan hari ini kita diingatkan seorang pemimpin adalah alat Tuhan. Mereka juga harus dihormati, tapi tidak dihormati dan dikultuskan hingga melebihi atau menyamai Tuhan. Kita harus sadar seorang pemimpin pun bisa salah. Jika mulai menyimpang, baiklah kita bisa mengingatkan atau minimal berdoa agar Tuhan meluruskan kembali jalan mereka.
Selamat berkarya, tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
1 Samuel 11:6 (TB) Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.
Dari mana Saul yang rendah diri tiba-tiba menjadi pemimpin yang bisa menggalang kekuatan seluruh Israel. Ayat 6 mencatat itu terjadi ketika Roh Allah berkuasa atasnya. Jika kita memiliki haters, baik di tempat kerja, di lingkungan, bahkan di gereja dan di keluarga? Ada orang-orang entah kenapa sangat membenci dan selalu berharap gagal atau melakukan kesalahan-kesalahan. Alih-alih menghabiskan energi meladeni mereka, serahkanlah setiap langkah hidup kita pada Tuhan sehingga kita pun bisa dipakai-Nya untuk melakukan tindakan nyata yang positif dimana pun kita berada.
Selamat berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
1 Samuel 12:20 (TB) Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: "Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.
Sebagai pemimpin Samuel tidak hanya menasehati atau memberi perintah kepada umat Israel saja. Tetapi ia pun sudah melakukan sebelum nasihat itu diberikan kepada bangsa Israel. Bahkan dalam perikop ini bangsa Israel mengakui bahwa dalam hal apa pun Samuel tidak pernah membuat kesalahan terhadap mereka (1 Sam.12:4). Hal ini membuktikan bahwa, selama menjadi pemimpin, Samuel sudah memberikan teladan yang baik kepada bangsa Israel.
Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah anugerah yang tidak bisa diperoleh dengan mudah. Jika seseorang telah dipilih menjadi seorang pemimpin berarti ia bertanggung jawab atas atas apa pun yang sudah dipercayakan kepadanya, termasuk bertanggung-jawab atas orang-orang yang telah dipimpinnya. Lalu bagaimana Samuel memiliki kepemimpinan yang sangat kuat ? Karena Samuel bergantung penuh kepada Tuhan. Samuel adalah pemimpin yang bersedia dipimpin Tuhan. Apapun tanggung jawab yang sedang kita pikul hari ini, mari serahkan kepada Tuhan, karena hanya Allah yang mampu membuat kita bisa melakukan tanggung jawab kita.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Dan terus bersandar kepada Allah dalam setiap pergumulan kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 14 (hari ke 250)
Faktor keturunan tidak mutlak.
Pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", ternyata tidak terjadi pada Yonatan. Ia tidak begitu saja mengikuti jejak ayahnya atau membela ayahnya secara membabi buta. Meski sudah ditolak Tuhan, Saul masih berupaya meneruskan perjuangan. Andalan utamanya, kira-kira enam ratus orang yang masih setia mengikuti dia. Ternyata yang akhirnya sungguh maju dan berhasil membuyarkan serangan Filistin adalah Yonatan. Yonatan menang bukan karena mengandalkan pasukannya tetapi karena Tuhan (ayat 6).
Sumber kemenangan. Meskipun telah mengambil prakarsa untuk melawan Filistin, Yonatan masih menanti tanda dari Tuhan bahwa ia memang harus maju berperang. Tanda itu ternyata diberi. Tahap demi tahap Yonatan beroleh kemenangan. Dengan cara itu Tuhan mengajar Saul apabila orang taat kepada Tuhan, ia akan mengalami perbuatan Tuhan yang ajaib. Penyertaan Tuhan atas Yonatan itu sekaligus tindakan Tuhan mempermalukan Saul.
Renungkan: Orang yang tidak bersedia dipimpin Tuhan, akan menjalani waktu hidup yang sia-sia. Orang yang bersedia dipimpin Tuhan, akan menjalani hidup yang penuh makna.
Doa: Kiranya karsa dan karya kami didasari iman dan ditujukan untuk memuliakan Nama-Mu.
Pembacaan 1 Samuel 15 (hari ke 251)
Ketidaktaatan seringkali muncul karena melupakan anugerah, lupa bahwa apa yang kita miliki itu berasal dari kasih karunia bukan karena kelayakan, apalagi jasa pribadi. Akibatnya, kita merasa diri tidak berhutang budi, dan tak jarang menganggap sepele Tuhan, Sang Pemberi Anugerah.
Samuel mengingatkan Saul, bahwa kedudukan sebagai raja merupakan anugerah yang harus dibarengi tanggung jawab. Sayang sekali, Saul melupakan anugerah. Ia bertindak menurut kepentingannya sendiri. Jawaban Saul yang terkesan rohani (ayat 20-21), dibantah Samuel. Samuel menunjukkan bahwa sikap rohani bukan hanya berupa kepatuhan pada kegiatan ritual, melainkan ketaatan melakukan firman Tuhan (ayat 22). Ketidaktaatan adalah sikap durhaka yang sama berat dengan dosa penyembahan berhala (ayat 23).
Serius sekali tuduhan Samuel kepada Saul: menolak firman Tuhan sama dengan menduakan Dia. Perhatikan respons Saul yang kontradiktif. Pertama, ia mengaku takut terhadap rakyat (ayat 24) sehingga melanggar firman Tuhan. Padahal sebenarnya rakyat takut dan patuh pada dia (lih. 1Sam. 14:24). Jadi alasan takutnya hanya dicari-cari. Kedua, ia mengaku berdosa di hadapan Tuhan (ayat 25), tetapi tidak mau kehilangan muka di hadapan rakyat (ayat 30). Bagi Saul, harga diri lebih penting daripada menaati Tuhan. Sikap "jaim" (jaga imej; bahasa populer remaja) ini menunjukkan bahwa jabatan telah menjadi berhala. Ia, 'menurunkan' Tuhan dari takhta semestinya.
Menjadi pemimpin yang arogan, merasa banyak jasa, merasa tak pernah bersalah, adalah tanda-tanda orang yang lupa anugerah. Bahasanya yang rohaninya adalah kamuflase untuk menutupi motivasi yang sebenarnya. Sikap merendah yang dia tunjukkan adalah kemunafikan untuk menyelubungi ambisi pribadinya. Pemimpin seperti itu tak mungkin membawa umat semakin dekat Tuhan. Ia malah memperalat mereka untuk kepentingan pribadinya. Betapa jahatnya pemimpin seperti ini. Jangan jadi pemimpin demikian dan jangan juga memilih orang seperti itu untuk jadi pemimpin.
Pembacaan 1 Samuel 16 (hari ke 252)
Tafsiran :
Awal kisah Daud sangat berbeda dengan Saul. Saul dicatat sebagai pemuda berwajah paling ganteng dan bertubuh paling tinggi di Israel. Walaupun ia seorang pemalu, ia adalah seorang yang sempurna secara fisik dan penampilan. Tidak ada yang meragukan kemampuannya untuk menjadi raja atas Israel, kecuali beberapa orang berandal. Tidak demikian dengan Daud. Bahkan ayahnya sendiri pun berpikir ia tidak cukup layak untuk menjadi raja. Ia dipandang terlalu muda dan tidak siap terlibat dalam kegiatan militer. Apalagi kalau dibandingkan dengan kakak-kakaknya ia sama sekali tidak memiliki penampilan yang meyakinkan untuk menjadi seorang raja.
Samuel sendiri tak luput dari kealpaan manusiawi ini. Ia terkesan pada pandangan pertama saat melihat Eliab, kakak tertua Daud. Akan tetapi Tuhan langsung menegurnya bahwa kriteria yang Tuhan pakai bukanlah kriteria yang manusia pakai. "Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati" (7). Daud memang bukan kandidat pertama yang akan terlintas dalam benak banyak orang ketika mereka hendak memilih raja. Hanya saja, apa yang baik di mata manusia belum tentu berkenan kepada Tuhan. Dari seorang pemimpin, Tuhan menghendaki kehidupan yang berintegritas dan dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ia tidak menuntut kehidupan yang sempurna. Yang dikehendaki Tuhan ialah hati yang siap diajar dan mengutamakan Tuhan di atas kekuasaan dan gengsi pribadi.
Israel telah mengalami hidup di bawah pimpinan seorang raja yang mengagumkan secara fisik, tetapi begitu memperoleh kekuasaan ternyata lebih mementingkan diri sendiri daripada Tuhan. Kini dengan Daud, Tuhan akan membawa Israel kepada babak berikutnya dalam kehidupan bersama-Nya.
Dalam mengikut Tuhan, baiklah kesalahan yang dibuat Saul dan kriteria pemilihan Daud menjadi pelajaran yang serius bagi kita. Yaitu, bahwa hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah hidup yang mengandalkan Dia, peka terhadap tuntunan-Nya, dan siap untuk bertobat setiap saat Ia menegur.
Pembacaan 1 Samuel 17
Tafsiran :
Daud bukan sekadar mengucapkan gertak sambal. Daud sungguh melakukan tindakan yang luar biasa berani. Ia maju menghadapi Goliat hanya dengan bersenjatakan tongkat, lima batu licin yang diambilnya dari dasar sungai, kantung gembala dan umban (ayat 40). Tentu saja baik pihak kawan maupun lawan tercengang dan terkejut oleh keberanian yang lugu ini. Tindakannya itu tidak layaknya orang berperang yang mengenakan baju perang yaitu baju zirah dan ketopong tembaga serta perlengkapan serba hebat. Apalagi kalau kita pertimbangkan bahwa musuh yang ingin coba dilawan Daud ini bukan prajurit sembarangan. Goliat adalah raksasa maha perkasa. Tindakan Daud ini tidak sama dengan naif, bodoh, konyol, tetapi tindakan iman yang dalam pertimbangan tanpa iman cenderung dianggap lugu.
Maju dalam nama siapa? Sekilas membaca penuturan kisah ini sudah terbaca oleh kita bahwa konflik yang harus dihadapi Daud (baca Israel) melawan Goliat (baca Filistin) sangat tidak imbang. Dalam situasi demikian jelaslah bahwa konflik atau perkelahian itu bukan lagi terjadi di dalam lingkup fisik tetapi di dalam lingkup jiwani dan rohani. Goliat pun sebenarnya adalah bom perang syaraf yang dilemparkan orang Filistin terhadap Israel. Sosok tubuhnya dan sesumbarnya adalah senjata yang efektif mencabut nyali Israel. Daud tahu benar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel (ayat 45). Karena itu Daud maju dengan senjata rohani, dengan iman. Akibatnya luar biasa. Tuhan melakukan hal yang di luar perhitungan. Daud menang. Kemenangan iman, kemenangan Tuhan!
Renungkan: Untuk tujuan apa sebenarnya Kristus datang ke dunia ini dan mati disalib?
Doa: Bimbinglah aku menjalani proses pembentukan yang membuatku makin mengenal diriMu, makin teguh iman, agar realitaMu nyata dalam hidupku.
Hari ke 254 pembacaan 1 Samuel 18
Tafsiran :
Kita masih terus mengikuti kisah Saul dan Daud. Saul membenci Daud karena menurut anggapannya, Daud begitu bernafsu merebut takhtanya. Saul sama sekali belum mengetahui bahwa Daud telah diurapi Samuel secara diam-diam (ayat 16:13), dan dengan demikian ia juga tidak mengetahui bahwa Tuhan ingin agar Daud menggantikannya sebagai raja. Namun demikian, dari peristiwa demi peristiwa, terungkaplah situasi yang sebenarnya, sebab Saul akhirnya menyadari bahwa Tuhan beserta dengan Daud. Peristiwa- peristiwa apakah yang dimaksud?
Pertama, Saul akan memberikan Merab sebagai isteri Daud. Dikatakan bahwa Merab akan diberikan kepada Daud (ayat 17) sebagai upaya Saul agar Daud nantinya mati terbunuh dalam perang melawan orang Filistin. Namun, akhirnya Saul tidak jadi memberikan Merab kepada Daud. Terlihatlah jelas bahwa rencana Saul belum matang.
Kedua, Saul akan memberikan Mikhal kepada Daud (ayat 20). Kali ini Mikhal memang jatuh cinta kepada Daud. Saul menyodorkan tawarannya: Daud boleh menjadi menantunya dan menuntut mas kawin 100 kulit khatan orang Filistin. Idenya sederhana: Daud dianggap tidak mampu dan kemungkinan besar akan mati di pertempuran. Saul lupa bahwa Daud begitu berani dan cerdas. Sebelum tenggat waktu pengumpulan kulit khatan itu, Daud telah membawa dua kali lipatnya. Saul menyadari bahwa memang Tuhan menyertai Daud (ayat 28), dan ia mengakui bahwa kekuasaan dan popularitasnya mulai bocor.
Terakhir, Daud disebutkan sebagai panglima yang paling berhasil menaklukkan orang-orang Filistin dibandingkan para pegawainya yang lain. Saul makin takut dan Daud makin populer.
Renungkan: Lakukan pekerjaan Anda dengan taat dan setia, meskipun di tengah- tengah situasi yang sangat tidak ideal. Kesuksesan Anda bisa jadi merupakan alat kesaksian untuk menyatakan bahwa Allah yang hidup menyertai Anda.
Belajar 1 Samuel 13
"Menunggu"
1 Samuel 13:9 (TB) Sebab itu Saul berkata: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Lalu ia mempersembahkan korban bakaran.
Tuhan secara khusus telah memerintahkan Saul tinggal di Gilgal menantikan kedatangan Samuel yang akan mempersembahkan korban dan memberikan pengarahan (1 Samuel 10:8). Allah menguji ketaatan Saul dengan cara sengaja menunda kedatangan Samuel sampai melewati tujuh hari yang disetujui. Perasaan putus asa (1 Samuel 13:8) dan sombong (1 Samuel 13:9). Saul sendiri langsung mempersembahkan korban, jelas ini bertentangan dengan firman Allah. Ketidaktaatan Saul terhadap ketetapan Tuhan membuat Tuhan memindahkan kerajaannya kepada orang lain.
Kita kerap diperhadapkan dengan situasi di mana kita harus menunggu. Menunggu mendapatkan sebuah pekerjaan, menunggu Tuhan memulihkan keluarga, menunggu Allah memberikan pasangan hidup yang sepadan dan hal-hal berharga lainnya. Sering kali kita merasa di titik jenuh dan rasanya ingin sekalipun menyerah. Kita bahkan berusaha melakukannya dengan cara kita sendiri, dengan tujuan semua cepat selesai. Sekalipun menunggu bukan sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, tetapi melalui bacaan Alkitab hari ini, Tuhan mengajarkan kita untuk sabar dalam menunggu waktu Tuhan. Jangan mengambil alih waktu Tuhan. Biarkan Tuhan menjawab menurut waktu-Nya, belajar sabar dalam menunggu.
Selamat menjalankan tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. Terus setia menunggu waktu-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 14
"Iman dan Kuasa Tuhan"
1 Samuel 14:6 (TB) Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang."
Meski lemah dalam hal persenjataan, tapi bangsa Israel punya Yonatan yang memiliki keberanian yang mengagumkan. Hanya ditemani pembawa senjatanya, Yonatan berani menyebrangi daerah musuh. Dari mana keberanian itu muncul ? Dari imannya kepada Tuhan! Yonatan yakin bahwa Tuhan akan bertindak baginya. Yonatan juga yakin bahwa Tuhan bisa menolongnya, baik dengan orang banyak atau sedikit orang (ay.6). Yonatan tidak hanya mengalahkan orang Filistin secara fisik, tapi juga sudah membuat mental mereka jatuh.
"Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang." (ay.6). Iman Yonatan perlu kita teladani. Sebab kerap kali iman kita tidak murni berdasarkan kepercayaan kita kepada Tuhan, melainkan sudah dipengaruhi oleh besar kecilnya masalah dan besar kecilnya sumber daya yang kita miliki untuk mengatasi masalah itu. Padahal kuasa Tuhan tidak pernah dibatasi oleh besar kecilnya masalah. Pertolongan Tuhan sama sekali tidak tergantung pada kita. Bahkan ketika kita tidak memiliki "senjata" apa-apa, Tuhan tetap bisa memberikan kemenangan kepada kita. Kemenangan ditentukan oleh Tuhan, bukan kita.
Selamat berkarya dan terus andalkan Tuhan dalam setiap perkara yang ada dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 15
"Ketaatan itu Mutlak"
1 Samuel 15:23 (TB) Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Dalam kehidupan ini sering kali kita diperhadapkan pada situasi yang mirip dengan Saul. Apakah kita memilih melakukan kehendak Tuhan ataukah kita memilih untuk melakukan kehendak diri sendiri menurut kalkulasi kita akan banyak mendatangkan keuntungan. Demi mendapatkan keuntungan secara lahiriah, tak jarang kita memilih untuk mengabaikan perintah Tuhan. Kita mulai kompromi dengan dosa. Bahkan, kita berusaha untuk berdalih dan melakukan berbagai macam pembenaran supaya Tuhan bisa memaklumi apa yang kita lakukan. Seolah kita lupa bahwa ketaatan kepada perintah Tuhan tidak bisa dikompromikan dengan apapun juga. Ingat, ketidaktaatan adalah dosa yang sangat serius di hadapan Tuhan, bahkan disamakan dengan dosa bertenun.
Marilah kita menjaga relasi dengan Tuhan dan sesama dengan ketaatan kepada Tuhan. Selamat berkarya dan berjuang. Tetap semangat dan terus bersyukur. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 16
"Tuhan Menyuruh Berdusta?"
1 Samuel 16:2 (TB) Tetapi Samuel berkata: "Bagaimana mungkin aku pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku." Firman TUHAN: "Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN.
Ayat ini kerap menjadi polemik. Terkesan Tuhan menyuruh Samuel untuk berdusta. Benarkah Tuhan menyetujui kebohongan untuk kasus-kasus tertentu? Tentu saja tidak ! Tuhan tidak pernah kompromi dengan dosa. Dalam kisah ini, apa yang dilakukan Samuel bukanlah dusta. Sebab, sekalipun Samuel datang dengan tujuan untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja, tapi ia juga datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Samuel tidak diperintahkan untuk berdusta, tapi untuk mengatakan sebagian dari kebenaran.
Intinya, jangan gunakan ayat-ayat Alkitab untuk melegalkan dosa ! Kisah 1 Samuel 16 ini kerap dipakai orang Kristen untuk membenarkan dusta mereka. Beberapa orang bahkan berkomentar bahwa apa yang dilakukan Samuel itu merupakan dosa putih. Bohong tidak banget-banget. Ini jelas cara pandang yang keliru. Sesungguhnya Tuhan melihat hati. Jika niat hati kita untuk berdusta maka apapun dalih, alasan, dan pembenaran yang kita lakukan, tetap saja hal itu menjadi berdosa di hadapan Tuhan. Cerdiklah seperti ular, namun memiliki hati yang tulus seperti merpati.
Selamat menikmati libur akhir pekan & Selamat mempersiapkan ibadah hari Minggu bersama keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 17
"Jadilah Diri Sendiri"
1 Samuel 17:39 (TB) Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.
Daud tidak ikut-ikutan. Goliat yang akan dihadapinya mengenakan baju perang dengan perlengkapan perang yang komplit. Demikian juga Saul mengenakan baju perang setiap kali turun ke medan peperangan. Namun Daud memilih untuk tidak ikut-ikutan. Daud memilih untuk menjadi dirinya apa adanya. Ia sangat menyadari apa yang cocok bagi Saul, belum tentu cocok bagi dirinya.
Mengapa kita kalah ? Karena kita tidak menemukan kekuatan kita, tapi kita memilih untuk ikut-ikutan seperti yang dilakukan oleh orang lain.
Marilah kita belajar menggali kekuatan diri kita dan jadilah kita apa adanya. Apa yang cocok bagi Saul belum tentu cocok bagi Daud. Apa yang cocok bagi orang lain, belum tentu cocok bagi kita. Tidak perlu iri dengan kelebihan orang lain. Sebab pada dasarnya setiap orang punya kelebihan dan kekurangan.
Jadilah diri sendiri. Apa yang cocok bagi orang lain, belum tentu cocok bagi kita.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 18
"Karena Tuhan Menyertai"
1 Samuel 18:14 (TB) Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia.
Karena Tuhan menyertai ! Dalam pasal kita menemukan paling tidak 3 kali frasa "Tuhan menyertai Daud". Ini menjadi inti sekaligus kunci keberhasilan Daud. Harus diakui, Daud memang hebat hebat dalam peperangan, Daud sangat berani, Daud penuh semangat, Daud penuh juga memiliki banyak kelebihan. Namun, semua pencapaian Daud yang mengagumkan disebabkan karena Tuhan menyertai ! Tanpa penyertaan Tuhan, Daud tidak mungkin bisa berhasil dalam segala hal yang dilakukannya.
Jadilah berhasil ! Bukan karena kehebatan kita, tapi karena Tuhan menyertai kita. Jika Tuhan menyertai, itu adalah jaminan yang lebih dari cukup untuk membawa kita hidup berhasil dan berkemenangan.
Jika Tuhan menyertai, jangan pernah takut dengan apapun juga, sebab yang menyertai kita lebih banyak jumlahnya dibandingkan oleh mereka (2 Raj. 6:16). Apakah kita hari ini kita sedang diperhadapkan dengan pergumulan dan tantangan hidup ? Jangan takut, selama Tuhan menyertai kita. Karena itu, rindukan penyertaan Tuhan lebih daripada yang lain. Dia satu-satunya yang kita andalkan dan layak untuk kita percayai.
Selamat berkarya dan terus andalkan Tuhan dalam setiap perkara dalam hidup kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 19 (hari ke 255)
Tafsiran :
Bagaimana Tuhan melindungi Daud dari ancaman dan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Saul? Dua kali Raja Saul coba menombak Daud (1Sam. 18:10-11; 19:9-10) dan tiga kali dengan mengutus para tentara untuk membunuh Daud (1Sam. 19:20-21). Semuanya gagal!
Allah memelihara Daud melalui kedua anak Saul yang mengasihi dia, yaitu Yonatan dan Mikhal. Keduanya mengasihi Daud dengan kasih yang berbeda. Yonatan mengasihi Daud dengan kasih persaudaraan, Mikhal mengasihi Daud dengan kasih asmara. Mereka berdua mendapat peran penting dari Tuhan untuk melindungi orang yang mereka kasihi. Keduanya menyatakan ketulusan cinta dengan membela Daud dari ketidakadilan ayah mereka. Peran mereka bukan tidak berisiko. Yang mereka hadapi bukan semata ayah, melainkan raja yang memiliki kedaulatan dan kuasa. Mikhal harus menerima kata-kata kasar Saul yang marah besar karena ia membiarkan Daud lari (1Sam. 19:17). Sedangkan Yonatan, karena selalu membela Daud di depan sang ayah (1Sam. 19:4-5; 20:32), jadi dimarahi bahkan sempat ditombak (1Sam. 20:33). Kasihlah yang menyebabkan Yonatan dan Mikhal melindungi Daud. Namun kita belajar juga bahwa mereka tidak membalas kemarahan ayah mereka dengan sikap kasar karena mereka mengasihi dan menghormati dia. Sikap kasih dan hormat yang patut kita teladani. Selanjutnya Tuhan juga memelihara Daud dengan perantaraan Samuel dan kelompok nabi pengikutnya.
Di mana kita bisa menemukan kasih sejati? Kasih yang tidak bisa diam melihat kejahatan dan ketidakadilan merajalela? Kasih yang tulus dan berani membela orang yang dikasihi walau harus menghadapi akibatnya? Kasih yang penuh pengorbanan seperti itu telah diwujudkan oleh Kristus dalam kematian-Nya di salib. Kasih yang meraih orang-orang yang tidak layak dikasihi. Hanya mereka yang sudah mengalami kasih salib Kristus yang mampu untuk menyatakan kasih Ilahi tersebut.
Belajar 1 Samuel 19
"Ketika Jerat Jadi Berkat"
1 Samuel 19:12 (TB) Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri dan luputlah ia.
Tuhan bisa memakai siapa saja untuk melindungi Daud dari rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Saul. Mengetahui apa yang hendak dilakukan Saul, ayahnya, maka Mikhal istri Daud memberi tahu Daud agar segera meluputkan diri. Terlihat dengan jelas bahwa anak perempuannya sendiri lebih memihak kepada Daud daripada kepada Saul.
Padahal tadinya Saul memberikan Mikhal untuk menjadi istri Daud dengan tujuan agar Daud mati di tangan orang-orang Filistin karena mas kawin yang diminta Saul adalah 100 kulit khatan orang Filistin ( 1Sam.18:25 ). Namun, Mikhal yang dijadikan "jerat" oleh Saul malah dipakai Tuhan untuk menggagalkan pembunuhan atas Daud ! Senjata makan tuan !
Apa makna rohaninya bagi kita? Manusia bisa saja mereka-rekakan yang buruk, namun Tuhan bisa memakai untuk menyatakan kebaikan kepada kita. Yusuf juga mengalami hal itu. Kita mungkin saja mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil dari orang-orang di sekeliling kita. Bahkan, mereka sudah memasang jerat di sana sini untuk menjatuhkan kita. Namun demikian percayalah bahwa Tuhan akan meluputkan kita. Kalaupun sepertinya jerat itu berhasil membuat kita jatuh, percayalah bahwa Tuhan sanggup memulihkan keadaan kita dan memakai hal-hal buruk itu sebagai bagian rencana-Nya yang indah dalam hidup kita.
Selamat ibadah hari Minggu ke gereja, jangan lupa untuk selalu bersyukur walau kita ada dalam suka maupun duka. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 20
"Menaklukkan Kehendak Diri"
1 Samuel 20:4 (TB) Yonatan berkata kepada Daud: "Apa pun kehendak hatimu, aku akan melakukannya bagimu."
Apa yang membuat Yonatan justru memihak kepada Daud dan membantunya melarikan diri ? Yonatan belajar menaklukkan ambisi, kepentingan diri sendiri, kehendak diri sendiri kepada Tuhan. Yonatan tahu bahwa Daud adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja Israel, karena itu ia bahkan mohon kepada Daud agar jangan sampai memutuskan kasih setianya terhadap keturunannya sampai selamanya.
Melalui Firman Tuhan hari ini kita belajar bagaimana menaklukan ambisi dan kehendak diri sendiri kepada kehendak Allah. Memang tidak mudah, tapi sesungguhnya itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Akhir kehidupan Yonatan pun indah. Meski mati dalam pertempuran, namun Yonatan dicatat sebagai pahlawan Israel. Keturunan Yonatan pun akhirnya dipelihara Tuhan begitu rupa sebab Daud menunjukkan kasih setianya kepada keturunannya.
Selamat menikmati anugerah kehidupan untuk hari ini. Ucapankan syukur kepada Allah yang terus menerus memelihara hidup kita dengan berbuat bakti kepada Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 21
"Ketika Tuhan Menempa"
1 Samuel 21:13 (TB) Sebab itu ia berlaku seperti orang yang sakit ingatan di depan mata mereka dan berbuat pura-pura gila di dekat mereka; ia menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya.
Dalam pasal ini ada dua peristiwa yang menunjukkan betapa beratnya pergumulan Daud dalam pelarian.
▪︎Peristiwa pertama Daud berbohong kepada imam Abimelekh agar kedatangannya tidak dicurigai dan agar ia mendapatkan makanan. Daud tidak pernah menyangka bahwa kebohongannya itu jadi bencana bagi keluarga Abimelekh, sebab akhirnya keluarga Abimelekh di bantai oleh Saul (1Sam. 22). Ini menjadi pelajaran penting bagi Daud dan bagi kita semua. Dalam situasi sesulit apapun, jangan sampai kita berbohong (berdosa), melainkan kita bersandar kepada Tuhan. Bukankah tanpa harus berbohong, Tuhan sanggup menolong dan meluputkan Daud?
▪︎Peristiwa kedua lebih berat lagi. Supaya selamat dari raja kota Gad, Daud harus berpura-pura gila di depan banyak orang. Seorang pahlawan Israel yang pernah dielu-elukan di seantero negeri, kini harus berpura-pura gila demi menyelamatkan nyawanya ! Dalam kisah ini kita belajar satu perkara, Tuhan tidak memberikan kemudahan untuk melenggang ke istana, sebaliknya Tuhan melatih dan menempa Daud sedemikian rupa sehingga benar-benar memiliki kepribadian dan karakter yang teruji. Kelak benar-benar terlihat, raja mengalami tempaan dan proses sedemikian rupa, ternyata memiliki kualitas yang mengagumkan. Daud menjadi raja terbesar dalam sejarah Israel.
Selamat berlibur sambil berkarya dan berjuang, teruslah bersyukur, semangat dan andalkan Tuhan dalam setiap proses kehidupan yang Tuhan izinkan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 20 (hari ke 256)
Tafsiran :
Kasih Yonatan penuh kerelaan dan pengorbanan. Ia rela membela Daud di hadapan Saul (ayat 28, 29), meskipun tindakannya ini membahayakan dirinya (ayat 30). Kasih yang diwujudkan dan dikembangkan Yonatan ini, mengingatkan kita akan kasih Kristus. Kasih yang memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah. Kasih yang terwujud lewat pertarungan melawan maut. Kasih yang rela berkorban demi manusia yang dikasihi-Nya. Kasih yang akhirnya keluar sebagai pemenang! Kasih seperti inilah yang harus diteladani dan dikembangkan dalam kehidupan bersama dengan sesama kita pada masa kini.
Tetap satu di dalam Tuhan. Keadaan situasi dan kondisi memaksa Yonatan dan Daud berpisah. Yonatan kembali meneruskan tugasnya sehari-hari. Daud meneruskan perjalanan dan perjuangannya sesuai arahan Tuhan. Namun mereka tetap yakin bahwa Tuhan ada di antara mereka (ayat 42). Tuhan selalu hadir di tengah-tengah kehidupan setiap orang yang mempersilahkan dan menyediakan tempat bagi-Nya. Keyakinan semacam itu tidak dapat dipisahkan oleh perpisahan karena jarak.
Doa: Ya Tuhan, ajarlah kami bersehati dengan semua orang seiman tanpa memandang batas-batas yang diciptakan dunia.
Belajar 1 Samuel 22
"Gelapnya Mata Hati"
1 Samuel 22:16 (TB) Tetapi raja berkata: "Engkau mesti dibunuh, Ahimelekh, engkau dan seluruh keluargamu."
Dalam pasa 22, kegilaan Saul sudah mencapai puncaknya. Siapapun yang pro Daud, akan dibabat habis. Imam Ahimelekh dan imam-imam lain di Nob pun dibantai oleh Saul. Tercatat 85 orang imam dibunuh secara kejam oleh Saul. Kegilaan Saul tidak berhenti di situ saja, sebab seluruh penduduk Nob, tidak peduli laki-laki atau perempuan, kanak-kanak sampai anak menyusu, bahkan seluruh ternak dibunuh oleh Saul ( ay. 18-19).
Jika mata hati terang, maka teranglah seluruh tindakan kita. Namun jika mata hati kita gelap, jahatlah seluruh perbuatan kita. Ketika kebencian menguasai hati kita, saat itu juga mata hati kita menjadi gelap sehingga tindakan kita di luar nalar. Firman Tuhan dalam Amsal 4:23 mengatakan, "Jagalah dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan", Ya dengan menjaga hati maka kehidupan kita akan lurus di hadapan Tuhan. Apakah hari-hari ini kita sedang mengalami problem hati ? Entahlah itu kebencian, kepahitan, dendam, iri hati, kemarahan, dan luka hati yang belum terselesaikan ? Segera bereskan di hadapan Tuhan! Jika kita tidak membereskannya, maka kita pun bisa bertindak dengan sedemikian jahat dan kejam seperti raja Saul.
Jagalah hati kita sehingga jalan kehidupan kita lurus kepada Tuhan. Selamat bekerja kembali & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 23
"Minta Petunjuk Tuhan"
1 Samuel 23:12 (TB) Kemudian bertanyalah Daud: "Akan diserahkan oleh warga-warga kota Kehila itukah aku dengan orang-orangku ke dalam tangan Saul?" Firman TUHAN: "Akan mereka serahkan."
Yang menonjol dari pasal 23 ini bagaimana sikap Daud menghadapi semua masalah itu, yaitu Daud senantiasa bertanya kepada Tuhan! Itulah yang membuat Daud menang melawan orang Filistin dan menyelamatkan penduduk Kehila (ay. 5).
Penduduk Kehila bukan melindungi Daud dari kejaran Saul ternyata justru berniat menyerahkan Daud ke tangan Saul. Bayangkan seandainya Daud tidak bertanya kepada Tuhan, maka Daud akan celaka dan tertangkap Saul sebab kota Kehila itu hanya memiliki satu akses ke luar saja (ay. 7). Dengan selalu bertanya kepada Tuhan, maka Daud mendapatkan petunjuk bagaimana ia bisa meloloskan diri dari tangan Saul.
Seberapa sering kita mengambil menurut nalar dan hitung-hitungan matematika kita ? Hari ini, marilah kita untuk melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang akan kita ambil. Sebelum mengambil keputusan, adalah penting untuk kita bertanya kepada Tuhan. Percayalah, jika kita bertanya maka Tuhan akan menjawab. Tuhan menjawab dengan banyak cara, namun yang pasti. Tuhan akan mengarahkan dan menetapkan langkah-langkah kita untuk mengambil keputusan.
Selamat bekerja dan berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 21 (hari ke 257)
Tafsiran : Dampak nama dan kuasa.
Tanpa pilihan, persiapan matang, ataupun bekal makanan dan senjata, Daud memulai pengembaraannya. Nekad namun berani! Ia harus siap menghadapi kondisi alam yang tidak ramah, "yang kuat, yang menang. Dengan mengatasnamakan Saul, Imam Ahimelekh menerimanya (ayat 2). Dengan menyebut nama seorang penguasa, segalanya berjalan lancar. Roti sajian disantapnya dan pedang Goliath menjadi senjata. Namun, jangan cepat menghakimi Daud, seolah ia telah menyalahgunakan kuasa, jabatan, dan kekuatan yang dimiliki. Ia berbuat demikian untuk melanjutkan perjuangannya dalam Tuhan.
Keajaiban tangan Tuhan. Kematian Goliath, telah membekaskan dendam tak berkesudahan di hati raja-raja Filistin terhadap Daud. Daud tahu hal itu. Dengan akal yang kurang populer tetapi mengena (ayat 13), Daud terlepas dari perhatian raja Akhis. Apakah semua ini usaha tunggal Daud? Adakah peranan Tuhan di dalamnya? Kelepasan yang dialami Daud bukan karena keampuhan akalnya, melainkan sentuhan keajaiban tangan Tuhan (bdk. Mzm. 34).
Renungkan: Makanan bukanlah sumber hidup tetapi sarana agar hidup karunia Tuhan ini dapat ditunjang.
Doa: Pertolongan bagi kami hanyalah daripada-Mu, Tuhan.
Pembacaan 1 Samuel 22 (hari ke 258)
Tafsiran :
Seperti apakah perbuatan seseorang, yang tidak lagi dapat memakai akal sehat, terhadap orang yang dianggap mengancam dia? Gelap mata dan tidak terkendali! Itulah yang dilakukan Saul terhadap orang yang membantu Daud.
Kisah pembantaian Ahimelekh dan para imam di Nob adalah kisah tragis yang bisa dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari sisi Daud. Tragedi ini terjadi karena Daud menipu Ahimelekh dengan mengatakan bahwa ia adalah utusan Saul untuk suatu maksud rahasia. Namun Saul justru menuduh Ahimelekh bersekongkol dengan Daud untuk mengkhianati raja. Daud sendiri menyadari akibat perbuatannya (ayat 22). Dari hal ini kita belajar untuk tidak sembarangan bertindak, karena bisa saja akibatnya akan merugikan orang lain.
Kedua, pembantaian ini merupakan penggenapan nubuat melawan keluarga Eli (1Sam. 2:27-33; 3:13-14). Ahimelekh adalah imam keturunan Eli. Allah murka kepada Eli dan keluarganya karena tidak menguduskan, bahkan menajiskan ibadah Israel di Silo. Salah satu hukuman itu adalah keluarga keturunan Eli akan dibantai dengan pedang (1Sam. 2:33).
Ketiga, dari sisi Saul. Pembantaian itu adalah tindakan Saul yang hilang kendali karena Roh Tuhan sudah meninggalkan dia. Saul tidak dapat lagi memakai akal sehat untuk menimbang salah benarnya suatu perkara, karena ia sudah memandang Daud sebagai musuh utamanya. Siapa pun yang terlibat dengan Daud, otomatis menjadi musuh yang harus disingkirkan. Dalam pertimbangan Saul, yang tidak rasional lagi, tindakan Ahimelekh adalah tindakan makar!
Sungguh menyedihkan kalau melihat bahwa ada juga pemimpin Kristen yang memiliki jiwa dan roh Saul, yakni dikendalikan oleh rasa dengki dan takut bila melihat penyertaan Allah atas orang lain. Akibatnya, mereka rela melakukan apa saja demi melanggengkan jabatan atau kuasa. Sebab itu, mari belajar menyerahkan hidup dan kendali atas hidup kita pada Tuhan. Tuhan sendiri yang akan memelihara hidup kita dalam damai sejahtera-Nya yang tak berkesudahan.
Belajar 1 Samuel 24
"Tuhan Mengeraskan Hati"
1 Samuel 24:17 (TB) (24-18) Katanya kepada Daud: "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.
Daud tidak membunuh Saul, meskipun waktu itu ia punya "kesempatan emas" untuk melakukannya. Hanya orang bodoh lah yang membiarkan "momen" berharga lewat begitu saja dalam kehidupannya. Namun ternyata Daud lebih memilih bodoh di hadapan manusia daripada membunuh orang yang diurapi Tuhan. Sesungguhnya inilah ujian yang sesungguhnya bagi karakter Daud, dan Daud lulus !
Sekarang bandingkan dengan respon Saul ketika ia tahu bahwa Daud tidak membunuhnya. Saul menangis dengan sangat keras ketika mengetahui bahwa Daud melepaskan dia. Saul juga mengakui bahwa Daud lebih benar daripada dia, karena tetap melakukan hal yang baik sekalipun ia telah melakukan yang jahat. Sikap Saul yang seperti ini seolah-olah menunjukkan bahwa Saul sangat menyesal dan bertobat ! Benarkah bertobat ! Ternyata tidak ! Saul mengejar Daud untuk membunuhnya. Tidak hanya itu, Saul juga kembali melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Mengapa Saul bisa bersikap seperti ini dan sepertinya tidak bisa bertobat? Karena Tuhan telah mengeraskan hatinya !
Raja Firaun dikeraskan hatinya oleh Tuhan karena tidak mau bertobat meski dihajar berbagai macam tulah dari Tuhan (Kel. 7:23). Jika Tuhan memberikan kesempatan berkali-kali bagi kita untuk bertobat, namun kita tidak meresponinya, maka Tuhan bisa mengeraskan hati kita. Karena itu milikilah hati yang lembut seperti Daud, bukan hati yang keras seperti Saul. Jangan sampai kedegilan kita membuat Tuhan mengeraskan hati kita. Seberat-beratnya hukuman Tuhan, lebih berat hukuman Tuhan yang satu ini: yaitu ketika Dia mengeraskan hati kita.
Selamat berkarya dan berjuang, berikan hati yang lembut dan mau dibentuk oleh-Nya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 25
"Kemarahan Daud"
1 Samuel 25:13 (TB) Kemudian berkatalah Daud kepada orang-orangnya: "Kamu masing-masing, sandanglah pedang!" Lalu mereka masing-masing menyandang pedangnya; Daud sendiri pun menyandang pedangnya. Sesudah itu kira-kira empat ratus orang maju mengikuti Daud, sedang dua ratus orang tinggal menjaga barang-barang.
Kebaikan Daud dibalas dengan kejahatan oleh Nabal. Bagaimana tidak, Daud dan pasukannya sudah menjaga ternak Nabal (ay. 15-16), tetapi pada waktu Daud meminta makanan kepada Nabal, Nabal justru menolak memberikannya (ay. 2-10). Dalam melakukan kemarahannya ini, Daud berani mengatasnamakan Tuhan apa yang diperbuatnya. Padahal Tuhan tidak pernah menyuruh Daud untuk membunuh Nabal, apalagi seisi keluarganya. Demikian pula, Daud juga tidak pernah bertanya kepada Tuhan atas keputusannya. Daud mencari keadilan dengan caranya sendiri, seperti yang dikatakan Abigail, istri Nabal (ay.31).
Kemarahan membuat seseorang yang berkenan di mata Tuhan, seperti Daud, hampir melakukan tindakan bodoh. Kemarahan membuat Daud lupa bahwa ia adalah sesuatu yang diurapi Allah. Tidak hanya Daud, kita semua pernah marah karena marah adalah bagian dari emosi kita sebagai manusia. Jika tidak hati-hati, kemarahan kita bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal.
Memang bukan perkara yang mudah untuk tetap tenang ketika kita sedang berada di puncak kamarahan. Tetapi kita belajar dari Daud hari ini, mari kita sama-sama mengendalikan diri ketika sedang marah. Firman Tuhan berkata: Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam ( Mazmur 4:5). Minta Roh Kudus mengendalikan hati dan pikiran kita untuk tetap tenang, agar jangan sampai kita melakukan sesuatu di luar persetujuan Allah, sehingga menjadikan kita berdosa di hadapan Allah.
Biarlah kita marah, tapi jangan berbuat dosa.
Selamat berkarya dan berjuang, kendalikan emosi kita dengan meminta Roh Kudus menata kelola emosi kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 23 (hari ke 259)
Tafsiran :
Tekanan niat busuk Saul dan risiko besar memasuki kota Kehila, tidak menjadi halangan bagi Daud. Ia tetap taat melaksanakan perintah Allah. Daud adalah pahlawan Allah. Hati nurani dan jiwa kepahlawanannya tergerak untuk bertindak ketika mendengar jeritan dan seruan penduduk Kehila. Siapa pun yang bertindak demi dan untuk kemuliaan Allah adalah pahlawan Allah. Allah berdiri di depan dan maju berperang bagi pahlawan-pahlawan-Nya.
Kecemburuan mengalahkan kebaikan. Keinginan Saul untuk terus membinasakan berkobar. Tetapi kasih Daud tak pernah pudar. Niat baik Daud untuk membantu menyelamatkan bangsanya, dilihat sebagai peluang emas untuk menjalankan niat busuknya. Itulah yang akan terjadi jika manusia kehilangan kontrol diri. Kesetiaan Daud berperang demi bangsa dan negaranya, tidak lagi masuk pertimbangan Saul. Apabila kejahatan sudah sedemikian kuat mempengaruhi jiwa seseorang, kesempatan berpikir logis-realistis tidak ada, apalagi berpikir untuk kemuliaan Allah.
Renungkan: Jika Allah dipersilahkan menguasai seluruh eksistensi hidup kita, tak ada kesempatan roh jahat mempengaruhi kita.
Doa: Kiranya hati kami diluapi kasih-Mu sehingga kebencian dan kejahatan tak beroleh tempat di dalamnya.
Pembacaan 1 Samuel 24 (hari ke 260)
Tafsiran :
Pada umumnya, seseorang yang akan berbuat dosa untuk pertama kalinya, hatinya berdebar-debar. Mengapa? Mungkin karena tahu bahwa yang akan ia lakukan itu tidak benar. Mungkin juga karena ia khawatir ketahuan atau kepergok oleh orang yang diseganinya, misalnya polisi. Bila ia berhasil dengan tindakan dosanya itu, debar-debar itu akan mereda. Kali kedua ia melakukan dosa serupa, pasti debar-debar itu berkurang, bahkan tidak muncul lagi. Akhirnya, dosa tersebut akan menjadi kebiasaan yang tidak menimbulkan debaran hati sama sekali. Itulah jerat dosa!
Kesempatan Daud untuk menyingkirkan Saul yang ingin membunuhnya, tanpa disangka-sangka terbuka. Teman-teman Daud mendorongnya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bukankah Daud berhak membela dirinya dari orang yang mengancamnya? Bukankah bodoh kalau kesempatan yang belum tentu terulang lagi disia-siakan? Daud tidak menggunakan kesempatan itu. Mengapa?
"Maka berdebar-debarlah hati Daud karena ia telah memotong punca Saul..." Debaran hati Daud berfungsi sebagai peringatan agar ia tidak melanggar firman Tuhan. Pertama, firman Tuhan melarang manusia membunuh sesamanya (Kel. 20:13). Kedua, Saul ialah orang urapan Tuhan. Hanya Tuhan yang berhak menghukumnya. Daud tidak berhak menjamahnya (7).
Kesempatan yang tidak dipergunakan Daud itu justru membuka peluang baginya untuk membuktikan dirinya bahwa ia bukan ancaman untuk Saul (10-16). Saul pun mengakui bahwa dirinya salah dan Daud benar dan bahwa Daud kelak akan menjadi raja Israel. Saul juga meminta Daud agar kelak setelah berkuasa tidak membalaskan perbuatan jahatnya dengan membinasakan keturunannya.
Mari bersyukur kepada Tuhan karena hati nurani yang Tuhan berikan sebagai peringatan sebelum kita melangkahkan kaki melakukan perbuatan dosa. Maka perlengkapi nurani Anda dengan kebenaran firman Tuhan setiap pagi dalam saat teduh Anda, agar ia tetap menyuarakan peringatan kebenaran dari Tuhan.
Belajar 1 Samuel 26
"Menghormati Allah"
1 Samuel 26:9 (TB) Tetapi kata Daud kepada Abisai: "Jangan musnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi TUHAN, dan bebas dari hukuman?"
Daud adalah orang yang sangat menghormati Allah, hal ini terbukti saat ia membiarkan Saul - raja yang diurapi Tuhan - tetap hidup untuk kedua kalinya. Sekalipun Daud sudah mendapat dua kali kesempatan. Ia tahu Saul menjadikan buronan yang membuat hidupnya berada di bawah bayang-bayang maut dan membuatnya sangat menderita. Namun demikian, Daud menghormati Saul yang telah diurapi dan mendapat otoritas Allah untuk memimpin Israel.
Seburuk apapun pemimpin kita saat ini, marilah kita belajar untuk memiliki penundukkan diri. Bukan melawan, atau menjatuhkannya, melainkan bagaimana kita tetap menghormatinya. Jika kita bisa menghormati pemimpin kita, maka Tuhan tidak segan-segan akan melindungi dan membela kita. Terbukti, Daud dilindungi dan diluputkan Tuhan dari kejaran Saul. Bahkan, akhirnya Tuhan mempromosikan Daud menjadi raja Israel, tanpa Daud harus membunuh Saul, orang yang pernah diurapi Tuhan. Marilah kita belajar menghormati Tuhan melalui orang-orang yang telah dipilihnya untuk menjadi pemimpin kita.
Selamat hari Minggu dan tetap jaga kesehatan jasmani. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 27
"Daud gagal Percaya"
1 Samuel 27:9 (TB) Apabila Daud memusnahkan negeri itu, seorang pun tidak dibiarkannya hidup, baik laki-laki maupun perempuan; ia merampas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian, kemudian pulanglah ia dan kembali kepada Akhis.
Berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya, di pasal ini sedikit ada perubahan dalam pribadi Daud. Dalam pasal 27 ini mencatat tindakan Daud yang tercela. Ia tidak mengandalkan Tuhan seperti biasanya, malahan ia berlindung di antara musuh-musuh Allah (ay.1). Daud juga menggunakan kebohongan untuk melindunginya (ay. 10-12). Pertanyaannya, bagaimana mungkin seorang yang demikian dekat dengan Tuhan dan hidup berkenan di hadapan Allah seperti Daud bisa melakukan hal seperti itu ?
Jawabannya karena Daud gagal mempercayai Allah. Daud mulai meragukan penyertaan Allah. Sesungguhnya ini sangat ironis mengingat Daud memiliki segudang pengalaman bersama Tuhan. Sudah tak terhitung lagi banyaknya campur tangan Tuhan dalam meluputkan Daud dari tangan Saul. Namun demikian, itu sisi-sisi manusiawi Daud. Mungkin saat-saat itu stamina rohani Daud tidak seperti biasanya. Demikian juga halnya dengan kita. Di saat iman kita lemah, mudah sekali bagi kita untuk meragukan Allah. Untuk itu, jagalah stamina rohani kita senantiasa.
Selamat beraktifitas dan terus jaga stamina kita baik rohani maupun jasmani di dalam Tuhan Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 28
"Spiritisme"
Di dalam Imamat 20:6 (TB) Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya.
Secara umum, spiritisme dapat didefinisikan kepercayaan yang menyakini bahwa roh manusia tetap hidup setelah tubuh jasmaninya mati dan dapat berkomunikasi dengan orang yang masih hidup (biasanya) melalui perantara. Praktik inilah yang Saul lakukan pada perikop ini.
Jika menilik sumber-sumber lain dalam Alkitab, Allah sebenarnya sangat melarang praktik seperti ini. Alkitab mengutuknya (Ul. 18:9-12, Im.19:31; 30:6, Kel 22:18 1 Sam. 15:23a). Alasan mengapa yang terjadi saat itu adalah seperti yang kita baca adalah karena ini merupakan kasus khusus, yang Allah pakai untuk menegaskan pernyataan Samuel ketika ia masih hidup, bahwa Allah telah menolak Saul dan mencabut perkenanan-Nya dari pemerintahannya karena ketidaktaatannya.
Jadi, kisah ini sama sekali tidak membenarkan usaha menghubungi dan berkomunikasi dengan orang yang sudah mati.
Ketika kita melakukan hal semacam itu, sesungguhnya kita telah menjadikan diri kita berdosa di hadapan Allah. Tuhan sama sekali tidak main-main ketika melarang kita melakukan praktik seperti ini. Lagi pula, bukankah kita punya Allah, jauh lebih besar dari segala roh ? Jangan sampai kita melakukan kesalahan seperti yang Saul lakukan. Ketika kita menghadapi kebuntuan, yang seharusnya kita cari bukanlah peramal atau roh orang yang sudah meninggal, tapi Allah yang memberikan kita hidup.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Teruslah bangun kemurnian hati kita di hadapan Allah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 1 Samuel 25 (hari ke 261)
Tafsiran :
Salah satu ciri penting anak-anak Allah adalah membawa damai, di mana saja ia berada (Mat. 5:9). Hal ini tidak mudah. Jangankan mendamaikan orang lain, diri sendiri pun seringkali tidak luput dari permusuhan dunia ini. Dunia ini penuh dengan permusuhan, kedengkian, dan sikap-sikap yang berpusat pada diri sendiri.
Kontras dengan Nabal, suaminya yang bertindak bodoh menyulut api peperangan (ayat 17), Abigail menunjukkan sikap yang rendah hati dengan menyongsong Daud yang bergegas menyerang rumah mereka (ayat 23). Ia menawarkan perdamaian dengan mempersembahkan makanan yang dibutuhkan Daud dan para pengikutnya (ayat 18). Dengan tulus ia mengakui kesalahan Nabal, sebagai kecerobohan dirinya (ayat 28). Ini sikap yang terpuji. Yang menggejala sekarang ini adalah orang pura-pura tidak tahu, bahkan melindungi, anggota keluarga yang bersalah. Jangankan minta maaf, bukan tidak mungkin orang yang menjadi korban justru dikecam.
Abigail dengan kecantikannya bisa saja menggoda Daud untuk membinasakan Nabal. Tentu ia akan menjadi janda yang 'berbahagia' karena mendapat kesempatan dinikahi Daud, petualang perkasa. Akan tetapi, Abigail tidak demikian. Ia tidak egois, apalagi mencari kesempatan dalam kesempitan. Kemudian akan terlihat bahwa ketulusan dan kearifan Abigail membuahkan kedamaian. Panas hati Daud menjadi surut. Ia bahkan bersyukur belum sampai mengumbar dendam yang dapat mengakibatkan banjir darah (ayat 33-34). Nabal sendiri kemudian mendapatkan hukuman dari Tuhan (ayat 38-39). Sedangkan Abigail akhirnya dipersunting oleh Daud.
Mengambil peran sebagai pembawa damai, memang tidak selalu mudah. Apalagi jika kita atau keluarga yang tersangkut masalah berada pada pihak yang salah dan kalah. Kita akan cenderung membela diri. Belajar dari situasi yang dihadapi Abigail, maka cara yang terbaik adalah mengalah dan mengakui kesalahan kita, bila kita memang bersalah. Biasanya orang pun akan bersedia memaafkan kita.
Pembacaan 1 Samuel 26 (hari ke 262)
Tafsiran :
Biasanya, terjemahan Alkitab memberikan judul perikop kita hari ini, ?Daud membiarkan Saul hidup untuk kedua kalinya?. Akan tetapi, satu terjemahan versi bahasa Inggris memberi judul ?Daud mempermalukan Saul kedua kalinya.? Memang sepertinya judul itu tepat. Bayangkan, baik di pasal ini maupun di pasal 24 sebelumnya, Saullah yang berinisiatif mengejar dan membinasakan Daud. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, Daudlah yang berkesempatan membinasakan Saul dalam dua kesempatan tersebut. Saul seharusnya malu dan tahu diri!
Sebenarnya Daud sama sekali tidak bermaksud mempermalukan Saul. Yang Daud inginkan ialah Saul berhenti mengejar dirinya karena ia sama sekali bukan ancaman bagi Saul. Terbukti waktu kesempatan itu ada, walaupun mengambil risiko, Daud berhasil mendekat kepada Saul yang sedang tertidur. Abner, panglima perang Saul dan pasukannya kecolongan. Akan tetapi, Daud mencegah anak buahnya, Abisai, untuk menancapkan tombaknya ke tubuh Saul. Sebaliknya, Daud mengambil tombak dan kendi yang ada di samping Saul. Kedua benda itu dijadikan bukti bahwa kalau mau, Daud bisa membunuh Saul. Sekali lagi Daud membuktikan dirinya di hadapan Saul bahwa ia bukan ancaman baginya.
Alasan Daud tidak membinasakan Saul ialah karena hal tersebut bukan haknya. Tuhanlah yang mengurapi Saul, Saul bertanggung jawab sepenuhnya kepada Allah. Hanya Allah yang memiliki hak untuk melakukan tindakan apa pun terhadap Saul. Daud menghormati Tuhan, maka ia pun menghormati Saul, betapa pun Saul ?tidak pantas? dihormati.
Sampai sejauh ini kita membaca dan merenungkan 1 Samuel, kita mendapati Saul semakin hari semakin merosot dalam berbagai aspek kehidupannya. Sebaliknya Daud semakin terbentuk karakternya. Ia semakin memahami kehendak Allah, dan dengan demikian Daud semakin siap untuk pada waktu-Nya kelak menjadi raja atas Israel. Marilah kita belajar meneladani Daud, yang mengerti dan menghormati hak Allah.
Pembacaan 1 Samuel 27 (hari ke 263)
Tafsiran :
Daud manusia biasa yang bisa jenuh tak tahan terus mengalami himpitan. Gerak lajunya memimpin 600 orang, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mendatangkan kejenuhan dan mungkin juga stress dalam dirinya. Cukup sudah tekanan bayang-bayang Saul yang terus menghantuinya.Langkah pintas pun ditempuhnya. Datang kepada musuh bebuyutan bangsa Israel memohon perlindungan. Tindakan Daud ini sangat disayangkan karena dalam situasi kritis seperti itu ia tidak datang menyerahkan pergumulannya kepada Tuhan seperti yang selama ini dilakukannya. Kondisi fisik yang lemah, capek, jenuh, dan kondisi hati yang kecewa, sering membuat orang melupakan Allah dan mengandalkan dorongan hati. Dengan berbuat demikian, ia mengandalkan diri, sombong, melupakan Tuhan.
Tak disia-siakan. Di satu pihak keputusan Daud merupakan kesempatan emas bagi Raja Akhis untuk mengubah status dari musuh yang disegani menjadi sahabat sejati. Namun di pihak lain, ini tidak mudah, sebab bagaimanapun juga Daud tetap pahlawan sejati yang tidak mungkin mengkhianati bangsanya sendiri. Akibat tindakan gegabah ini, Daud berada pada posisi serba salah.
Andalkanlah Allah. Dari peristiwa Daud ini kita belajar, bahwa di luar Allah, kemampuan akal dan kesuksesan kuasa yang kita peroleh tidak mampu membebaskan kita dari permasalahan. Peranan Allah dalam kehidupan kita besar pengaruhnya. Selain mampu mengubah gerak hidup, kuasa-Nya juga mampu membangkitkan semangat dan meningkatkan mutu kehidupan kita. Kuasa Allah bukan isapan jempol. Kuasa Allah itu nyata dan akan terus berkarya.
Renungkan: Bila lupa bahwa kesuksesan dan kemampuan akal yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, kita dapat dibuat lengah dan jatuh.
Doa: Ya Tuhan, ampuni kami yang berlebihan memperlakukan akal dan kesuksesan kami.
Pembacaan 1 Samuel 28 (hari ke 264)
Tafsiran :
Kisah Saul dalam perikop ini sungguh-sungguh menyedihkan. Ia sungguh-sungguh menyangkali imannya. Kepercayaannya yang paling mendasar kepada Tuhan telah ditinggalkan. Apa yang menjadi salah satu larangan penting dari Taurat (Ul. 18:9-14), yang Saul sendiri pada masa permulaan pemerintahannya menaatinya (3), telah dilanggarnya sendiri. Percaya pada peramal berarti percaya kepada roh-roh lain di luar Tuhan. Hal itu sama saja dengan menduakan Tuhan, alias menyembah berhala.
Itu yang terjadi pada Saul. Dalam keadaan kepepet oleh pasukan Filistin, Saul berusaha mencari petunjuk dari Tuhan. Ketika Tuhan tak kunjung menjawab, ia pun nekad mencari pemanggil arwah agar dapat memberi jawaban atas pergumulannya. Ternyata di Israel masih ada orang dengan profesi semacam itu, yang jelas-jelas bertentangan dengan Taurat Tuhan. Tidak heran, rajanya sendiri pun kemudian terjebak pada dosa tersebut.
Apakah yang muncul benar-benar roh Samuel atau roh "Samuel", merupakan isu kontroversial dalam dunia penafsiran Alkitab. Kalau benar itu roh Samuel, maka ini merupakan kasus khusus yang Tuhan izinkan untuk meneguhkan penghukuman-Nya atas Saul karena jawaban roh Samuel jelas sekali (16-19). Kalau itu bukan roh Samuel, maka jelas roh jahat berperan di balik sang pemanggil arwah untuk menipu Saul. Isi jawaban yang senada dengan berita penghukuman Allah melalui Samuel pada masa lalu tidak perlu diartikan bahwa roh jahat memiliki pengetahuan Ilahi, tetapi bahwa roh jahat akan memakai apa saja untuk menjerat orang semakin jauh dari Tuhan dan terpuruk.
Kita sudah mengikuti perjalanan iman Saul dari permulaan, dan mendapatkan bahwa saat Saul tidak bersedia dikoreksi oleh Tuhan. Ia semakin jauh dari kasih karunia Tuhan. Puncaknya, ia menyangkali Tuhan dengan mencari pertolongan dari yang bukan Tuhan. Sayang sekali teguran Tuhan sama sekali tidak direspons dengan bertobat dan mau belajar menaati kehendak-Nya. Semoga kita belajar dari kisah Saul ini untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pembacaan 1 Samuel 29 (hari ke 265)
Tafsiran :
Apa yang bisa kita katakan dari peristiwa terhindarnya Daud dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Saul, sementara ia melayani raja Akhis? Kalau bukan kebetulan yang luar biasa, ya pasti pemeliharaan Allah atas hamba-Nya.
Apa yang Daud hadapi sebenarnya dilematis. Di satu sisi, ia sudah menunjukkan loyalitasnya pada Akhis. Raja Akhis sangat percaya pada kesetiaan Daud. Di sisi lain, Saul adalah raja Israel, seorang yang diurapi Allah. Daud tahu, ia tidak berhak menjamah Saul. Namun sekarang ia harus menghadapi Saul sebagai musuh Filistin, negeri yang sedang ia bela. Dilema ini sebenarnya terjadi karena hikmat manusianya yang mengendalikan keputusannya, bukan mengandalkan Tuhan. Kalau Daud harus menghadapinya sendiri, entah jalan keluar apa yang akan dia ambil!
Syukur kepada Allah! Waktu Abram menghadapi dilema karena kebohongannya kepada Firaun, Tuhan menyatakan pemeliharaan-Nya atas hamba-Nya itu secara ajaib. Hal yang sama Tuhan lakukan kepada Daud. Hanya caranya berbeda. Walaupun Daud sudah membuktikan diri setia kepada Filistin. Ternyata beberapa petinggi Filistin berpikiran panjang, bagaimana pun Daud pernah dielu-elukan pahlawan Israel dalam membunuh banyak orang Filistin. Tidak tertutup kemungkinan, Daud akan kembali berpihak kepada Israel dan berbalik melawan Filistin. Akhirnya, Daud dan pasukannya diusir dari pasukan Filistin. Daud pun luput dari harus berhadapan dengan Saul.
Walau kita kadang, bahkan sering, bikin ulah sendiri dalam hidup kita dan akibat ulah itu kita berada dalam dilema tertentu, Allah tetap mengasihi kita. Dia bisa meluputkan kita dari dilema tersebut karena Dia memiliki rancangan tertentu dalam hidup kita, yang tidak akan Ia biarkan dikacaukan oleh karena kelemahan kita. Namun, bukan berarti kita boleh hidup sembarangan, toh nanti Tuhan yang membereskannya! Kita belajar untuk tidak mengulangi kesalahan lama. Kita belajar untuk lebih memercayakan diri pada Tuhan dan cara-Nya mengatur hidup kita.
Pembacaan 1 Samuel 30 (hari ke 266)
Tafsiran :
Pesan apa seharusnya yang kita tangkap ketika Tuhan telah menolong kita keluar dari masalah yang sebenarnya kita buat sendiri? Tentu bukan supaya kita bebas melakukan kesalahan lagi. Sebaliknya, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, terutama dalam hal bahwa kita tidak bersandar kepada Dia.
Pertolongan Tuhan atas Daud saat ia menghadapi masalah bukan semata-mata untuk meluputkan dia dari akibat kebodohannya sendiri, melainkan agar Daud kembali bersandar Tuhan. Peristiwa yang terjadi di Ziklag merupakan semacam ujian bagi Daud, apakah ia akan bertindak menurut pikirannya sendiri atau apakah ia akan kembali mengandalkan Tuhan.
Kejadian di Ziklag sungguh meremukkan hati Daud dan pasukannya. Mereka baru saja kembali dari arena pertempuran, yang jauhnya tiga hari perjalanan. Mereka sedang merasakan keletihan bercampur kelegaan. Keletihan karena perjalanan jauh, kelegaan karena tak jadi berperang dengan saudara sebangsa mereka. Namun apa yang mereka lihat sungguh membuat semangat mereka merosot. Kota Ziklag terbakar habis dan keluarga mereka serta penduduk Ziklag lainnya telah ditawan oleh musuh mereka, orang Amalek. Tentu saja orang Ziklag menjadi sedih dan marah. Kedatangan Daud membuat mereka ingin melampiaskan perasaan mereka dengan melempari Daud dengan batu (ayat 6a). Syukur pada saat itu Daud melibatkan Tuhan kembali dalam perkara yang dia hadapi (ayat 6b-8). Maka setelah meminta petunjuk Tuhan, Daud dan pasukannya mengejar musuh untuk melepaskan sanak keluarga mereka yang tertawan.
Tidak pernah ada satu perkara yang Tuhan izinkan terjadi tanpa maksud baik Tuhan. Kejadian-kejadian buruk sekalipun dapat menjadi alat Tuhan untuk membawa kita kembali kepada Dia. Sebab itu, peliharalah sikap bersandar penuh kepada Tuhan. Jangan mengandalkan pikiran sendiri. Taati penuh firman Tuhan dan yakini total pertolongan-Nya.
Hari ke 267 pembacaan 1 Samuel 31
Tafsiran :
Kematian Saul memang bagian dari penghukuman Allah atas ketidaktaatan Saul sebagai raja urapan Allah. Bersama dengan kematian Saul dan ketiga putranya, Israel pun kalah di tangan Filistin. Satu babak dalam sejarah kerajaan Israel selesai. Babak baru, akan segera dimulai, yaitu Daud sebagai raja Israel. Namun demikian, kisah ini seolah berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Daud mengintai. Artinya, kematian Saul layak untuk direnungkan bukan sekadar dari kegagalan Saul yang terus menerus disoroti di 1 Samuel ini.
Sepertinya Saul memiliki kesempatan memilih bagaimana ia akan mati. Ia menolak mati di tangan musuh yang akan sangat mempermalukan dirinya maupun bangsanya, karena dia masih raja mereka. Oleh karena itu, ia meminta pembawa senjatanya untuk membunuhnya. Penolakan bawahannya tersebut membuat Saul akhirnya memilih membunuh dirinya sendiri, tetap dengan pertimbangan daripada jatuh ke tangan musuh dan dipermalukan. Benarkah kematian Saul dengan cara seperti ini terhormat? Kita melihat bahwa pada akhirnya mayat Saul dipermalukan oleh orang Filistin. Akan tetapi, kisah ini ditutup dengan tindakan kepahlawanan penduduk Yabesh-Gilead, yang menyelamatkan mayat Saul dari dipermalukan lebih lanjut oleh pasukan Filistin. Tindakan penduduk kota tersebut menunjukkan penghormatan mereka kepada sang raja yang diurapi Allah, yang walaupun dalam banyak aspek kehidupannya gagal secara menyedihkan. Daud juga tetap menghormati Saul sebagai raja Israel sehingga menangisi kematiannya (lih. 2 Sam. 1).
Kematian memang realitas yang tidak bisa dihindari. Demikian juga, kita tidak bisa memilih cara kematian kita. Akan tetapi, cara kematian tidak terlalu penting. Yang jauh lebih penting ialah bagaimana kita mengisi hidup kita, sebelum maut menjemput kita dan bagaimana kematian kita di mata Tuhan. Ada hamba Tuhan yang mati saat melayani firman di mimbar. Indah sekali! Namun, banyak misionaris yang kematiannya mengerikan. Di mata Tuhan keduanya adalah hamba yang setia yang akan menerima mahkota kehidupan!
Pembacaan 2 SAMUEL 1 (hari ke 268)
Tafsiran :
Salah duga! Begitu mungkin gumam prajurit Amalek saat ia mendengar vonis hukuman mati yang harus dia tang-gung akibat memberitahukan kematian Saul dan Yonatan kepada Daud. Mungkin dia menduga berita itu akan menyukakan Daud. Tentu ada udang di balik batu, ia berharap mendapat upah. Namun bukan upah yang dia dapat, malah nyawanya melayang karena Daud justru marah begitu mendengar bahwa prajurit Amalek itu membunuh Saul.
Daud tak pernah membenci Saul walaupun Saul berulang kali berupaya membunuh Daud. Tak terbersit keinginan untuk membalas Saul meskipun beberapa kali ada kesempatan bagus untuk melakukan hal itu. Daud tetap memelihara perspektif hidup yang benar. Ia paham bahwa Saul adalah raja yang diurapi Allah, yang Allah tempatkan untuk menduduki posisi terhormat sebagai Raja Israel. Sebab itu Daud tidak mau bertindak macam-macam terhadap Saul. Meski Daud telah diangkat Allah untuk menjadi raja menggantikan Saul, tetapi Daud tak mau bersikap pongah. Bagi Daud, perkenan Tuhan atas dirinya bukan merupakan surat izin untuk bertindak sewenang-wenang atas diri orang yang tidak menyukai dia. Maka pengakuan prajurit Amalek itu membangkitkan murka Daud. Daud tak peduli bagaimana hidupnya pernah begitu sulit dan menderita karena Saul, tetapi membunuh Saul berarti membunuh orang yang diurapi Allah.
Daud memelihara hatinya bersih dari kepahitan dan dendam walau ia diperlakukan buruk oleh orang lain. Apa Anda pernah diperlakukan begitu jahat padahal Anda tidak melakukan kesalahan apa pun? Bagaimana perasaan Anda? Berharap dia celaka agar dapat merasakan apa yang Anda rasakan? Ingatlah bahwa bukan itu yang Tuhan inginkan. Ia mau kita bersikap seperti Daud. Susah? Mungkin. Namun pahami bahwa Daud dapat melakukannya karena ia percaya penuh pada Allah. Ia tahu bahwa Allah berkuasa atas hidupnya, sehingga meskipun Saul bermaksud jahat terhadap dia, Allah tetap melakukan yang baik.
Pembacaan 2 SAMUEL 2 (hari ke 269)
Tafsiran :
Proaktif adalah sikap yang sering dianjurkan banyak orang. Misalnya, di antara dua pihak yang berselisih diharapkan ada satu pihak yang bersikap proaktif untuk memulai upaya perdamaian. Lalu bagaimana kita menilai tindakan ?proaktif? Abner dalam bacaan ini?
Abner adalah saudara sepupu Saul, yang merupakan panglima Saul juga. Ia melantik Isyboset, anak Saul, untuk menjadi raja, menggantikan Saul (8-9). Jelas ini bukan kehendak Allah karena Allah telah memilih Daud untuk menggantikan Saul (14). Mungkin Abner ingin mempertahankan posisinya sebagai pemimpin militer di Israel.
Inisiatif Abner berikutnya adalah melakukan perjalanan ke Gibeon dengan sejumlah pasukan (12). Tidak disebutkan alasannya. Yoab, dari pihak Daud, mengantisipasi gerakan pasukan Abner dengan pergi juga ke Gibeon (13). Perang dimulai dengan duel di antara dua belas orang dari masing-masing pasukan, dan berakhir dengan kematian mereka (14-16). Lalu terjadilah perang di antara kedua pasukan, yang dimenangkan oleh pihak Daud (17). Pasukan Abner pun kocar kacir. Abner, yang melarikan diri, dikejar oleh Asael, adik Yoab. Karena merasa terancam Abner lalu membunuh Asael, meski ia sudah memperingatkan Asael sebelumnya (18-23). Maka Yoab dan Abisai, kakak Yoab, kemudian mengejar Abner karena ingin sekaligus menuntut balas atas kematian adik mereka, Asael. Namun di tengah peperangan, Abner meminta gencatan senjata (26). Meski awalnya menyalahkan Abner atas terjadinya peperangan itu (2, bdk. ayat 14), Yoab setuju dengan ide gencatan senjata.
Perhatikanlah bahwa tindakan proaktif yang dilakukan Abner menuntut korban jiwa yang sangat banyak. Mungkin menurut Abner, tujuannya mulia yaitu menegakkan dinasti Saul. Namun masalahnya, tindakan itu berlawanan dengan kehendak Allah.
Maka dalam segala tindakan yang kita lakukan, meski menurut kita tindakan itu kita lakukan dengan tujuan yang baik, kita perlu bertanya-tanya terlebih dahulu: adakah tindakan itu sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Belajar 1 Samuel 29
"Pertolongan Terselubung"
1 Samuel 29:4 (TB) Tetapi para panglima orang Filistin itu menjadi marah kepadanya; serta berkata kepadanya: "Suruhlah orang itu pulang, supaya ia kembali ke tempat, yang kautunjukkan kepadanya, dan janganlah ia pergi berperang, bersama-sama dengan kita, supaya jangan ia menjadi lawan kita dalam peperangan. Sebab dengan apakah orang ini dapat menyukakan hati tuannya, kecuali dengan memberi kepala-kepala orang-orang ini ?
Ya, ketidakpercayaan para panglima Filistin untuk mengikutinya berperang sesungguhnya merupakan bentuk penyertaan Tuhan yang terselubung dalam hidup Daud. Daud memang melakukan kesalahan dengan berpaling kepada Filistin atas kehendaknya sendiri, tapi rencana Allah tidak dapat diporakporandakan oleh kelemahan sebagai manusia. Sebagai manusia biasa, kita pun kerap melakukan kesalahan karena tidak melibatkan-Nya dalam pengambilan keputusan. Tapi percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia mengasihi kita sering kali bekerja dengan cara-Nya yang unik untuk meluputkan kita tindakan yang membuat kita jatuh makin dalam di dalam lobang dosa. Meski demikian, bukan berarti kita lantas boleh hidup sembarangan. Dari kesalahan itu hendaknya kita belajar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan hidup yang kita ambil di masa mendatang.
Selamat berkarya dan bekerja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 30
"Harus Jadi Misionaris ?"
1 Samuel 30:24 (TB) Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama."
Dalam sebuah perikop ini ada kejadian menarik, yakni ketika Daud menetapkan bahwa mereka yang tinggal di rumah dan dengan setia mengurus perbekalan bagi mereka yang pergi berperang harus mendapat bagian yang sama dari rampasan perang. Meski mereka tidak ikut berperang, mereka melakukan tugasnya sesuai dengan kapasitasnya yang mereka miliki.
Nah, prinsip yang sama juga sebenarnya dapat diterapkan dalam penggenapan Amanat Agung. Orang yang menjadi misionaris adalah hamba yang setia, tapi bukan berarti yang tidak menjadi misionaris adalah hamba yang tidak tahu diri. Mereka memang tidak pergi ke tempat-tempat terpencil, tapi mereka juga tidak diam saja. Dengan setia, mereka mendukung dan mendoakan yang pergi. Lagipula, pengabaran Injil tidak selalu harus diwujudkan dengan menjadi misionaris, bukan ? Bukankah sesungguhnya hidup kita -- di mana pun berada -- seharusnya menjadi saksi bagi kemuliaan nama-Nya ? Bukan posisi, tapi apakah kita melakukan tugas sesuai bagian atau tidak yang menentukan apakah kita akan mendapat mahkota sorgawi atau tidak
Selamat pagi selamat berkarya dan bekerja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 1 Samuel 31
"Ada Hormat, Ada Hikmat"
Dalam Amsal 1:7 (TB) Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Akhir hidup Saul kiranya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk senantiasa berjaga. Bagaimanapun, kita perlu yang namanya hikmat agar dapat dengan baik dan meraih keberhasilan dalam aspek hidup (keluarga, karier, relasi, dsb). Karenanya, jika kita tidak mau akhir hidup kita memiliki akhir seperti Saul, maka kita perlu menjaga hidup kita tetap menunjukkan penghormatan kepada-Nya. Percayalah, ketika hormat itu ada, maka hikmat dari-Nya juga akan selalu menyertai langkah hidup kita.
Selamat melakukan aktivitas hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 1
"Gugur Bunga"
2 Samuel 1:19 BIS. "Israel, di bukit-bukitmu, nun di sana gugurlah pahlawan, para putra negara, runtuhlah mereka sebagai bunga bangsa
Jika saat itu Daud adalah tangan kanan Saul, mungkin mudah saja ia melakukan penghormatan semacam itu. Tapi jangan lupa, kenyataannya Saul justru memusuhinya, dan bahkan berkali-kali hendak membunuhnya. Tapi di sinilah Daud menunjukkan keunggulan karakternya. Ia tidak menggunakan kesempatan itu untuk menghujat Saul. Ia justru menunjukkan penghormatannya pada Saul sebagai raja yang diurapi Tuhan. Lantas bagaimana dengan kita? Sering kali, lebih mudah bagi kita melihat nila setitik daripada susu sebelanga. Karenanya, kita kesulitan menunjukkan penghormatan dan pengampunan. Belajar dari Daud, mari kita belajar memiliki jiwa yang besar; yang mampu melihat kebaikan dalam diri tiap orang di balik segala kesalahan yang mungkin pernah ia lakukan.
Selamat berkarya dan tetap semangat, jadikan hidup ini bermakna, dan jangan sia-siakan waktu begitu cepat berlalu begitu saja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 3 (hari ke 270)
Tafsiran :
Berbagai perasaan campur aduk dalam diri Yoab ketika tahu bahwa Abner menemui Daud, tetapi Daud tidak bertindak apa pun (23). Yoab curiga bila Abner akan mengelabui Daud dengan menjadi agen ganda (25). Selain itu, mungkin ada kekhawatiran kalau-kalau Daud akan menjadikan Abner sebagai panglima perangnya, mengingat pengalaman Abner di bidang militer (bdk. ayat 38). Maka bila aliansi antara Daud dan Abner memang benar akan terjadi, karier Yoab akan terancam. Dan yang masih ada dalam hati Yoab adalah dendam karena kematian Asael yang belum terbalaskan (30). Maka Yoab menyampaikan protes kepada Daud (24).
Karena melihat Daud tidak melakukan tindakan apa pun, Yoab memutuskan untuk membunuh Abner dengan tangannya sendiri, tanpa sepengetahuan Daud (26-27). Ia ingin hutang nyawa dibayar nyawa pula. Ia tidak mau menyerahkan pembalasan itu kepada Allah (bdk. Rm. 12:19). Maka dengan muslihat, Yoab memancing Abner ke Hebron lalu membunuh Abner di situ. Padahal Hebron adalah kota perlindungan bagi orang-orang yang menghilangkan nyawa orang lain tanpa sengaja atau karena melindungi dirinya sendiri, seperti yang dilakukan Abner (lihat Yos. 20:7; Bil. 35:22-25). Dalam hal ini kita melihat bagaimana Yoab tidak menghormati ketetapan Allah. Selain itu, ia telah merusak perjanjian antara Daud dengan Abner, bahwa Daud akan melindungi Abner. Karena itu, rencana Daud untuk memakai Abner guna memenangkan hati suku-suku di wilayah utara, menjadi hancur. Tak heran bila Daud kemudian menyatakan bahwa diri dan kerajaannya tak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan tersebut (28-29).
Dendam memang bisa merusak. Dendam menghanguskan kasih dan damai sejahtera yang ada di dalam hati. Dendam membuat seseorang merasa senang atas penderitaan orang lain. Dendam membuat orang tak menghargai nyawa sesama dan tak menghormati Tuhan. Maka sebelum kemarahan berubah menjadi dendam, kuasailah kemarahan itu dan serahkan pembalasan hanya kepada Tuhan. Biarkan Tuhan menyatakan keadilan-Nya.
Pembacaan 2 SAMUEL 4 (hari ke 271)
Tafsiran :
Satu persatu kemalangan menghampiri keluarga besar Raja Saul dan kerajaan yang dipimpinnya. Setelah pang-lima besarnya, Abner, dibunuh oleh Yoab kemudian giliran Rekhab dan Baana membunuh putra Saul, Isyboset. Raja Isyboset yang ketakutan karena mendengar berita kematian Abner (1) tidak menyadari rencana jahat Rekhab dan Baana.
Kedua kepala gerombolan tersebut memanfaatkan kelengahan sang raja dan penjaga rumahnya. Mereka menyusup disiang hari pada waktu istirahat, membunuh Isyboset dengan memenggal kepalanya. Setelah itu mereka bergegas menemui Daud untuk menyerahkan kepala raja Isyboset. Secara kiasan, kepala menyatakan keunggulan atau kekuasaan atas orang lain (bnd. 2 Sam. 22:44). Dengan memberikan kepala Isyboset kepada Daud, Rekhab dan Baana bertindak simbolis menyerahkan tampuk kepemimpinan Israel kepada Daud. Karena itulah mereka berani mengatasnamakan Tuhan atas pembunuhan yang mereka lakukan (8). Seolah-olah Tuhanlah yang mengizinkan mereka membunuh Isyboset untuk memenuhi pembalasan Daud terhadap keluarga Saul dan mengambil alih kerajaan.
Tuhan memang telah menyatakan penolakan-Nya terhadap kepemimpinan Saul dan keturunannya (28). Dengan dibunuhnya Isyboset dan cacatnya Mefiboset, cucu Saul (4), dinasti Saul perlahan-lahan menuju kehancuran. Tentu ini merupakan keuntungan bagi Daud sebab tidak ada lagi halangan bagi dia untuk menjadi raja. Walau demikian, Daud sama sekali tidak berniat mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Dunia seringkali mengajarkan kepada kita untuk memanfaatkan peluang atau kesempatan dengan baik. Tak jarang penderitaan orang lain pun bisa menjadi peluang emas bagi kita. Mari belajar dari sikap Daud bahwa tak selamanya kesempatan adalah emas, terlebih jika peluang itu didapat dengan cara-cara yang licik. Jangan salah membedakan antara kehendak Allah dan ambisi diri sendiri!
Pembacaan 2 SAMUEL 5 (hari ke 272).
Tafsiran :
Ketika ada di masa-masa kejayaan, biasanya seseorang memilih untuk bersandar pada kekuatan dan keyakinan diri sendiri, serta menjadi kurang peka pada nasihat orang lain. Namun tidak demikian dengan Daud. Setelah berhasil merebut Yerusalem dari orang Yebus dan membangun Sion sebagai tempat kediamannya, Daud tetap meminta petunjuk Tuhan ketika menghadapi orang Filistin.
Dua kali bangsa Filistin menyerang Daud untuk menangkap dia, dua kali pula mereka gagal. Padahal dibanding pengikut Daud, tentara Filistin jauh lebih kuat dan hebat. Apa yang menjadi kunci kemenangan Daud? Tidak lain karena Daud mengikutsertakan Tuhan dalam strategi perangnya.
Pada umumnya orang yang maju berperang mengutamakan strategi perang, kekuatan tentara, serta jumlah senjata yang digunakan. Namun Daud menomorsatukan Tuhan. Bahkan hingga taktik serangan pun, ditanyakan Daud kepada Tuhan. Dan bukan hanya bertanya, Daud juga mengikuti setiap detail yang Tuhan perintahkan. Ketika Tuhan perintahkan maju, Daud maju; dan ketika diperintahkan menyerang dari belakang musuh dengan membuat gerakan melingkar, Daud pun melakukannya (19, 22).
Dampak dari ketaatan tersebut adalah Daud berhasil mengalahkan bangsa Filistin di lembah Refaim. Di beberapa bagian Alkitab nama "refaim" diartikan sebagai "arwah" (mis. Mzm. 88:11). Maka tepatlah bahwa di lembah itu orang Filistin menjemput kematiannya sendiri. Bahkan pada peperangan yang pertama orang Filistin meninggalkan dewa mereka (21) di medan perang.
Secara umum, cukup janggal mengetahui seorang panglima perang mendapatkan inspirasi mengenai strategi perang dari Tuhan. Namun itulah Daud, seorang yang diperkenan Tuhan. Jika Daud bisa berkonsultasi soal strategi perang, kita pun dapat berkonsultasi tentang hal apa saja yang menjadi sumber kegundahan kita. Terbuka dan berserah penuh pada otoritas dan kedaulatan Tuhan, itulah kunci kemenangan kita.
Belajar 2 Samuel 2
"Dendam Tujuh Turunan"
Dalam Roma 12:19 (TB) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
Adakah hati kita masih menyimpan dendam ? Pembalasan seperti yang Yoab lakukan bukanlah solusi terbaik. Pisau -- seperti yang Yoab gunakan untuk membunuh Abner -- tak akan memberikan damai sejahtera. Meski awalnya sulit, senjata terbaik yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah pengampunan. Ini tentu saja bukan berarti kita tidak boleh ke pengadilan untuk menuntut keadilan atas beberapa kasus tertentu, namun yang perlu selalu ingat adalah di Yesus tidak pernah mengajar mata ganti mata atau gigi ganti gigi. Alih-alih seperti itu, Ia justru meminta kita untuk mengasihi bukan hanya orang yang mengasihi kita, tapi juga orang yang menyakiti kita (Mat. 5:38-42).
Selamat beraktifitas dalam kehidupan kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 4
"Membela Tuhan"
Dalam Matius 26:53 (TB) Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku ?
Maksud Rekhab dan Baan, dua perwira Isyboset mungkin baik meski terbilang ekstrim. Mereka menunjukkan dukungan dan melakukan daya serta upaya agar Daud segera dinobatkan menjadi raja seluruh Israel. Bukannya senang apa yang mereka lakukan, Daud just jijik. Bukannya mendapatkan penghargaan seperti yang mungkin mereka harapkan sebelumnya, Rekhab dan Baana malah mendapatkan hukuman mati.
Dalam keseharian, bukankah kita juga sering terpancing kita tahu nama Yesus dijelek-jelekkan dan iman kita direndahkan, atau saudara-saudara seiman kita di tempat lain dianiaya kita cenderung berbuat sesuatu yang kita rasa adalah langkah yang tepat untuk membela-Nya dan para pengikut Kristus itu. Pertanyaannya adalah: "Apakah Ia perlu dibela ?". Terhadap masalah-masalah seperti ini, Ia berkali-kali menyiratkan bahwa kita tak perlu melakukan sesuatu untuk membela-Nya. Alih-alih membela-Nya dengan tindakan kasar dan anarkis, ia justru meminta kita untuk senantiasa mengasihi dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita (Mat. 5:44). Lagi siapa kita dapat membela Allah ? Kalau mau, Ia bisa kok membela diri-Nya sendiri.
Selamat berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 5
"Lihat yang 99 %", Perjuangan
2 Samuel 5:4 (TB) Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
Jika kita mau menengok ke belakang, sebenarnya Daud tidak menerima kemuliaan itu begitu saja. Ingatkah kita bahwa Allah mengurapi Daud ketika ia masih remaja, tepatnya pada 1 Samuel 16 ? Memang tidak disebut secara pasti berapa umurnya, namun jika disebut pemuda, maka usianya baru belasan tahun. Ya Daud harus menunggu sekian tahun, dan mengalami berbagai peristiwa yang menempa karakternya sampai akhirnya benar-benar menjadi raja sesuai yang Tuhan janjikan 16 pasal kemudian.
Seperti halnya Industrialis Jepang, Soichiro Honda berkata : " Orang hanya melihat kesuksesan saya yang hanya satu persen. Tetapi mereka tidak melihat 99 persen kegagalan saya. Jika kita ingin berhasil, maka kita harus membayar harganya. Sejak diurapi menjadi raja dan benar-benar menjadi raja, Daud mendisiplin dirinya untuk tetap menjadi orang diperkenankan Allah. Dalam bidang lain, prinsip yang sama juga berlaku; jika ingin berhasil, maka kita harus mendisiplinkan diri berjalan di jalur yang membawa kita kepada puncak keberhasilan.
Selamat berjuang dan berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 4
"Membela Tuhan"
Dalam Matius 26:53 (TB) Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku ?
Maksud Rekhab dan Baan, dua perwira Isyboset mungkin baik meski terbilang ekstrim. Mereka menunjukkan dukungan dan melakukan daya serta upaya agar Daud segera dinobatkan menjadi raja seluruh Israel. Bukannya senang apa yang mereka lakukan, Daud just jijik. Bukannya mendapatkan penghargaan seperti yang mungkin mereka harapkan sebelumnya, Rekhab dan Baana malah mendapatkan hukuman mati.
Dalam keseharian, bukankah kita juga sering terpancing kita tahu nama Yesus dijelek-jelekkan dan iman kita direndahkan, atau saudara-saudara seiman kita di tempat lain dianiaya kita cenderung berbuat sesuatu yang kita rasa adalah langkah yang tepat untuk membela-Nya dan para pengikut Kristus itu. Pertanyaannya adalah: "Apakah Ia perlu dibela ?". Terhadap masalah-masalah seperti ini, Ia berkali-kali menyiratkan bahwa kita tak perlu melakukan sesuatu untuk membela-Nya. Alih-alih membela-Nya dengan tindakan kasar dan anarkis, ia justru meminta kita untuk senantiasa mengasihi dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita (Mat. 5:44). Lagi siapa kita dapat membela Allah ? Kalau mau, Ia bisa kok membela diri-Nya sendiri.
Selamat berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 5
"Lihat yang 99 %", Perjuangan
2 Samuel 5:4 (TB) Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
Jika kita mau menengok ke belakang, sebenarnya Daud tidak menerima kemuliaan itu begitu saja. Ingatkah kita bahwa Allah mengurapi Daud ketika ia masih remaja, tepatnya pada 1 Samuel 16 ? Memang tidak disebut secara pasti berapa umurnya, namun jika disebut pemuda, maka usianya baru belasan tahun. Ya Daud harus menunggu sekian tahun, dan mengalami berbagai peristiwa yang menempa karakternya sampai akhirnya benar-benar menjadi raja sesuai yang Tuhan janjikan 16 pasal kemudian.
Seperti halnya Industrialis Jepang, Soichiro Honda berkata : " Orang hanya melihat kesuksesan saya yang hanya satu persen. Tetapi mereka tidak melihat 99 persen kegagalan saya. Jika kita ingin berhasil, maka kita harus membayar harganya. Sejak diurapi menjadi raja dan benar-benar menjadi raja, Daud mendisiplin dirinya untuk tetap menjadi orang diperkenankan Allah. Dalam bidang lain, prinsip yang sama juga berlaku; jika ingin berhasil, maka kita harus mendisiplinkan diri berjalan di jalur yang membawa kita kepada puncak keberhasilan.
Selamat berjuang dan berkarya, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 6 (hari ke 273)
Tafsiran :
Pelanggaran terhadap kekudusan Allah dan pelecehan terhadap hadirat Allah dipandang sebagai kejahatan serius oleh Allah. Namun kekurangpekaan kita terhadap hadirat Allah dan kekudusan-Nya membuat kita kurang memiliki rasa hormat kepada Allah ketika memasuki hadirat-Nya. Pasal ini memperlihatkan bahaya kurangnya sensitivitas terhadap hadirat dan kekudusan Allah.
Dengan dijadikannya Yerusalem sebagai pusat pemerintahan, membuat Daud ingin menempatkan tabut Allah di kota itu sebagai lambang kehadiran-Nya (1-3). Namun sayangnya, pemindahan tabut dilakukan tidak sesuai dengan aturan Tuhan (bdk. Kel. 25:12-15). Tabut dibawa dengan kereta, padahal seharusnya diusung oleh orang Lewi dari keluarga Kehat (Bil. 4:15). Pelanggaran terjadi lagi saat lembu-lembu yang menghela kereta itu tergelincir. Uza yang mengkhawatirkan jatuhnya tabut, kemudian memegang tabut itu (6). Ini mengakibatkan Tuhan marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Uza (7). Terlalu berlebihankah hukuman mati itu bila dibandingkan dengan kesalahan Uza? Daud menganggap demikian dan ini membuat dia marah (8). Padahal tindakan menyentuh tabut merupakan hal terlarang. Menyentuhnya berarti mati! Dalam hal ini, Uza tidak melihat perbedaan antara tabut dan barang berharga lain. Maksud Uza untuk mencegah terjatuhnya tabut tidak salah, tetapi tak ada kepekaan mengenai kekudusan tabut itu. Orang Lewi saja dilarang menyentuhnya.
Mikhal, istri Daud, juga tidak memiliki sensitivitas terhadap hadirat Allah. Ia melecehkan suaminya yang merendahkan diri di hadirat Allah (16, 20). Penulis 2 Samuel menyatakan bahwa Mikhal tak memiliki anak hingga akhir hayatnya (23).
Kisah dalam pasal ini memberikan peringatan keras bagi kita. Hadirat Allah dan kekudusan-Nya tidak bisa kita pandang remeh. Dia Allah dan berada di hadirat-Nya mengharuskan kita untuk memiliki sikap hormat. Dan bicara soal kekudusan-Nya, bukan bicara tentang sesuatu yang bisa ditawar-tawar, melainkan suatu harga mati, yang harus kita junjung tinggi.
Pembacaan 2 SAMUEL 7 (hari ke 274)
Tafsiran :
Ayat 1 dari pasal 7 ini menjelaskan latar belakang kerinduan Daud dalam membangun rumah bagi Tuhan. Daud telah menikmati penyertaan Tuhan yang membuat hidupnya nyaman. Namun hati Daud gelisah karena menurut dia, Tuhan harus "senyaman" dirinya juga. Karena itu Daud punya ide untuk membangun sebuah rumah sebagai tempat tinggal Tuhan. Ide tersebut dipandang baik oleh nabi Natan. Namun tidak demikian bagi Tuhan.
Yang menarik dari perkataan Tuhan kepada Daud adalah kata Ibrani "beth" yang biasa digunakan untuk "rumah", di ayat 11 menggunakan arti keduanya, yakni "keturunan". Permainan arti kata ini bermakna: bukan Daud yang akan mendirikan rumah bagi Tuhan, tetapi sebaliknya, Tuhanlah yang akan membangun "rumah" (keturunan) bagi Daud. Sehingga jelas bahwa nubuat ini berbicara tentang keturunan Daud yang akan tetap menduduki takhta kerajaan Israel (6), dan juga tentang Mesias yang akan lahir dari keturunan Daud.
Mengenai pembangunan rumah, Tuhan menentukan sendiri siapa yang akan mendirikannya. Bukan Daud, tetapi anak kandungnya, Salomo (12). Mengapa? Karena tangan Daud telah banyak menumpahkan darah, sehingga tidak layak untuk mendirikan rumah bagi Tuhan (bdk. 1Taw. 22:8). Penentuan ini sekaligus menjadi teguran bagi Daud bahwasanya Tuhan tidak menyukai pertumpahan darah yang terjadi selama pemerintahan Daud berlangsung.
Tuhan menolak Daud, tetapi sekaligus memberi berkat pada saat yang bersamaan. Itulah kasih Tuhan yang adil: tidak hanya mewujud nyata dalam kata dan perbuatan manis, tetapi juga tegas menegur bahkan menghukum yang salah. Maka bila kita sedang merasakan teguran-Nya, pahamilah bahwa itu pun merupakan tanda kasih-Nya bagi kita. Dibalik teguran-Nya, ada kasih yang sangat besar. Teolog terkenal, C. S. Lewis berkata: "Though our feelings come and go, God’s love for us does not." (Meskipun perasaan kita berubah-ubah, kasih Tuhan tidak pernah berubah).
Hari ke 275 pembacaan 2 SAMUEL 8
Tafsiran :
Kisah heroik kemenangan Daud dicatat dan diceritakan secara turun temurun oleh orang Israel sebagai suatu kebanggaan. Dimulai dari pendudukan orang Filistin yang memungkinkan Daud mengambil kendali pemerintahan di ibu kota, lalu berturut-turut penaklukan daerah orang Moab, Aram, dan wilayah sungai Efrat. Sebagai tanda penaklukan, Daud menempatkan pasukannya di daerah-daerah tersebut. Daud juga mendapat banyak benda jarahan dari hasil peperangan, yang semuanya ia bawa ke Yerusalem untuk dikhususkan bagi Tuhan.
Ayat 6 dan 14 memberi penegasan tentang perkenanan Tuhan disetiap peperangan yang Daud pimpin. Kalimat, "Tuhan memberi kemenangan kepada Daud.." menunjukkan ada tindakan aktif Tuhan. Tuhanlah yang memungkinkan Daud memperoleh kemenangannya. Sekalipun Daud yang bertindak di medan peperangan, jauh sebelum itu Tuhan sudah merancang kemenangan demi kemenangan bagi dia. Bahkan bukan hanya di medan perang, saat dalam perjalanan pulang pun Daud masih diberi kemenangan oleh Tuhan dengan mengalahkan orang Edom di Lembah Asin.
Demi mendukung sistem pemerintahan yang adil dan benar, Daud memilih orang-orang untuk tugas khusus, yakni panglima-panglima untuk menjaga keamanan wilayahnya, seorang bendahara untuk mengelola keuangan negara, panitera yang bertugas mengurus hal-hal yang berkaitan dengan masalah hukum, serta para imam. Jumlah imam yang cukup banyak (imam Zadok, Ahimelekh, dan anak-anak Daud) menunjukkan keseriusan Daud dalam memperhatikan kehidupan spritualitas umat Israel. Tampaknya Daud ingin memberi porsi yang lebih besar terhadap kehidupan keagamaan rakyat yang dia pimpin.
Bagaimana dengan kita? Adakah berkat Tuhan yang melimpah membuat kita mengutamakan Dia? Ingatlah, semua yang kita dapatkan di dunia ini berasal dari Tuhan. Karena itu, marilah kita mengutamakan Tuhan dalam hidup kita
Belajar 2 Samuel 6
"Berkat Taat"
2 Samuel 6:11 (TB) Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.
Josephus, seorang sejarawan yang hidup pada masa sebelum masehi, menulis bahwa sebelum Tabut Allah ada di rumah Obed Edom, kondisi mereka sangat miskin. Mereka hidup pada level yang terendah, bukan seorang pemimpin, dan jauh dari cukup. Tapi begitu Tabut Allah berada di rumahnya selama 3 bulan, Obed Edom diberkati, menjadi kaya dan keturunannya menjadi orang yang gagah perkasa (1 Taw. 26:6,8)
Meski demikian, hadirnya berkat dalam keluarga Obed Edom itu tidak semata-mata ditentukan keberadaan Tabut Tuhan. Sebab faktanya, bukankah Uza sebelumnya mati karena menyentuhnya. Jadi bayangkan jika Obed-Edom tidak mengindahkan aturan mengenai bagaimana seharusnya memperlakukan Tabut Tuhan yang saat itu ada di rumahnya (Bil. 4:15); bukannya berkat kematianlah yang mungkin ia dapat.
Tabut Tuhan memang adalah lambang kehadiran -Nya, tapi yang membuat Tuhan benar-benar hadir dalam keluarga Obed Edom dan memberkatinya sebenarnya bukan hanya Tabut itu, tapi juga ketaatannya pada perintah Tuhan (dalam hal ini mengenai cara memperlakukan Tabut Tuhan). Utamakan hidup taat pada firman-Nya, maka pasti berkat itu akan memenuhi seisi rumah kita.
Selamat bekerja dan berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 7
"Saat Tuhan Menolak"
2 Samuel 7:18 (TB) Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini ?
Inti dari renungan hari ini adalah siapa diri kita dan siapa Tuhan. Tuhanlah yang menjadikan mimpi dan cita-cita kita berhasil. Ketika kita menyadari hal ini, maka kita juga akan sadar bahwa kehendak Tuhan jugalah yang harus kita utamakan dan turuti dalam hidup ini. Hal ini berlaku dalam tiap impian dan cita-cita kita tanpa terkecuali, termasuk keinginan yang tampaknya sudah sangat baik dan memuliakan Tuhan. Pastikan bahwa kita tetap selalu bertanya pada Tuhan dan tetap taat pada apa jawaban yang Ia berikan.
Selamat berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 8
"Pemberi Kemenangan"
2 Samuel 8:6 (TB) Kemudian Daud menempatkan pasukan-pasukan pendudukan di daerah orang Aram dari Damsyik. Orang Aram itu takluk kepada Daud dan harus mempersembahkan upeti. TUHAN memberi kemenangan kepada Daud ke mana pun ia pergi berperang.
Dalam pasal ini dengan cepat membaca bagaimana Daud mengalahkan bangsa-bangsa yang berada di sekitar wilayah Israel. Bangsa Filistin, Moab, Hadadezer dari Zoba, Aram, Edom, Amon dan Amelek semua ditaklukkan Daud, selain itu juga mendapatkan dukungan bilateral dengan Tou, raja Hamat.
Meskipun kemenangan-kemenangan itu ditulis singkat. Tapi ada yang jelas ditulis Alkitab tentang kemenangan-kemenangan tersebut. Yang paling penting adalah kemenangan itu karena Tuhan. Ya, dua kali dicatat jelas bahwa Tuhanlah yang memberi kemenangan atas Daud dan itu Ia lakukan di mana pun Daud pergi berperang (ay. 6, 14).
Berapa banyak orang mudah lupa akan hal ini ? Saat usaha kita berhasil, padahal kita atau orang lain yang melakukannya gagal, mungkin kita sadar bahwa semua itu campur tangan Tuhan. Namun, ketika keberhasilan dan kesuksesan sudah menjadi "bisa", sering kali kita pun lupa bahwa itu semua tetap hanya campur tangan Tuhan semata, bukan karena kekuatan dan pengalaman, atau kejituan strategi kita.
Selamat berkarya dan berjuang, jangan lupa jaga kesehatan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 9
"Mefiboset adalah Kita"
2 Samuel 9:8 (TB) Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku ?
Kisah Mefiboset sesungguhnya adalah gambaran anugerah Allah pada kita. Dilihat dari sejarah, kita ini sudah berulang kali menyakiti dan melakukan kesalahan terhadap Tuhan. Sama seperti Mefiboset yang cacat (bahkan disebut anjing mati), yang jelas tidak bisa berperang atau membantu Daud, kita pun tak punya sesuatu yang layak untuk bisa diberikan kepada Tuhan. Namun, Dia sendiri yang rela berinisiatif datang, mengangkat kita, menjadikan kita layaknya seorang anak, bahkan makan sehidangan dengan-Nya. Itulah yang disebut anugerah. Hargailah anugerah itu dengan sikap hidup yang pantas.
Selamat menjalani kehidupan ini, dengan rasa ucapan syukur
Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 9 (hari ke 276)
Tafsiran :
Pada waktu itu, merupakan suatu hal yang lazim bagi seorang raja yang berhasil merebut singgasana untuk menghabisi keturunan atau keluarga dari raja sebelumnya, karena akan dianggap sebagai ancaman. Namun sikap Daud berlawanan dengan kelaziman itu. Ia malah bertanya, "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul?..." (1). Pertanyaan Daud menunjukkan kasihnya yang besar. Seperti kita tahu, Saul sendiri sudah menganggap Daud sebagai musuh. Namun di sisi lain, Daud melakukannya karena ia mengingat hubungan dan perjanjiannya dengan Yonatan (1, bdk. 1Sam. 20:14-15).
Dari Ziba, pelayan di keluarga Saul, Daud mendapat informasi bahwa masih ada Mefiboset, anak Yonatan (2-4). Rupanya selama ini ia bersembunyi demi keamanan dirinya. Namun mau tidak mau, Mefiboset harus menunjukkan diri ketika Daud mencari dia (5-6). Bagaimana reaksi Mefiboset? Ia merasa tidak layak menerima semua kebaikan Daud (8). Bagaimana tidak? Ia tentu tahu riwayat hidupnya dan siapa yang saat itu ada di hadapannya. Meski ia berasal dari keluarga raja yang dulu berkuasa, tetapi saat itu ia bukan siapa-siapa.
Namun Daud menunjukkan kebaikannya secara konkret dengan membiarkan Mefiboset makan semeja dengan Daud, seperti seorang anak raja (7, 11, 13). Selain itu, Daud berjanji bahwa Mefiboset akan menerima segala sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya, yaitu harta milik Saul dan keluarganya (9). Sungguh suatu anugerah bagi Mefiboset.
Gambaran ketidaklayakan ini juga melekat pada kita, saat kita masih berdosa. Walau demikian, Allah memilih untuk mengasihi kita. Maka setelah menyadari keberdosaan kita dan menerima Kristus sebagai Juruselamat kita, barulah segala sesuatunya berubah. Kita tidak lagi najis karena dosa, melainkan menjadi kudus karena darah Anak Domba. Kita tidak lagi menjadi musuh Allah melainkan menjadi anak-anak Allah, dan karena itu menjadi bagian dari keluarga Allah. Dengan status demikian, maka seharusnyalah hidup kita menggambarkan kemuliaan hidup anak-anak Allah. Itulah respons tepat bagi anugerah Allah yang kita terima.
Pembacaan 2 SAMUEL 10 (hari ke 277)
Tafsiran :
Kecurigaan yang berlebihan jelas tidak menguntungkan. Bukan hanya membuat hati kita tidak tenang, tetapi dapat juga menghancurkan relasi dengan sesama. Setidaknya hal ini tampak dari pengalaman Hanun, raja orang Amon.
Hanun mencurigai niat baik Daud yang hendak menyampaikan rasa simpati atas kematian ayahnya. Saking curiganya, Hanun memperlakukan para utusan Daud dengan sangat tidak tidak hormat. Mereka bukan hanya ditangkap, janggut mereka juga dicukur sampai setengahnya, dan pakaian mereka pun dipotong hingga menyingkap bagian tubuh yang tak pantas terlihat. Tindakan itu bukan hanya menghina dan mempermalukan para utusan Daud, tetapi secara tidak langsung berarti menghina Daud juga. Sebab dalam budaya zaman itu, janggut menandakan kearifan dan derajat seseorang. Kaum laki-laki Israel membiarkan janggut memenuhi dagu dan rahang mereka untuk membedakan statusnya dengan para budak. Yang berdagu licin (tidak berjanggut) adalah kaum budak. Dengan demikian Hanun bukan hanya menolak tawaran persahabatan Daud, tetapi juga merendahkan derajat umat Israel setara budak.
Sekali pun demikian, tidak ada petunjuk dalam teks yang menyatakan bahwa Daud marah atas ulah Hanun tersebut. Akan tetapi Hanun yang sudah dikuasai rasa curiga berlebihan kepada Daud kembali melakukan tindakan yang berakibat merugikan dirinya. Ia menyiapkan pasukannya untuk berperang melawan Daud. Bahkan ia menyewa puluhan ribu pasukan dari raja negeri Maakha, orang-orang Aram, dan orang-orang Tob (6). Sedangkan Daud hanya mengirim Yoab dan pasukannya untuk menghadapi serangan Hanun.
Alangkah berbahayanya jika sikap curiga menguasai pikiran kita. Kecurigaan yang membabi buta tidak membuahkan apapun yang baik. Maka jika ada keraguan di hati, mintalah petunjuk Tuhan melalui doa dan firman-Nya. Satu lagi hal lain yang mungkin berguna untuk dilakukan adalah de-ngan memperbanyak senyum di wajah Anda.
Pembacaan 2 SAMUEL 11 (hari ke 278)
Tafsiran :
Saat sedang santai sehabis tidur siang. mata Daud melihat seorang perempuan yang sedang mandi. Sekejap Daud tergoda oleh kecantikan tubuh perempuan itu. Perempuan itu, Betsyeba, istri Uria, tidak merayunya, juga tidak menggoda Daud. Tetapi karena diri dan mata Daud tidak terkendali, membuatnya jatuh dalam keinginan jahat, yaitu menginginkan istri orang lain. Godaan mata membuat Daud tanpa pikir panjang berbuat yang tidak senonoh terhadap Betsyeba. Mata memang perlu ada. Mata diberikan Tuhan. Tetapi mata yang disalahgunakan membawa petaka.
Awas akal licik. Perbuatan Daud tidak senonoh terhadap Betsyeba membuatnya harus mencari akal agar perbuatan jahat itu tidak terungkap.
Muncullah akal licik Daud. Dia berusaha agar Uria meniduri istrinya. Kalau Uria meniduri istrinya, dan istrinya hamil, tentulah orang menduga kehamilan itu karena Uria. Tapi kalau Uria tidak tidur dengan istrinya, dan istrinya hamil, maka akan terungkap perbuatan jahat Daud. Begitulah, kejahatan selalu ditutupi dengan akal licik. Dan, akal licik ini adalah kejahatan yang lebih berbahaya.
Renungkan: Kejahatan yang diselesaikan dengan kejahatan menjadi kejahatan yang lebih besar. Kejahatan yang disesali menuju keselamatan.
Doakan: Orang yang menderita karena kelicikan orang lain.
Belajar 2 Samuel 10
"Siapa Pemberi Petunjuk Anda ?"
Dalam Mazmur 1:1 (TB) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
Hanun bukan hanya mempermalukan utusan Daud itu, tapi juga menyewa pasukan untuk bersiap melawan Daud. Langkah permusuhan ini dilakukan hanya karena mengikuti nasihat yang buruk. Sungguh tragis karena mendengar nasihat yang buruk, mereka menolak persahabatan dan menerima kekalahan !
Kontras dengan bani Amon, kunci kemenangan Israel sekali lagi bisa di lihat di sini. Kuncinya tidak lain adalah penyertaan dan ketaatan pada perintah Tuhan. Ketika Yoab menyemangati pasukannya, ia pun memberikan pernyataan iman, bahwa selain kerjasama yang terbaik, iman mereka adalah bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik menurut kehendak-Nya (ay.12).
Ketaatan pada nasihat manusia (yang ternyata menyesatkan) atau ketaatan pada kehendak Tuhan ?. Di dalam hidup kita, berbagai nasihat dan petunjuk akan selalu kita terima. Tapi kiranya kita tahu mana yang harus diutamakan dan diikuti. Nasihat yang tampak baik bisa menyesatkan, tapi ketaatan pada kehendak Tuhan, walau kadang itu berat, pasti membawa pada kebaikan.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 11
"Hati-Hati di Puncak"
Dalam 1 Korintus 10:12 (TB) Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh !
Daud yang tidak berperang lalu berjalan-jalan di sotoh istana dan dari situ ia melihat Betsyeba, istri Uria sedang mandi. Tidak sekedar melihat, Daud juga mulai bertanya-tanya tentang Betsyeba dan akhirnya terjadi skandal perzinahan yang berujung pada konspirasi licik. Daud membunuh Uria, prajurit setianya, sejak pasal 11 inilah, kita akan melihat nanti bagaimana kehidupan Daud menjadi sangat berubah. Banyak masalah kemudian bermunculan, bahkan beberapa masalah itu kemudian mempengaruhi bangsa Israel sendiri.
Benarlah jika Alkitab mengatakan "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa Tuhan ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh !" (1 Kor. 10:12). Bukan penderitaan yang membuat Daud jatuh dalam dosa, bukan karena ia diburu Saul atau keluarganya ditawan musuh yang membuat Daud gagal, tapi justru saat ia dalam keadaan sangat baik. Saat ia jaya mulai kendor. Saat berada di puncak ia mulai tidak menjaga hatinya. Hidup Daud berubah drastis setelah keinginan hawa nafsunya dibuahi dan menjadi dosa. Konsekuensi dosa memang tidak pernah main-main. Maka, jangan pernah juga kita main-main dengan dosa !!
Selamat berkarya dan waspadalah. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 12
"Hilangnya Kepekaan"
2 Samuel 12:5 (TB) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
Apa yang terjadi pada Daud sudah seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Dosa tidak hanya membuat orang menjadi tidak bisa melihat dosanya sendiri, tapi juga membuatnya orang yang hanya bisa menuding dan menghakimi orang lain, alias munafik. Dari kisah Daud ini, beberapa hal ini harus kita ingat.
▪︎Pertama, selalu berintrospeksi diri dan jangan merasa diri benar dan suci. Sembilan bulan lebih dilalui Daud tanpa ia melakukan evaluasi dan introspeksi diri. Akibatnya, ia makin keras hati dan tidak peka.
▪︎Kedua, miliki persekutuan dengan saudara seiman yang baik yang bisa menegur saat kita berbuat salah.
▪︎Ketiga, lagi-lagi jangan keras hati, sebaliknya milikilah sikap hati yang selalu mau diperbarui, mau ditegur, dan tentu saja mau berbalik dari jalan salah yang sudah kita tempuh. Jangan sampai kita baru menyesal saat semua sudah terlambat. Amin ????
Selamat bekerja dan berkarya bersama keluarga. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 12 (hari ke 279)
Tafsiran :
Nabi Natan membuat cerita (bukan kejadian sesungguhnya) tentang perlakuan seorang kaya terhadap seorang miskin. Tujuannya untuk mengusik nurani dan kepekaan akan keadilan dalam diri Daud agar sesudah itu ia sadar akan dosanya terhadap Uria dan istrinya. Perumpamaan itu sangat tajam. Daud menilai bahwa orang kaya itu sangat jahat dan harus dihukum berat. Dengan cerita ini Nabi Natan menyadarkan Daud akan dosanya. Kecaman keras Natan mengoyak hati Daud yang dikuasai dosa. Begitulah, firman Tuhan menusuk langsung hati manusia yang digelapkan dosa.
Berita dari Tuhan. Berita dari Tuhan kepada Daud berisi penghukuman. Walaupun Daud adalah orang yang diurapi dan dikasihi Tuhan, tetapi Tuhan harus berlaku adil. Yang bersalah harus mempertanggungjawabkan kesalahannya dan dihukum. Vonis Tuhan adalah: Daud dan keluarganya akan mati karena pedang, bahkan Daud akan dipermalukan di depan orang banyak. Daud mengakui dosanya. Kasih Tuhan terhadap orang yang bertobat jauh lebih besar dari penghukuman. Ini membuktikan Tuhan kita itu adil dalam kasih-Nya.
Renungkan: Kasih Tuhan mengampuni dan menyertai kita dengan setia agar kita bisa setia kepada sifat dan kebenaran-Nya.
Hari ke 280 pembacaan 2 SAMUEL 13
Tafsiran :
Mulai dari pasal 13, kita melihat efek dosa, yang bergulung-gulung bagaikan ombak, yang terjadi pada keluarga Daud. Efek itu menyebabkan pecahnya kerajaan Israel setelah masa kekuasaan Salomo. Efek ini terlihat langsung setelah dosa sangat besar yang dilakukan oleh Daud tehadap istri Uria, yaitu Batsyeba (2Sam. 11-12). Walaupun Daud kemudian bertobat, tetapi akibat dosa tidak bisa dia hindari.
Mula-mula efek itu terlihat dalam kisah Amnon dan Tamar. Amnon adalah anak pertama Daud (2), dan Ta-mar adalah anak Daud dari Maakha (3). Berarti Tamar masih terhitung adik Amnon, meski beda ibu. Amnon tertarik pada Tamar, yang cantik (1). Ketertarikan dan kemudian hasutan dari seorang sahabat, membuat Amnon merancang skenario untuk melampiaskan hasratnya atas Tamar (5-6). Hawa nafsu begitu menguasai diri Amnon sampai-sampai ia tidak peduli lagi untuk menyaring apakah masukan yang dia dengar adalah baik dan boleh dilakukan. Ia juga tidak peduli bahwa hubungan semacam itu sangat dilarang di Israel (12-13; bdk. Im. 18:9; 20:17).
Namun apa yang terjadi kemudian sangat anti klimaks. Semula Amnon mengingini Tamar begitu rupa, sampai-sampai ia terkena penyakit rindu (2). Namun setelah berhasil memuaskan hasratnya, Amnon malah berbalik membenci Tamar. Bahkan ia mengusir adik tirinya itu begitu saja. Aib itu kemudian diketahui Absalom, kakak Tamar. Lahir perasaan benci di hatinya terhadap Amnon, yang telah menodai adiknya. Benci ini lalu berkembang menjadi dendam membara yang tampaknya hanya bisa terpuaskan dengan kematian Amnon.
Dosa Daud ternyata tak hanya berdampak bagi dirinya sendiri. Keturunannya pun terkena dampak dosanya. Maka jangan pernah mentolerir dosa. Dosa tak akan pernah berhenti menghasilkan dosa lain. Dosa tak pernah puas memengaruhi satu orang saja. Maka putuskan segera dosa yang masih ada pada kita daripada maut jadi bagian kita (Yak. 1:15).
Belajar 2 Samuel 13
"Cinta atau Nafsu"
2 Samuel 13:15 (TB) Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!"
Nafsu bisa menyamar menjadi cinta. Salah satu cirinya adalah ketika perasaan yang kita kira sebagai cinta tidak lagi peduli pada nilai-nilai kebenaran dan tidak peduli meski perasaan itu memiliki landasan yang salah.
Banyak orang merasa begitu cinta pada seseorang, tapi demi "cinta" itu, ia sampai tega berbuat jahat pada orang tua yang mengasihinya, rela meninggalkan imannya, rela mencuri atau korupsi, dll. Itu pun bukan cinta! Itu hanya hawa nafsu. Cinta yang didasari pada hal yang salah tidak bertahan lama. Milikilah cinta yang suci, yang punya landasan yang suci dan murni.
Selamat pagi, selamat bekerja & berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 14
"Pengampunan Setengah Hati"
2 Samuel 14:24 (TB) Tetapi berkatalah raja: "Ia harus pergi ke rumahnya sendiri, jangan ia datang ke hadapanku." Jadi pergilah Absalom ke rumahnya sendiri dan tidak datang ke hadapan raja.
Tak jarang kita mengalami konflik atau gesekan. Dari situlah mulai muncul bibit-bibit kebencian atau akar kepahitan. Jika itu terjadi, solusi terbaik bagi kita adalah melakukan pemberesan atau rekonsiliasi. Belajar dari kisah Daud dan Absalom, jangan sampai kita melakukan rekonsiliasi dengan setengah hati. Mengampuni kesalahan masa lalu, tapi mengungkit-ungkit terus di masa sekarang. Memaafkan tapi memutuskan untuk tidak mau lagi kenal. Melakukan pemberesan, tapi tidak tuntas. Semuanya dilakukan seolah-olah hanya formalitas saja. Mengampuni tapi hanya dipermukaan saja, belum sampai mencabut akar-akar kepahitan yang terlanjur bercokol sedemikian dalam.
Pengampunan setengah hati seperti ini pasti akan menumbuhkan kembali akar-akar kepahitan. Sia-sia pada akhirnya.
Selamat berkarya dan berjuang tetaplah semangat dan terus bergantung kepada Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 15
"Yang Terpenting"
2 Samuel 15:6 (TB) Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel.
Absalom memiliki kombinasi yang sempurna sebagai pemimpin hebat !Alkitab mencatat bahwa penampilan Absalom begitu sempurna, dari telapak kaki sampai ujung kepala tidak ada yang cacat ( 2 Sam. 14:25).
Sayangnya, potensi, kharisma, keahlian, dan penampilan Absalom yang sempurna itu tidak diimbangi dengan karakter yang baik. Absalom mengambil sesuatu yang bukan haknya. Absalom mempromosikan diri sebelum waktunya. Absalom mengkudeta ayahnya sendiri. Bahkan, Absalom berani mengusik orang yang diurapi Tuhan. Inilah yang membuat pontensi Absalom yang nyaris sempurna itu menjadi sia-sia. Ia mati secara mengenaskan pada akhirnya.
Kisah Absalom ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Mengingatkan bahwa bagaimanapun juga karakter lebih penting dari yang lain. Tanpa karakter yang baik, potensi, kharisma, dan keahlian yang sehebat apapun menjadi sia-sia. Kharisma bisa membuat kita sampai ke puncak, tapi karakterlah yang mempertahankannya.
Mari kita fokus membangun karakter yang baik dalam hidup kita, yaitu karakter seperti Kristus. Hanya dengan karakter yang baik maka Tuhan akan mengangkat dan membawa kita terus naik, dan bukan turun.
Selamat malam & istirahat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 Samuel 14 (hari ke 281)
Sebab akibat.
Dalam peraturan yang ditetapkan di Israel, salah satunya adalah hukum yang mengatur tentang tindakan balas dendam terhadap pembunuh (Bil. 35:9-21). Yoab yang tahu pasti kondisi hati raja, berencana lewat seorang wanita untuk melindungi Absalom agar tidak menjadi korban balas dendam. Daud memang tidak membunuh Absalom sebab bagaimana pun juga dia anaknya, namun Absalom tetap harus menanggung akibatnya, dikucilkan dari lingkungan. Dalam keluarga yang beristri/bersuami lebih dari satu, ternyata kasih tidak dapat diterapkan dengan tulus dan benar.
Benih pemberontakan. Dua tahun dikucilkan, Absalom mulai menderita. Yoab yang pernah menolongnya diharapkan mampu menolongnya sekali lagi. Tetapi Yoab tahu batas. Ia menolak (ayat 29). Absalom pun mulai bertindak kasar (ayat 30,31). Bangga pada kelebihan jasmani, menjerumuskan Absalom pada tindakan tidak disiplin. Sebaliknya kasih yang kepalang tanggung dan diterapkan tidak pada tempatnya, membuat Daud melakukan kesalahan fatal.
Renungkan: Dosa berawal dari penilaian diri yang salah, dan tidak tunduk ke bawah standar Tuhan. Bila dosa kita remehkan, maka akibat lebih parah akan kita tanggung di kemudian hari.
Doa: Tolong kami mengenalMu akrab, agar sifat-sifatMu jadi prinsip hidup kami, Tuhan
Belajar 2 Samuel 16
"Tidak Membalas"
2 Samuel 16:12 (TB) Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini."
Pernahkah kita mengalami perlakuan seperti Daud ? Hari itu seorang raja Israel yang sedemikian agung dan mulia direndahkan begitu rupa oleh Simei, seorang keluarga Saul.
Mengapa Daud membiarkan Simei menghina dan merendahkannya begitu rupa? Apakah karena Daud takut ? Tentu saja tidak !
Daud benar-benar menyadari bahwa segala sesuatu ada dalam kendali Tuhan, sebab itu ia memilih menyerah di tangan Tuhan (ay.11). Daud tidak hanya berhasil mengendalikan dirinya tapi ia memiliki sikap hati yang benar dihadapan Tuhan. Yesus juga melakukan seperti itu. Pada saat Yesus diejek dan ditantang untuk turun dari salib, alangkah mudahnya Yesus untuk membuktikan diri-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa (Mat. 27:40). Namun daripada membuktikan siapa diri-Nya, Yesus memilih untuk mengampuni mereka. Apakah kita mengalami perlakuan yang tidak adil, disakiti, difitnah, dan dihina begitu rupa ? Milikilah respon hati yang benar. Daripada berusaha membuktikan siapa diri kita dan membalas apa yang mereka lakukan, bukankah lebih indah jika kita memilih untuk mengalah dan mengampuninya ?
Selamat berkarya dan tetap semangat dalam Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 17
"Akar Kepahitan Berdampak ?"
2 Samuel 16:23 (TB) Pada waktu itu nasihat yang diberikan Ahitofel adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan dari pada Allah; demikianlah dinilai setiap nasihat Ahitofel, baik oleh Daud maupun oleh Absalom.
Siapa Ahitofel ?Penasehat Daud yang menyebrang ke kubu Absalom. Dengan trik-trik yang diberikan Ahitofel, maka banyak rakyat yang memihak Absalom (2 Sam. 15:2), Ahitofel juga yang menyuruh Absalom meniduri gundik-gundik Daud di depan mata seluruh Israel (2 Sam 16:21). Jika mempelajari Ahitofel, kita akan sangat terkejut melihat bahwa dulunya dia adalah seorang penasihat raja Daud sendiri ! Bahkan begitu hebatnya nasihat-nasihat yang diberikan Ahitofel kepada Daud sehingga di mata Daud nasihat Ahitofel sama dengan petunjuk Allah sendiri (2 Sam.16:23).
Namun para ahli Alkitab menafsirkan bahwa Ahitofel berubah membenci Daud berkenaan Daud mengambil Betsyeba menjadi istri dengan cara yang sangat jahat. Mengapa Ahitofel marah kepada Daud ? Karena Ahitofel adalah kakek dari Betsyeba! ( 2 Sam. 23:34,. 2 Sam. 11:3). Akhirnya hidup Ahitofel sangat tragis, ia bunuh diri ketika nasihatnya tidak didengar Absalom (2 Sam 17:23).
Jangan biarkan kebencian dan kepahitan menguasai hati kita. Sudah banyak orang Kristen hidupnya hancur berantakan karena mengizinkan kepahitan menguasai hatinya. Kita punya alasan untuk marah dan kecewa saat diperlukan secara tidak adil, namun jangan sampai hal itu membuat hati kita menjadi pahit. Daripada hidup dalam kebencian, pilihlah untuk hidup dalam kasih dan pengampunan. Memang tidak mudah mengasihi orang yang melakukan sesuatu jahat kepada kita. Namun demikian, percayalah bahwa kasih Kristus akan memampukan kita untuk melakukannya. Bebaskanlah diri kita dari kepahitan hati !!
Pernahkah kita mendoakan orang yg paling kita benci atau menjadi musuh² kita ?Selamat berkarya dan terus hidup dalam pengampunan. Tuhan Yesus memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 18
"Hati Bapa"
2 Samuel 18:33 (TB) Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: "Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!"
Hati Daud memang sangat lembut. Fakta yang tak bisa dimungkiri tentang hal ini adalah bagaimanapun juga anak tetaplah anak. Sejahat-sejahatnya Absalom, bagaimanapun juga ia tetaplah adalah anak Daud. Inilah yang membuat Daud menjadi sangat sedih dan merasa sangat kehilangan. Itulah hati bapa !
Membaca kisah ini membuat kita merenungkan betapa tanpa kita sadari, kita kerap bersikap seperti Absalom. Kita memberontak terhadap kehendak Allah. Kita bukan hanya melanggar firman-Nya, kita bahkan berani melanggar kedaulatan Allah. Persis seperti bapa yang sangat sedih ketika melihat anak bungsunya terhilang dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang anak yang hilang. Meski sedih anaknya hilang, Ia selalu berharap anaknya yang terhilang itu kembali ditemukan dan dipulihkan (Luk. 15). Jika kita seperti "Absalom yang terhilang", ingatlah bahwa Bapa di sorga menunggu kita untuk pulang dan kembali datang kepada-Nya.
Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 15 (hari ke 282)
Tafsiran :
Ketika Daud menghadapi kenyataan yang membahayakan hidupnya dan keluarganya, dia menggunakan daya penalaran yang jernih! Dia rela meninggalkan istana agar jangan sampai celaka. Memang keberanian dibutuhkan untuk melawan, tetapi di samping keberanian juga dibutuhkan kearifan untuk mengalah, agar tidak terjadi pertumpahan darah yang sia-sia. Daud tidak menghendaki Yerusalem hancur. Daud juga tidak ingin membunuh anaknya sendiri, sebab itu ia mempersiapkan seorang mata-mata yang diselundupkan ke kubu lawan, dan mengecek ulang jaringan para pendukungnya yang masih setia kepadanya (ayat 32-36).
Harga kesetiaan. Apalah artinya harta dan tahta bila tiada lagi kesetiaan? Ironis memang. Anak kandung sendiri, Absalom, mau mencelakakan orang tuanya, sebaliknya orang-orang lain (ayat 7,18, 24-26) dan bahkan orang asing justru menyatakan dukungan dan kesetiaan mereka terhadap Daud yang sedang mengungsi dan belum memiliki masa depan yang pasti! (ayat 19,32). Kesetiaan memang masih jauh lebih bernilai dari pada kedudukan, harta dan kemuliaan; bahkan kesetiaan yang benar, jauh melampaui hubungan darah, kekerabatan bahkan kesukuan.
Renungkan: Kesetiaan adalah akibat dari memiliki hubungan yang akrab dan prinsip yang teguh.
Pembacaan 2 SAMUEL 16 (hari ke 283)
Tafsiran :
Ketika Absalom menguji kesetiaan Husai yang dianggap telah mengkhianati Daud dan memihak dirinya (ayat 17), malah dia sendiri terperangkap oleh logikanya! Mendengar alasan Husai, Absalom dapat menerimanya menjadi salah seorang anggota team penasihatnya yang justru memang telah direncanakan oleh Daud (bdk. 15:33-36). Benarlah kata pepatah bahwa orang terperangkap oleh perangkap yang dibuatnya sendiri. Perhitungan licik membuat orang membuat perhitungan yang membuahkan bencana bagi dirinya sendiri.
Nasihat yang menjerumuskan. Adalah kebiasaan yang lazim bahwa para pemimpin membutuhkan para penasihat. Ahitofel yang telah menjadi penasihat Daud, kini dipercaya menjadi penasihat Absalom. Bila Daud begitu mempercayai nasihat Ahitofel, demikian jugalah Absalom (ayat 23). Tetapi nasihat Ahitofel kali ini ternyata menyesatkan. Mana mungkin Allah menyuruh seseorang untuk mencabuli wanita, bukan hanya seorang; dan celakanya, gundik-gundik ayahnya! Waspadalah terhadap nasihat atau pun petunjuk yang bertentangan dengan Firman Allah sekalipun dikemas secara rohani.
Sikap waspada. Zaman sekarang ini tidak sedikit kita jumpai nasihat-nasihat yang mengatasnamakan Allah demi untuk memenuhi kepuasan diri dan ambisi pribadi. Orang-orang yang melakukan itu tidak saja menyesatkan banyak orang, tetapi lebih dari itu mereka mempermalukan Allah dan mengundang murka-Nya! Tidak pernah Allah memerintahkan umat-Nya melakukan hal yang tidak dikehendaki-Nya. Sekarang ini banyak nasihat-nasihat keprihatinan, kepedulian yang terselubung dalam tempat konsultasi dan dikemas dengan nilai-nilai rohani. Segala cara dihalalkan. Tidak peduli nasihat itu menjurumuskan, yang penting mendatangkan keuntungan pribadi dan kepuasan diri.
Renungkan: Persiapkanlah akal budi kita, waspadalah, dan jadilah anak-anak Allah yang takut akan Tuhan!
Doa: Tuhan, Engkaulah Penasihat ajaib dalam hidupku, arahkanlah aku, ya Tuhan.
Pembacaan 2 SAMUEL 17 (hari ke 284)
Tafsiran :
Salahkah kita berencana dan menyusun strategi? Tentu tidak. Kita memiliki akal untuk berpikir dan menyusun kiat yang terbaik. Usul serta nasihat Ahitofel sebenarnya sangat jitu! Serangan mendadak itu bisa mematahkan perlawanan Daud yang dalam keadaan letih dan terdesak serta dapat mempersingkat pertumpahan darah berkepanjangan. Tetapi walau manusia merencanakan, akhirnya Allah yang memutuskan apa yang harus terjadi! Apabila dalam hal mencabuli para gundik Husai tidak dimintai pendapat, justru dalam menghadapi usaha pelarian Daud, Absalom melibatkan Husai.
Adu penalaran. Nasihat Husai yang bertolakbelakang ternyata lebih didengar Absalom. Mengapa usul yang sebenarnya mencegah Absalom dari kemenangan itu yang didengar? Sebab usul itu lebih memompa egoisme Absalom. Pasukan besar yang terdiri dari seluruh rakyat Israel, tidakkah itu membanggakan dan lebih meyakinkan? Rasa kurang diri yang mungkin tersembunyi dalam diri Absalom ditutupi pula oleh nasehat tersebut yang sangat pandai memilih penggunaan bahasa (Bdk. ay "Daud diumpamakan seperti beruang marah")
Renungkan: Hal besar yang dalam pertimbangan manusia baik untuk melawan orang kepunyaan-Nya, bisa dibalikkan Allah untuk justru menjatuhkan dan menggagalkan rencana jahat itu.
Pembacaan 2 SAMUEL 18 (hari ke 285)
Tafsiran :
Mengambil keputusan apalagi membuat pilihan yang paling tepat, tidaklah mudah. Tindakan Yoab membunuh Absalom di satu sisi telah mengakhiri peperangan, tetapi di sisi lain dia tidak mematuhi perintah atasan. Kini dia harus memilih utusan yang akan mengabarkan kedua hal ini, Ahimaaskah atau orang Etiopia? Pilihannya tidak pasti karena akhirnya ia membiarkan mereka berdua menyampaikan berita itu kepada Daud. Ia mendua mungkin karena bingung bagaimana menyampaikan kabar baik dan buruk akibat ketidaktaatannya itu.
Menyampaikan berita secara benar. Antara keinginan dan kenyataan itu terkadang tidak seirama. Banyak orang yang pada awalnya tersentuh hati nurani untuk menegakkan kebenaran, menjunjung tinggi kejujuran, tetapi hanya sampai pada keinginan saja tanpa berusaha untuk merealisasikannya.Itulah yang terjadi pada Ahimaas. Ketika dia berhadapan dengan Daud, semangat menyatakan yang benar menjadi luntur bahkan akhirnya dia berbohong (ayat 29). Berbeda dengan orang Etiopia, dia menyampaikan berita apa adanya, tanpa dikurang dan tanpa diberi bumbu penyedap. Menurut kita mana yang baik?
Doa: Oh, Tuhan, jauhkan kami dari keinginan berkata dusta. Memang seringkali kami tidak tahu bagaimana menyatakan kebenaran. Jangan biarkan kami sendiri tanpa bimbingan-Mu.
Pembacaan 2 SAMUEL 19 (hari ke 286)
Tafsiran :
Bagaimana kita biasanya menyelesaikan konflik dengan berbagai pihak? Daud menunjukkan bahwa kelapangan dada dan kesediaan menerima orang, merupakan solusinya.
Walau Absalom telah mati dan tentara Israel telah kembali ke kemahnya (8b), bukan berarti Daud dapat dengan mudah mengklaim takhtanya kembali. Ternyata suku-suku utara, yang pro-Daud, lebih cepat bertindak untuk mengembalikan Daud ke takhtanya (9-10). Sedangkan Yehuda, suku Daud sendiri, yang dahulu pertama kali mengangkat Daud sebagai raja (4), masih belum bertindak. Namun Daud tidak putus asa. Ia juga tidak kehilangan akal. Daud bertindak strategis dengan mengutus Zadok dan Abyatar untuk membujuk orang Yehuda bertindak (11-12). Ia juga menjanjikan kepada Amasa, panglima perang Absalom, jabatan sebagai panglima perang Daud, menggantikan Yoab. (13). Strategi Daud berhasil. Ia berhasil merebut hati orang Yehuda sehingga mereka meminta Daud untuk kembali (14).
Hikmat Daud juga terlihat saat Daud bersedia mengabulkan permintaan Simei untuk tidak menghukum dia, karena kesalahannya pernah mengutuki Daud. Waktu itu Daud sedang berada dalam pelarian dari Absalom (5-8). Daud menyatakan bahwa ia tak akan membunuh Simei (23).
Sikap Daud terhadap suku Yehuda yang telah mengkhianati dia, terhadap Amasa yang mendukung pemberontakan, bahkan terhadap Simei yang mengutuki dia adalah sikap seorang pemimpin yang bijak. Ia bersedia merendahkan dirinya dan merangkul semua pihak, demi keamanan dan kesejahteraan seluruh bangsa.
Kita perlu mencontoh Daud. Memang tidak mudah menerima kembali orang-orang yang pernah bersalah kepada kita. Namun kita harus belajar bahwa pembalasan dendam hanya akan membawa kehancuran, tetapi pemulihan hubungan membuat banyak pihak merasakan kasih dan damai sejahtera. Dengan kesadaran bahwa kita sendiri adalah orang berdosa, kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita.
Pembacaan 2 SAMUEL 20 (hari ke 287)
Tafsiran :
Seperti dalam nyanyian ziarahnya pada Mazmur 133, Daud mengharapkan terwujudnya persatuan dan kesatuan antar umat Allah. Jika saudara-saudara yang berbeda-beda tersebut dapat hidup rukun bersama, itu adalah hal yang etis (baik) dan estetis (indah). Persatuan dan kesatuan dapat menciptakan kekuatan suatu negara. Perpecahan berbahaya bagi keutuhan sebuah negara.
Setelah kesatuan bangsa Israel hampir porak poranda oleh pemberontakan Absalom, ternyata kesatuan yang diharapkan pulih itu dirongrong oleh Seba bin Bikri. Seba mengadakan pemufakatan buruk untuk menjatuhkan kerajaan Daud. Ia menghasut para pemimpin suku Israel utara untuk memusuhi Daud, sehingga ada perselisihan antara wilayah utara dan selatan. Kasus Seba ini seperti mengulang kasus Absalom, yang juga menggunakan pengaruhnya untuk memecah bangsa itu. Di mata Daud, bahkan kasus Seba ini lebih berbahaya (6). Apalagi, ketika utusan Daud, Amasa, tidak segera menunaikan tugas menumpas pemberontakan itu. Daud merasa perlu untuk menyingkirkan para penghasut tersebut karena dapat menghancurkan dan meruntuhkan negara. Yoab diutus oleh Daud untuk menyingkirkan penghasut yang menciptakan perpecahan dan membahayakan keutuhan negaranya. Tindakan pertama Yoab ialah menyingkirkan Amasa yang tidak bertanggung jawab, sehingga membuat Seba berhasil memobilisasi para pemberontak menjadi kekuatan yang berbahaya. Syukurnya, Yoab berhasil menyingkirkan Seba dan orang-orang yang membantunya. Perpecahan atau perang saudara pun berhasil dicegah.
Perpecahan adalah hal yang sangat membahayakan. Jika di dalam gereja Tuhan terdapat perpecahan, ini tentu akan membuat peristiwa yang menyakitkan bagi kedua kubu yang bertikai. Terlebih dari itu, gereja tidak dapat menjadi terang dunia dan bahkan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jauh lebih baik dan indah jika kita menciptakan persatuan kasih di dalam gereja, dan menjauhkan sifat dan sikap saling iri dan benci yang akan menciptakan perpecahan.
Belajar 2 Samuel 19
"Kualitas Kepemimpinan"
2 Samuel 19:33 (TB) Berkatalah raja kepada Barzilai: "Ikutlah aku, aku akan memelihara engkau di tempatku di Yerusalem."
2 Samuel 19 menunjukkan kualitas Daud sebagai pemimpin.
▪︎Pertama, Daud berani bangkit dari kesedihan (ay. 1-8). Siapa yang tidak sedih melihat anak kandungnya mati di tangan tentaranya sendiri ?
▪︎Kedua, Daud memilih "jalan kasih" untuk memperkuat kerajaannya ( ay.9-30). Mudah bagi Daud untuk menghancurkan para pembesar dan rakyat yang berkhianat dengan memihak kepada Absalom. Bahkan, Simei yang sebelumnya mengutuk dan menghina Daud pun diampuninya.
▪︎Ketiga, Daud tidak pernah melupakan jasa orang yang telah menolongnya (ay. 31-39). Meski Barzila sudah lanjut umur dan mungkin tidak memberikan kontribusi yang berarti lagi bagi kerajaan Daud, tapi Daud begitu menghargai jasa-jasanya sehingga ia berniat memelihara masa tua Barzila di Yerusalem. Dengan kualitas kepemimpinan Daud seperti itu. Tak heran kalau Daud memiliki pengikut-pengikut yang loyal.
Selamat berkarya dan tetap semangat. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 20
"Akibat Penundaan"
2 Samuel 20:5 (TB) Lalu pergilah Amasa mengerahkan orang Yehuda, tetapi ia menunda-nunda tugas itu sampai melewati waktu yang ditetapkan raja baginya.
Sebenarnya Daud sudah mengambil keputusan dengan cepat yaitu segera meminta panglima perangnya untuk mengerahkan kekuatan militernya dalam waktu tiga hari. Sayangnya Amasa justru menunda-nunda tugas itu. Akibatnya kekuatan Seba bin Bikri menjadi semakin besar, bahkan Seba menjadi lebih berbahaya dari pemberontakan Absalom (ay. 5-6).
Jika kita menunda-nunda sesuatu yang seharusnya kita lakukan hari ini, ingatlah bahwa selalu ada "bunga yang harus kita bayar", dengan kata lain kita harus siap menerima konsekuensi tertentu karena penundaan itu.
Penundaan selalu membuahkan penyesalan. Ketika kita berniat untuk melakukan yang terbaik bagi orang yang kita kasihi, orang tua misalnya, dan kita menunda-nunda untuk melakukannya, bisa saja penundaan itu melahirkan penyesalan yang begitu dalam. Ada begitu banyak orang yang menangisi kematian orang tua dengan penuh penyesalan.
Ironisnya, mereka tidak melakukan sesuatu untuk orang tuanya bukan karena tidak punya kesempatan tapi karena mereka menunda-nunda untuk melakukannya. Pesan Firman Tuhan hari ini jelas : jangan menunda-nunda lagi !
Selamat bekerja dan berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 21
"Minta Petunjuk Tuhan"
2 Samuel 21:1 (TB) Dalam zaman Daud terjadilah kelaparan selama tiga tahun berturut-turut, lalu Daud pergi menanyakan petunjuk TUHAN. Berfirmanlah TUHAN: "Pada Saul dan keluarganya melekat hutang darah, karena ia telah membunuh orang-orang Gibeon."
Dalam zaman Daud terjadi kelaparan hebat selama tiga tahun berturut-turut. Mengapa terjadi kelaparan di tanah milik pusaka Tuhan ? Hal ini disebabkan karena ada hutang darah yang belum diselesaikan, yaitu Saul dan keluarganya membunuh orang-orang Gibion, padahal orang-orang Israel bersumpah untuk tidak membinasakan orang-orang Gibion itu (Yos. 9).
Mengapa keturunan Saul yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan Saul harus menanggung hukuman mati ? Kita perlu memahami kisah ini dengan perspektif yang benar.
▪︎Pertama hukum tabur tuai benar-benar berlaku. Jika kita menabur kebaikan, maka kita tau keturunan kita akan menuai kebaikan.
▪︎Kedua, Daud sebenarnya sudah melakukan apa yang benar yaitu bertanya kepada Tuhan mengenai kelaparan yang terjadi di Israel (ay.1). Karena Daud minta petunjuk kepada Tuhan, maka Tuhan pun memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi yaitu karena ada hutang darah.
Selamat berkarya. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 22
"Karena Tuhan dan Karena Kita"
2 Samuel 22:21 (TB) TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku; Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,
Bagaimana Daud lepas dari cengkeraman semua musuhnya ? Dua bagian mazmur Daud ini menunjukkan dengan jelas. Pertama-tama karena pertolongan Tuhan semata, tapi juga karena ia hidup dalam kebenaran Tuhan. Ini seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi kita harus hidup dalam anugerah Tuhan, namun disisi lain kita harus bertanggung jawab atas hidup kita. Mirip dengan apa yang dikatakan Yakobus, iman dan perbuatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati, sedangkan perbuatan tanpa iman adalah sia-sia. Terlalu sering kita menjumpai orang Kristiani yang imannya terbang tinggi ke awan-awan, tapi kakinya tidak menginjak bumi. Imannya luar biasa, tapi perbuatannya tidak seperti imannya yang luar biasa itu. Sebaliknya, ada orang Kristiani yang terlalu membumi, sampai-sampai lupa bahwa di atas sana ada anugerah Tuhan yang disediakan bagi orang yang berseru dan menjadikan Tuhan sebagai Sumber Pertolongan. Jadilah seimbang. Hiduplah dalam anugerah Tuhan dan perbuatanlah apa yang benar.
Puji Tuhan hari ini kita diingatkan agar kehidupan kita bisa jadi Alkitab terbuka bagi orang-orang di sekitar kita. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 23
"Pemimpin Hebat"
2 Samuel 23:8 (TB) Inilah nama para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakhmoni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan delapan ratus orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran.
Anak buah Daud punya kualitas di atas rata-rata. Ketika Daud punya keinginan untuk minum air dari perigi Betlehem, tanpa disuruh ketiga pahlawan Daud menerobos perkemahan musuh demi memberikan air yang diinginkan Daud. Sebuah keberanian dan pengorbanan yang luar biasa ! Namun di ayat itu juga kita melihat hati Daud terhadap anak buahnya. Daud tidak mau minum air itu, melainkan mempersembahkannya sebagai korban curahan bagi Tuhan. Daud tidak tega meminum air yang untuk mendapatkannya, anak buahnya sampai mempertaruhkan nyawanya.
Pemimpin hebat melahirkan orang-orang hebat. Semuanya diawali dari pemimpinnya lebih dulu. Jika kita belum menjadi pemimpin hebat, jangan pernah berharap kita bisa menghasilkan orang-orang hebat. Karena itu perubahan selalu berawal dari pemimpin. Jika pemimpinnya sudah dipulihkan maka orang-orang yang dipimpinnya juga mengalami pemulihan. Maukah kita memiliki orang-orang hebat dalam kepemimpinan kita ? Dimulai dulu dari perjuangan, keberanian, pengorbanan, semangat, sikap, karakter, dan keteladanan kita.
Selamat perjuangan dalam keteladanan hidup kita hari ini. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Belajar 2 Samuel 24
"Sensus, Salahkah ?"
2 Samuel 24:2 (TB) Lalu berkatalah raja kepada Yoab dan para panglima tentara yang bersama-sama dengan dia: "Jelajahilah segenap suku Israel dari Dan sampai Bersyeba; adakanlah pendaftaran di antara rakyat, supaya aku tahu jumlah mereka."
Jika memang menghitung rakyat yang sanggup berperang itu salah, mengapa Tuhan memberikan perintah kepada Musa untuk melakukannya, bahkan sampai dua kali ? Apa bedanya dengan apa yang dilakukan Daud ? Menghitungnya memang sama, tapi motivasi sungguh berbeda.
▪︎Pertama, sensus pada zaman Musa itu murni inisiatif dari Tuhan sendiri, sedangkan sensus di zaman Daud itu merupakan inisiatif Daud sendiri, jelas Daud melakukan apa yang tidak Tuhan perintahkan.
▪︎Kedua, sensus yang dilakukan Daud didasari dengan sikap hati yang keliru. Besar kemungkinan Daud melakukannya untuk memastikan kerajaannya dalam kondisi aman dan kuat. Bisa saja Daud melakukan sensus sebagai upaya unjuk kekuatan, supaya rakyat segan dan musuh menjadi takut. Kita memang tidak bisa menebak dengan pasti apa motivasi Daud saat itu, namun Tuhan menyelidiki hati Daud mengetahui ada kejahatan dalam hati Daud saat melakukan sensus itu.
Tuhan bukannya tidak mengingatkan Daud. Tuhan sebenarnya sudah memakai Yoab untuk mengingatkan Daud (ay. 3). Hati Daud berdebar-debar ketika melakukan sensus juga menunjukkan bahwa dia sebenarnya tahu bahwa yang dia lakukan itu salah (ay. 10). Sekali lagi masalahnya bukan pada sensusnya, tapi hati dan motivasi dalam melakukan sensus itu. Karena itu marilah kita jaga hati dengan segala kewaspadaan.
Selamat menjalani kehidupan hari ini. Terus semangat dan jaga hati kita penuh dengan kewaspadaan. Selamat menikmati libur akhir pekan. Tuhan Yesus Memberkati. Amin
Pembacaan 2 SAMUEL 21 (hari ke 288)
Tafsiran :
Kelaparan selama tiga tahun adalah malapetaka untuk seluruh bangsa. Daud memahami keadaan itu sebagai amarah Tuhan; karenanya ia datang kepada Tuhan meminta nasihat. Kepekaan terhadap teguran, amarah dan pemeliharaan Tuhan penting untuk kita miliki, supaya kita tak terlarut dalam kesalahan, dan mampu hidup penuh syukur kepada-Nya.
Cinta yang mengharukan. Ketika peristiwa menyedihkan terjadi bagi kaum keluarga Saul, karena tujuh orang dari mereka dihukum gantung, Rizpa binti Aya seorang ibu yang anaknya ikut terhukum, menunjukkan cinta yang luar biasa. Ia menjaga mayat mereka berbulan-bulan lamanya. Daud terharu melihat hal itu lalu mengusahakan suatu penguburan umum terhadap keluarga Saul.
Cinta kasih sejati memang selalu harus disertai pengorbanan, namun betapapun mengharukannya cinta kasih yang didramatisasi pengungkapannya oleh manusia, cinta kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus tetap tak tertandingi.
Refleksi: Untuk dapat peka terhadap kebaikan dan pemeliharaan Tuhan berupa peringatan dan teguran, serta mampu menanggapinya dengan benar, kita memerlukan Roh Allah.
Doa: Kiranya kisah-kisah nyata dalam catatan Alkitab mendorongku mengungkapkan kasihMu lebih aktif, Tuhan.
Pembacaan 2 SAMUEL 22 (hari ke 289)
Tafsiran:
Daud adalah seorang pemazmur yang handal. Banyak penafsir mengidentikkan kitab Mazmur sebagai Mazmur Daud. Mazmur Daud lahir dari pengenalannya akan Allah yang diteguhkan oleh pengalamannya berjalan bersama Allah.
Nyanyian Daud pada perikop ini mirip sekali dengan Mazmur 18, yang diberi judul sebagai nyanyian Daud kepada Tuhan saat dilepaskan dari para musuhnya, termasuk Saul. Mazmur Syukur ini ditulis pada masa tua Daud, yang mencoba menghitung berkat-berkat perlindungan yang diberikan Tuhan kepadanya, satu per satu.
Pengalaman Daud ditolong oleh Tuhan diungkapkan secara inti pada ayat 7 "...dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, ... Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, ..." Paparan yang luar biasa, dimulai dari gambaran Allah sebagai Gunung Batu yang tak goyah, tempat perlindungan dari bahaya, termasuk alam maut (2-6). Pertolongan Allah kemudian dipaparkan sebagai tindakan aktif secara kosmik menyelamatkan hamba-Nya (8-20). Allah mengendalikan alam ini untuk melindungi hamba-Nya dari para musuh.
Dari dasar karakter Allah ini, Daud kemudian berpaling melihat diri sendiri. Ia sadar perkenan Allah kepada dirinya, semata anugerah. Maka, ia pun merespons anugerah itu dengan menjaga hidup berkenan kepada-Nya (21-30), sehingga ia berani berharap dan bersandar kepada-Nya. Mazmur ini mengungkapkan bagaimana Allah sendiri yang menuntun, memperlengkapi, dan mengajar Daud berperang mengalahkan musuh-musuhnya, yang adalah musuh-musuh Tuhan (31-49). Sehingga Daud bisa menutup mazmurnya dengan ungkapan syukur yang keluar dari hati yang terdalam (50-51).
Fungsi mazmur ini bagi Daud ialah berterima kasih kepada Tuhan sehingga beroleh hati bijaksana. Juga agar beroleh kekuatan dalam menapaki kehidupan. Selain itu, bersaksi supaya orang yang mendengarkan atau melantunkan mazmur ini dapat memperoleh kekuatan hidup. Hitung berkat Tuhan satu persatu, maka kita akan memperoleh kekuatan hidup bagi diri sendiri dan memberikan kekuatan hidup bagi yang lain!
Pembacaan 2 SAMUEL 23 (hari ke 290)
Tafsiran
Ucapan Daud di sini merupakan nubuat bagi pelayanannya di kemudian hari, melalui keturunannya. Bukan berisikan jasa-jasa Daud sehingga berhak mendapatkan kehormatan raja dan kelanggengan takhta, melainkan semata karena anugerah Allah.
Daud mulai dengan menyebut diri sebagai "...orang yang diangkat tinggi", "...diurapi Allah Yakub", dan "...pemazmur yang disenangi Israel" (1). Tak ada kesombongan dalam kesadaran anugerah itu. Berita nubuat yang dia ucapkan pun disampaikan karena Allah yang berbicara (2-3), sedangkan dirinya hanya sebagai media. Isi berita itu merupakan esensi perjanjian Allah kepada Daud (5; 2Sam. 7). Dimulai dengan kriteria seorang raja yang berkenan kepada Tuhan (3b) dan efeknya bagi umat yang dilayani (4). Indah sekali karena gambaran yang dipakai begitu alami, kesegaran pagi oleh mentari dan kesegaran hari oleh hujan. Semua melambangkan kehidupan yang segar dan berpengharapan! Itulah hasil pelayanan raja-gembala Israel yang diberkati Tuhan dan yang akan dinikmati umat Tuhan.
Semua itu merupakan perkenan Tuhan atas dirinya dan keluarganya untuk tetap ada di takhta Israel sehingga pelayanan kepada umat Tuhan terjaga terus menerus! Sedangkan para musuh akan dimusnahkan seperti orang membongkar habis semak duri dan alang-alang tajam yang menutupi ladang agar dapat ditanami kembali (6-7).
Kenyataan kelak, keturunan Daud tidak semua setia pada panggilan sebagai raja-gembala Israel, tetapi Tuhan tetap setia meneguhkan mereka pada takhta Israel. Bahkan kelak dari keturunan Daud akan muncul Sang Mesias yang pemerintahan-Nya melampaui Israel kepada semua bangsa.
Walau penuh kelemahan dan kegagalan, Daud dapat menengok ke belakang, bahwa Tuhan telah memakai dirinya melayani umat-Nya. Daud juga berani menatap ke depan, berkat Tuhan akan dicurahkan melalui keturunannya. Kita belajar menengok ke belakang melihat kesetiaan dan anugerah-Nya. Mari kita menatap ke depan, dengan penyertaan Tuhan, kita berkomitmen memberikan yang terbaik!
Pembacaan 2 SAMUEL 24 (hari ke 291)
Pendaftaran Rakyat.
Selaku seorang raja, Daud telah meraih banyak sukses. Semua itu merupakan kemurahan hati Tuhan semata. Patutlah Daud bersyukur pada Tuhan dengan segala kerendahan hati. Tapi, agaknya Tuhan mulai melihat kesombongan terselip di dasar hati Daud, bangga bisa memimpin bangsa besar dan kuat, juga banyak berprestasi besar. Akhirnya Tuhan menyuruh Daud (1Taw. 21:1, 'melalui iblis'), agar melakukan pendaftaran atas rakyat Israel. Daud yang sudah bergaul dengan Tuhan begitu lama, seharusnya sudah mengenal baik sifat Tuhan, bahwa perintah-Nya itu hanya bersifat menguji hati Daud. Tapi sayang Daud kurang peka, sehingga segera melaksanakan pekerjaan besar yang lama menelan banyak dana.
Hukuman dan penyesalan. Dosa Daud mendatangkan hukuman Tuhan berupa penyakit sampar yang membinasakan ribuan jiwa rakyat. Ketika Daud menyesal, serta bersedia menanggung segala akibat dosanya, Tuhan sudah lebih dahulu menyesal, bahwa terpaksa harus mendatangkan malapetaka itu. Kesucian dan kasih-Nya memang sering tampak sekaligus dalam hidup ini karena keduanya selaras tak terpisahkan dalam diri Tuhan.
Doa: Tuhan beri hamba-Mu kerendahan hati pada saat hidup berhasil; untuk senantiasa melihat pada kemurahan-Mu semata.